AKU TIDAK LEMAH

67 3 0
                                    

"bagaimana keadaannya Paman? Ara baik baik saja kan?"tanya Max khawatir yang duduk disamping Clara yang terbaring dikasur tak sadarkan diri

Saat ini mereka semua berada dikamar milik Clara, Renji pun sudah datang dan selesai memeriksa Clara, setelah menyuntikan sesuatu di lengan Clara, Clara tenang dan tak menjerit lagi

"Dia tidak kenapa kenapa, mungkin hanya mimpi buruk"ucap Renji ragu sambil bangkit berdiri

"Tapi kau terlihat ragu bang?"tanya Diana membuat Renji menatapnya sambil tersenyum

"Yah sedikit, huhh akan lebih baik kalian membawa Ara ke psikiater"ucap Renji membuat semuanya yang mendengar terkejut

"Ap-apa? Maksudmu, Ara harus menjalani terapi lagi begitu?"tanya samuel lirih

"Tidak juga, akan lebih baik dia berkonsultasi terlebih dahulu"jelas Renji

"Tapi, ara tidak akan terima ini semua, dia pasti akan menolak keras hal itu, dan jika..."

"Kalau begitu kalian cari seorang dokter yang tak dikenal oleh Ara, emm ajak dia dan perkenalkan pada Ara sebagai saudara jauh atau temanmu, atau apapun. Yang terpenting adalah bagaimana caranya agar ara terbuka, apabila Ara terbuka maka kemungkinan besar kita bisa menghilangkan sedikit demi sedikit trauma yang dialaminya"ucap Renji memotong ucapan Max

"Pikirkan ini baik baik, jika Ara dibiarkan terlalu lama maka akan berakibat buruk pada dirinya sendiri. Aku harus segera pulang, istriku dari tadi menelpon, jaga keponakanku baik baik"ucap Renji menepuk pundak Samuel

"Aku akan mengantarmu, ayo"ucap Samuel sebelum keluar kamar Clara bersama Renji

"Biarkan Ara istirahat, kalian semua kembali kekamar, dan untuk Cakra dan Rafa kalian pulang atau menginap disini?"tanya Diana lembut

"Jika tidak merepotkan bolehkah kami menginap disini tante"ucap Rafa
"Tentu sayang, rumah ini terbuka untuk siapapun, kalian berdua juga sudah seperti keponakan Tante jadi tak perlu sungkan"ucap Diana sambil tertawa kecil

"Masa iya kita tidur berdua sich Tan, Cakra gak mau ah sempit sempitan"tolak Cakra cberut membuat Diana mencubit pipi Cakra dan mendapat jeritan dari Cakra

"Kan ada kamar tamu sayang knapa ribet amat sich"ucap Diana

"Aku gak mau dikamar tamu, gak enak"tolak Cakra membuat Rafa menggelengkan kepalanya

"Lo sama Abang Lo dikamar Gua sana, Gua bakal tidur disini nemenin baby ara"ucap Max sambil tersenyum

"Enak banget Lo, gak lebih baik gua disini, Lo aja Sono sama bang Rafa"ucap Cakra

"Yee gak bisa, rumah rumah siapa"ucap Max

"Ini rumah Tante Diana, sama Om Samuel, lagian Lo itu menang banyak, dikamarnya sich Zi Lo meluk Ara sama cium, trus Lo gendong Ara, skarang giliran Gua"ucap Cakra sedikit berteriak

"Kalian apa apaan sich, skarang udah malam, kembali kekamar dan gak ada yang tidur dikamar Ara kecuali Ara sendiri"ucap Diana tegas
.
.
.

      Clara POV

Perlahan mataku mulai terbuka, karna sebuah sinar menerpa wajahku membuatku merasakan sesuatu yang hangat

"Ara sayang bangun, cepatlah mandi kau harus kesekolah sayang"ucap seseornag yang sangat kukenal tapi apa mungkin

Segera aku duduk dengan tegak dan mataku membulat lebar saat melihat mami sedang membuka jendela kamarku.

Apa kamarku? Kulihat seluruh ruangan yang berdominasi berwarna biru, dan juga boneka boneka kesukaanku dikasurku, ini benar benar kamarku, tapi bagaimana bisa? Bukankah aku di apartemen Zi dan Za, apa itu hanyalah mimpi? Tapi itu terasa sangat nyata, dan baju yang kukenakan adalah baju milik Za, itu berarti benar yang semalam bukan mimpi

APAKAH INI TAKDIRKU??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang