Donghae POV
Malam ini entah kenapa terasa jauh lebih menggigit dari sebelumnya. Meskipun malam selalu membawah dingin, tapi dingin yang malam ini tawarkan jauh lebih menusuk. Bahkan tak sedikitpun kehangatan senja yang tersisa untuk malam ini. Membuatku merapatkan jaket yang ku kenakan. Sedikit bergidik ketika dingin tetap menembus kain jaketku yang memang tipis.
Aku tersenyum ketika mengingat bagaimana pertama kali bertemu dengan seorang pemuda bernama Cho Kyuhyun. Seorang pemuda yang selalu ceria dibalik kekurangannya. Ia memang buta tapi ia tak pernah merasa bahwa dirinya buta. Ia selalu percaya bahwa ia sama seperti orang lain yang bisa melihat karena ia juga memiliki dua mata. Kalaupun berbeda mungkin hanya warnanya saja, karena ia memiliki manik berwarna kelabu.
Berbicara nasib, aku dengannya sama sekali tak berbeda. Kami adalah anak yang dicampakkan oleh orang-orang dewasa yang kami sebut orang tua. Tanpa perasaan dan hati, mereka menyingkirkan kami. Bahkan daun yang ranggaspun masih menunggu menguning untuk bisa jatuh dari ranting. Dan takdir mempertemukan kami lewat ketidak sengajaan pada malam yang dingin seperti sekarang. Membuat kami memutuskan untuk hidup berdua tanpa lagi memikirkan orang-orang dewasa itu, persetan dengan dosa dan durhaka.
Ku langkahkan kakiku yang sempat terhenti menuju gang sempit yang mengarah pada rumahku. Harum sampah sudah menjadi aroma wajib yang selalu menggelitik hidungku. Aspal jalan yang hampir menjadi kerikilpun sudah menjadi sahabat karib bagi alas sepatuku yang sudah tipis. Senyumku merekah ketika temaram lampu yang tak terlalu terang tertangkap retinaku. Rumah kecil di ujung gang buntu itulah rumahku. Kyuhyun-ahh, pasti menunggu.
Kriettttt
Derit pintu yang sedikit memekakkan telinga menjadi musik pertama saat aku datang. Kyuhyun keluar dari balik pintu dengan senyumnya yang merekah. Dengan sedikit berlari ia menerjang tubuhku dan memelukku erat. Kyuhyun-ahh memang buta, tapi ia sudah lebih dari hafal setiap lekuk rumah ini, jadi ia tak memerlukan tongkat untuk menghampiriku.
"Apa kau begitu merindukanku Kyu-ahh?" tanyaku yang hanya dijawab anggukan cepat olehnya.
Aku tersenyum, bagaimana mungkin namja yang sudah berusia 18 tahun bisa bertingkah begitu menggemaskan sepertinya. Daripada tampan, Kyuhyun memang terlihat lebih manis dan menggemaskan. Pipinya yang chubby dengan kulit seputih susu, ia hampir seperti boneka jika manik bulat itu tak berwarna kelabu.
"Aigoo, jadi adikku sangat merindukanku ya. Baiklah, mari kita habiskan malam ini bersama"
"Hari ini aku mau tidur di kamarmu, Hae hyung" ujarnya saat aku menuntunnya masuk rumah. Mendengar itu, tentu aku tak menolak.
***
Author POV
Donghae berjalan dengan santai tanpa memperdulikan sekitarnya. Aerphone yang selalu melekat di telinganya tengah memainkan musik menghentak dengan volume penuh. Bukan tanpa alasan, Donghae memang sengaja melakukannya karena ia tak ingin mendengar suara-suara yang selalu merendahkannya terdengar oleh telinganya. Ia sudah cukup lelah mendengar suara-suara itu saat pertama kali ia masuk sekolah ini, jadi ia tak ingin mendengarnya lagi.
Menulikann pendengaran bukan berarti kehidupan sekolah Donghae selesai begitu saja, tidak!. Setelah ini ia akan menghadapi satu lagi hal melelahkan yang membuatnya kadang enggan pergi ke sekolah. Ya, Kim Kibum dan teman-temannya tak pernah membiarkannya hidupnya tenang di sekolah. Hanya karena satu alasan, Park Donghae adalah nerd si pengemis beasiswa.
Donghae tersenyum miris membayangkan nasibnya hari ini. Sedikit menerawang tentang apa yang akan Kim Kibum lakukan hari ini padanya, setelah kemarin dengan tak berhati mereka membakar habis proposal pengajuan beasiswa yang rencanya akan ia ajukan untuk mendaftar ke universitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Gone
FanfictionTentang dua remaja yang dipersatukan karena keadaan. Merintis kehidupan lewat setiap langkah yang mereka ambil. Mencoba melindungi satu sama lain dengan bayangan masa lalu yang masih lekat menghantui. Memunculkan ketakutan dari pemuda buta yang menc...