Sudah terlalu lama menelusuri waktu sendiri bersama dengan sepi tanpa ada yang menemani, tapi kali ini semesta mengirimkan seseorang kembali datang menemani gadis yang kesepian ini walaupun hanya sebentar saja.
- Langi -🌈🌈
"Eh kambing, lelet amat sih. Cepetan keburu hujan!" Omel Dewa kepadaku yang membuatku menggerutu kesal dalam hati seraya berjalan cepat menghampirinya.
Tadi baik, sekarang marah-marah mulu.
Batinku heran karena sikapnya yang berubah-ubah bagai bunglon. Sejak kami pergi dari perpustakaan, Dewa kembali menjadi sensi kepadaku seperti perawan yang sedang pms hanya karena takut hujan akan turun, padahal aku yang tidak menyukai hujan biasa saja.Namun, tiba-tiba saja aku merasakan beberapa tetes air hujan yang sudah jatuh dikepalaku yang membuatku panik seketika sehingga Dewa dengan cepat menarik tanganku, sedangkan aku hanya melongo kaget seperti orang bloon.
"Lari bego!" Sahutnya berlari seraya menarik tanganku yang membuatku ikut berlari dan menatap tanganku yang suci ini pertama kalinya dipeggang oleh cowok.
Kami pun berlari keluar dari area kampung tikus, disertai air hujan yang sedikit demi sedikit membasahi tubuh kami. Hingga akhirnya, Dewa menemukan salah satu warung kecil tidak terpakai dipinggir jalan yang bisa dijadikan tempat teduh untuk kami berdua.
Dewa melepaskan genggamannya dari tanganku yang membuatku mengusap-ngusap tanganku sedih karena sudah tidak suci lagi. Lalu, aku melirik Dewa yang mepet-mepet mendekatkan dirinya kepadaku agar tidak terkena hujan begitu juga diriku, ini semua karena tempatnya yang memang sempit untuk kami berdua sehingga membuatku sedikit risih sampai jantungku berdetak dengan kencang, karena aku yang memang belum pernah sedekat ini dengan cowok selain berboncengan bersama Bara waktu itu.
Selama berteduh kami terdiam satu sama lain, tidak ada yang memulai pembicaraan sehingga membuat suasana menjadi canggung dan kaku. Ya, beginilah suasana ketika seseorang berada di dekatku. Sesekali aku melirik sedikit ke arah Dewa melihat kondisinya yang sudah basah sama sepertiku.
Aku pun memeluk diriku sendiri karena angin semilir menerpa tubuh basahku yang membuatku kedinginan sehingga tanganku kini mulai terasa gatal, sepertinya alergiku akan kambuh. Karena aku mempunyai alergi dingin, dimana ketika cuaca dingin tubuhku pasti akan gatal-gatal dan muncul bentol beserta ruam merah.
Hingga tiba-tiba saja suara dering handphone milik Dewa berbunyi memecah keheningan yang membuatnya merogoh saku celananya. Raut wajahnya berubah ketika melihat panggilan masuk dari seseorang sehingga dia dengan cepat mengangkatnya.
"Apaan?" Tanyanya langsung seraya mengacak-ngacak rambutnya yang basah sampai cipratan airnya mengenai mataku sehingga membuat mataku kelilipan.
"Dasar ga becus lo sampah."
"Iya, gue kesana sekarang." Ucapnya yang memutuskan panggilan dan menaruh handphonenya kembali disaku celananya.
Lalu, dia melirik ke arahku yang masih sibuk mengucek-kucek mataku yang kelilipan, sehingga membuatku menoleh ke arahnya dengan ragu dan menatapnya dengan tatapan bingung.
"Lo bisa pulang sendiri kan?" Tanyanya yang membuatku mengangguk.
"Emang biasanya sendiri." Jawabku datar seraya memalingkan wajahku ke depan yang membuat Dewa terdiam, lalu tak sengaja ia melirik ke arah tanganku.
"Tangan lo kenapa?" Tanyanya ketika melihat punggung tanganku yang kini sudah mulai bentol.
"Gapapa." Jawabku yang membuatnya menghela nafas pelan dengan raut wajah bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colorless Rainbow [Revisi]
Fiksi RemajaMenyembunyikan rasa rapuh dan sepi itu tidak semudah yang dibayangkan. Aku menyembunyikan itu karna aku tidak ingin semua orang tahu tentang kesedihan pahit ku. Hingga tanpa aku sadari, aku sudah membohongi semua orang dan menyakiti diriku sendiri. ...