Flower

920 90 7
                                    

            Pemuda berwajah stoic itu masih tetap diam ditengah gelap yang menyergapnya. Tangannya yang mengepal dengan giginya yang saling bertaut berhasil menekan semua perasaan yang membuncah dalam hatinya. Sebelum meledak, ia putuskan untuk secara perlahan mengayun kakinya mendekati pintu. Sepelan mungkin ia buka pintu itu untukk tidak menimbulkan sedikitpn suara. Ia hadir dalam kegelapan, jadi biarkan ia juga lenyap dalam pekatnya.

Sial!

Ia mengutuk diri ketika bukan suara pintu yang berhasil mengalihkan atensi pemuda lain yang duduk meringkuk di atas ranjang, melainkan sebuah cahaya yang menyusup sempurna dari terang lampu di luar.

"Kibum" suara bergetar itu membuat Kibum –pemuda yang hendak keluar – memejamkan matanya rapat-rapat dan semakin mengepalkan pegangan tangannya pada daun pintu. Kemudian setelah yakin telah mendapat kekuatan, ia berbalik dan menatap gulir nektar memerah kakaknya yang masih terbias oleh air mata.

"Bum..."

"Tidak, aku tidak melihatmu, hyung. Aku baru saja tiba. Aku..."

"Apa Donghae kembali?"

Kibum terdiam. Kegugupannya terganti dengan perasaan marah yang semakin memuncak. Ia sudah menahannya, jadi ia tak yakin mampu menahannya lagi untuk saat ini. Setidaknya, biarkan ia berteriak.

"Aku tidak tahu, dan tidak ingin tahu"

Tidak ada alasan lagi untuk tetap berdiri di kamar Leeteuk dan tidak ada niatan lagi untuk menenangkan sang kakak di kondisinya yang sedang terpuruk. Jadi, Kibum putuskan untuk berbalik setelah kalimat datar terucap dari lisannya.

Brak!

"Aku di sampingmu, hyung" samar dan hampir tak terdengar.

Sayangnya Kibum salah, sekeras apapun ia membanting pintu, kalimat lirih itu tetap dapat Leeteuk dengar dengan jelas. Mata yang sudah memerah dengan diselimuti bias air mata itu semakin memanas. Merutuki dirinya yang kembali berhasil menyakiti perasaan adiknya. Setelah Donghae lepas dari genggamannya, sekarang ia membuat Kibum berbalik darinya karena tak becus menyadari eksistensi Kibum yang sedari tadi berdiri di sampingnya.

Tapi untuk kali ini, Leeteuk tak ingin Kibum menjauh atau yang lebih parah lepas darinya seperti Donghae. Tidak lagi. Jadi, segera ia ambil langkah besar untuk mencari Kibum guna menarik anak itu kembali ke dekapannya. Ia tahu itu akan terlihat egois tapi ia tak peduli. Ia tidak bisa lagi merasakan kehilangan untuk ketiga kalinya. Kematian ibu Park dan kepergian Donghae sudah memukulnya, jadi ia tidak bisa lagi merasakannya, lagi.

.

.

"Hitam. Gelap. Pekat. Memang apa yang bisa diharapkan? Hadir atau tidak, sama saja. Kalaupun harus lenyap, tak apa. Tapi masalahnya, segaris cahaya menopang. Menarik paksa sebelum kulitku menyentuh dasar. Aku bahagia tapi membencinya"

-Kim Kibum-

.

.

If You Gone

.

Dari ujung gang buntu yang tampak tak memiliki tanda kehidupan itu, suara ketukan tongkat pada aspal yang mulai rusak menggema. Sesekali tawa hadir dalam setiap sela ketukannya yang terdengar tak beraturan. Dua anak manusia sedang menapaki jalanan kecil itu untuk mencapai rumah sederhana di ujung gang. Dengan tangan yang saling mengait seperti sepasang pengantin, mereka berjalan dengan bahagia seperti di atas altar. Senja jingga yang mulai berubah ungu menjadi nuansa alami yang menyelimuti setiap pancaran kebahagiaan dari keduanya.

If You GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang