"Park Donghae! Jangan jadi pembangkang. Aku tidak pernah membayangkan kau akan tumbuh menjadi anak kurang ajar seperti ini. Sampai kapanpun Jae Kyung juga merupakan Ibumu. Berani-beranininya kau mengatakan hal sekasar itu padanya"
Deretan kata-kata memenuhui ruangan besar yang tak ubahnya adalah ruang tamu keluar Park. Suasana yang tercipta sagat mencekam. Seluruh pasang mata hanya bisa diam tak ada yang bisa dilakukan kecuali melihat Park Seung Hwan terus-terusan menghujati amarah pada putra keduanya, Park Donghae.
Park Seung Hwan, laki-laki yang telah lahir dengan sendok emas di mulutnya itu adalah seorang pekerja keras meski hidupnya bergelimang harta. Sejak muda, ia diajarkan tentang kerja keras hingga di usianya yang berada di akhir kepala empat ia bisa menjadi presiden utama dari perusahaan keluarga. Karena kesibukannya mempelajari bisnis sejak kecil, Seung Hwan tak banyak memiliki teman dan sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Untungnya, ia bertemu dengan Kim Hanna yang merupakan putri salah seorang teman sang Ayah. Keduanya dijodohkan dengan tujuan bisnis. Meskipun begitu, baik Seung Hwan maupun Hanna lamban laut mulai mencintai satu sama lain, hingga memiliki dua putra, yakni Park Jung Soo dan Park Donghae.
Sayangnya, pernikahan keduanya mulai menemui keretakan ketika bisnis yang Seung Hwan pimpin berkembang pesat. Seung Hwan banyak melakukan perjalanan bisnis keluar kota maupun luar negeri. Membuatnya jarang berada di rumah bersama dengan keluarganya. Di salah satu perjalanannya di Daegu, Seung Hwan yang aktif mendorong bisnis-bisnis kecil bertemu dengan Kim Jae Kyung yang merupakan seorang desaigner lokal di Daegu. Paras rupawan yang dimiliki Jae Kyung dan fakta bahwa dia adalah seorang single parent membuat Seung Hwan banyak tertarik padanya. Seung Hwan bahkan bisa pulang pergi Seoul-Daegu dua kali dalam sehari, hanya untuk bertemu dengan Jae Kyung dengan alibi membantu bisnis Jae Kyung. Sampai akhirnya, mereka menikah dengan persetujuan Hanna dan memboyong serta Kim Kibum yang merupakan putra semata wayang Kim Jae Kyung.
***
Donghae POV
Dulu, Ayah adalah sosok yang paling aku kagumi di dunia. Dia pekerja keras, penyayang, dan tak pernah melupakan keluarganya meskipun ia sibuk. Bahkan ketika Ayah bilang aku akan memiliki dua Ibu pun, aku masih begitu mengaguminya. Saat itu aku mungkin begitu polos, sehingga senang-senang saja ketika Ayah menikah di depanku dan dengan bangga mengatakan pada teman-temanku bahwa aku memiliki dua Ibu.
Saat itu, keadaan rumah menjadi begitu hangat. Ayah menjadi lebih hangat dari sebelumnya dan lebih sering berada di rumah juga. Ibuku dan Ibu baru, juga terlihat begitu akrab dan sangat kompak untuk semua urusan rumah. Jung Soo hyung pun juga, ia yang memang hangat menjadi lebih hangat meskipun sering kelabakan karena harus mengurusi aku dan Kibum sekaligus. Ya, itu karena Kibum yang masih terkesan enggan dan terus menghindar dari kami.
Sayangnya, aku masih terlalu kecil. Masih sangat kecil itu membaca situasi dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan coba ditutupi. Ketika untuk pertama kalinya aku menemui Ibuku menangis sendiri di kamarnya sambil tersedu-sedu, aku masih menganggap itu bukan apa-apa hanya karena Ibu bilang baik-baik saja. Padahal tanpa aku sadari, sejak keputusan Ayah menikah, dan Ibu Jae Kyung tinggal bersama kami, Ibuku sering sekali pergi ke rumah sakit. Ia bahkan bisa pergi tiga sampai empat kali dalam seminggu. Saat itu, aku sering marah, karena tidak seharusnya Ibu seperti itu ketika Ayah sudah sering pulang.
Tanpa aku sadari, itu adalah awal dari petaka. Suatu hari, pada malam ketika tak ada seorangpun di rumah kecuali aku dan Ibu. Aku yang berencana tidur bersamanya, kembali menemukan Ibu menangis. Tapi kali ini berbeda, Ibu terlihat begitu menikmati tangisny. Ia tertawa-tawa di sela isaknya, sambil sesekali menelan butir-butir putih seperti obat yang tak kuketahui obat apa. Kemudian ia mengerang-ngerang kesakitan, hingga membuatku ingin menerobos masuk. Tapi setelahnya, Ibu membuatku tertegun lagi. Ia kembali. Kembali pada sosok Ibuku yang sesungguhnya. Gerakan anggunnya yang menghapus jejak air mata tak berubah, bahkan aku bisa menangkap senyum manisnya pada cermin yang memantul. Itu adalah pertama kalinya aku melihat dua sisi Ibuku. Dan jujur, itu membuatku sedikit takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Gone
FanfictionTentang dua remaja yang dipersatukan karena keadaan. Merintis kehidupan lewat setiap langkah yang mereka ambil. Mencoba melindungi satu sama lain dengan bayangan masa lalu yang masih lekat menghantui. Memunculkan ketakutan dari pemuda buta yang menc...