Sarung tinju favoritku ini telah lama kusimpan, warisan keluarga turun temurun
Bukan sembarang sarung tinju yang dijual di pasaran, warnanya indah, merah marunSiapa sangka banyak petinju takluk, dari kelas rt,rw, sampai kabupaten semua takluk
Melihat track recordnya pikirku siapa yang tak tundukSaat beranjak dewasa aku bekerja di kota, tak lupa sarung tinju kubawa serta, sekedar untuk jaga jaga, dari godaan syetan yang tertata
Baru hari pertama di kota, sudah banyak yang menantang, penasaran apa hebatnya sarung tinjuku
Dengan yakin kuladeni tantangan demi tantangan
Satu satu jatuh bertumbangan
Apa kubilang....sarung tinjuku tiada lawan...Tapi heran...mukaku penuh luka lebam, musuh yang kukalahkan malah makin tampak jantan...
Pada cermin kucoba tanya ada apa gerangan,
Cermin malah ketawa cekikikan
Berkata padaku "kamu sudah tidak perawan"
KAMU SEDANG MEMBACA
CELOTEH
PoesíaPuisi tentang apa saja, kapan saja, siapa saja, dimana saja. Terbungkus dalam kata - kata yang hitam.