Lagi-lagi Kyuhyun pernah bermimpi, bermimpi tentang langit biru yang luas; awan-awan putih yang tak lebih dari bongkahan kapas; juga berbagai eksisteni lain yang hidup bersamanya, tampak begitu indah. Bayangan tentang warna-warna yang cerah membuatnya terkekeh pelan. Kyuhyun menertawakan dirinya sendiri, tertawa pada hidupnya, juga pada keadaan. Merah, biru, kuning, hijau, ungu, putih, atau apapun itu, Kyuhyun tak pernah mengerti. Ia hanya tahu hitam; ia hanya bersahabat dengan hitam. Iya, hitam yang kelam. Seperti hidupnya, hitam dan tak sedikitpun memiliki bercak warna lain barang sedikit.
"Ayah, sebentar lagi. Hanya sebentar lagi" gumamnya pelan seraya terus mengayun-ayunkan kedua kakinya di tepian ranjang.
Sebuah senyum sedikit membuncah pada bibirnya ketika membayangkan hari dimana ia dinyatakan bebas dan kembali normal. Meski tak mampu melihatnya, tetapi bayang senyum dan wajah bangga sang Ayah sudah tergambar sempurna pada benaknya. Kali ini, ia mengukuhkan diri untuk menjadi lebih baik dan tak lagi mengecewakan sang Ayah. Ia berjanji.
Secara berulang-ulang, ibu jarinya mengelus-elus kertas yang sedari ia genggam. Di sana –pada kertas itu– terdapat hasil evaluasi perkembangannya selama ia menjadi siswa rumah rehabilitasi yang menurutnya lebih seperti taman bermain. Di sini, ia dituntun kembali hidup normal dan terlepas dari dekap obat-obatan terlarang. Menjadi individu sosial yang mempercayai bahwa diri sendiri adalah tameng paling kuat. Mungkin terlihat hina, tapi sungguh rumah ini adalah tempatnya sedikit demi sedikit mengisi lubang kosong yang ditinggalkang oleh sang Ibu.
Segaris senyum yang semakin mengembang itu membawanya pada apa-apa saja yang pernah singgah dalam hidupnya. Ia yang lahir dengan mata yang tak sempurna menganggap bahwa dunia hanyalah sebatas hitam dengan Ayah dan Ibu yang menjadi temannya. Tapi kemudian ia dipaksa menerima fakta bahwa salah satu temannya pergi ke tempat jauh yang tak mampu ia raih. Saat itu, ia memberontak. Mengutuk dan menyalahkan Tuhan. Kemudian belum kering benar luka kehilangan itu sembuh, ia kembali dipaksa menerima keegoisan bahwa sang Ayah yang menjadi satu-satunya teman yang ia miliki, mengundangnya pada altar tempat sang Ayah kembali mengucapkan janji suci. Saat itu, Kyuhyun ingin memberontak dan menggeleng, tapi entah sejak kapan Ayahnya menjadi begitu menakutkan. Ia hanya bisa menelan salivanya, dengan genggaman pada tongkatnya yang terus menguat seiring dengan tepukan bahagia yang menggema di telinganya.
Sejak hari pernikahan itu, kehidupannya berputar seratus tiga ratus enam puluh derajat. Sang Ayah yang begitu mencintai istri barunya seperti enggan kembali bertemen dengannya. Tak jarang Kyuhyun mendapati canda tawa sang Ayah bersama dengan Ibu baru dan dua orang putra Ibu tirinya. Hidupnya menyedihkan, itu yang ia pikir. Kekosongan akan sosok Ayah dan Ibu pun, membuatnya mulai menjalin persahabatan dengan anti depresan. Awalnya, Kyuhyun hanya mengkonsumsinya jika perasaan rindu akan sang Ibu melandanya, tapi kemudian obat itu seperti satu kebutuhan wajib bagi Kyuhyun. Menjadi temannya berbagi sekaligus menenangkan diri dari perasaan-perasaan yang tak mampu ia kendalikan.
Ayah bagitu jauh darinya, terlebih ketika ia mulai berkenalan dengan ganja dan membuatnya semakin mempererat hubunganny dengan narkoba. Sikap sang Ayah yang otoriter terhadapnya, menjadikan ganja sebagai pelampiasan rasa cemas dan penenang yang lebih kuat daripada obat anti depresan. Bukannya tak tahu, Kyuhyun bahkan lebih dari mengerti bahwa kebiasaannya justru semakin membuatnya jauh dari sang Ayah. Tapi Kyuhyun tak peduli. Obat-obatan itu memberinya esensi nyaman dan dengan sekejap memenuhi kekosongan yang tak pernah ia dapat dari sang Ayah, sehingga mau tak mau Kyuhyun harus mengkonsumsinya. Percaya atau tidak, setiap kali obat-obata itu bereaksi pada tubuhnya, Kyuhyun selalu merasa dirinya bertransformasi ke pribadi yang jauh lebih baik. Menjadi cacat karena buta bukan masalah lagi bagi dirinya. Dadanya membusung dan langkahnya tegak. Kyuhyun merasa dirinya besar dan tak ada yang bisa mengalahkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Gone
FanfictionTentang dua remaja yang dipersatukan karena keadaan. Merintis kehidupan lewat setiap langkah yang mereka ambil. Mencoba melindungi satu sama lain dengan bayangan masa lalu yang masih lekat menghantui. Memunculkan ketakutan dari pemuda buta yang menc...