Yang terlihat buruk belum tentu buruk, yang terlihat baik belum tentu baik, dan
Yang terlihat biasa saja belum tentu dia baik - baik saja.- Langi -
🌈🌈
"Hah?"
"Jangan hah hah mulu, gue bukan keong." Ucapnya sewot yang membuatku menatapnya tidak mengerti.
Kesambet jin tomang darimana nih orang ngajak cabut gue?
Batinku bingung karena seorang Dewa yang mau mengajakku cabut, lagi pula aku tidak pernah mempunyai pengalaman cabut sekolah yang menurutku tidak ada gunanya."Bawa nih tas burik lo." Ucap Dewa seraya mengambil tas milikku yang ternyata dia sembunyikan dibalik pintu kelas, lalu melemparkannya kepadaku yang membuatku panik dan dengan segera menangkapnya, namun sayangnya tas itu akhirnya mendarat tepat diwajahku walaupun aku berhasil menangkapnya.
Emang ga punya akhlak nih orang, mana maen gacul tas gue aja lagi.
Gerutuku dalam hati."Buru, ga pake lelet."
"Tapi sekarang pelajaran bu Tit-"
"Ga peduli."
"Gue ga pernah ca-"
"Lo tuh emang ga tahu diri ya, udah gue kasih sepatu juga, nurut aja kenapa sih? Susah amat." Potongnya lagi dengan sewot seraya melirik ke arah sepatunya yang kini aku pakai, sedangkan aku hanya bisa terdiam mengerutuki diriku sendiri dalam hati, ini semua akibat sepatuku yang jebol sehingga tidak bisa dipakai lagi yang membuatku akhirnya terpaksa harus memakai sepatu darinya.
"Ayo." Ajaknya sambil berjalan meninggalkanku yang masih terdiam di tempat menatapnya seperti orang dungu.
Kalo gue kabur, nih syaiton ngamuk ga ya?
Pikirku bimbang.Merasa ada yang aneh, Dewa pun akhirnya berhenti berjalan dan mencari - cari keberadaanku yang ternyata sama sekali tidak mengikutinya, sampai akhirnya dia kembali menoleh ke arahku yang membuatnya berdecak kesal.
"Lah malah diem si bambang, cepetan!" Teriaknya dari kejauhan yang membuatku terdiam menatapnya datar.
Dewa memutar bola matanya malas, lalu kembali berjalan ke arahku yang membuatku memutar balikkan badanku, berancang-ancang untuk kabur tetapi sayangnya dia sudah menahanku terlebih dahulu karena dia yang menarik kerah baju seragamku dengan secepat kilat yang membuatku hampir terjungkal ke belakang.
"Berani lo ya sama gue." Ucapnya dingin seraya berjalan menarik kerah baju seragamku seperti anak kucing yang membuatku menghela nafas pasrah.
Sampai akhirnya, aku dan Dewa kini berada dipintu belakang sekolah. Dia pun melepaskan cengkramannya dari kerah baju seragamku yang membuatku bisa kembali menghirup udara dengan bebas, karena aku hampir tidak bisa bernafas saat dia menarik kerah baju seragamku.
Aku melihat Dewa yang mengeluarkan satu buah kunci dari kantung celananya yang membuatku menatapnya terkejut karena dia ternyata mempunyai kunci pintu belakang sekolah.
"Lo nyolong kunci dari pak Tono?" Tanyaku dengan ragu sembari menggendong tas milikku yang sedaritadi aku peggang.
"Bukan gue, tapi anak buah gue." Jawabnya datar seraya membuka pintu belakang sekolah dengan santainya, lalu kami berjalan keluar dan setelah itu dia mengunci pintu itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colorless Rainbow [Revisi]
Teen FictionMenyembunyikan rasa rapuh dan sepi itu tidak semudah yang dibayangkan. Aku menyembunyikan itu karna aku tidak ingin semua orang tahu tentang kesedihan pahit ku. Hingga tanpa aku sadari, aku sudah membohongi semua orang dan menyakiti diriku sendiri. ...