[4]

4.6K 507 22
                                    

Hiura berjalan dengan cepat, dia terlihat sangat tidak nyaman dengan perlakuan Iva yang mengikutinya di belakang.

Dia terus menatapku, ini menakutkan! batin Hiura.

Sesampainya di kelas, Hiura segera duduk di kursinya lalu menangkubkan kepalanya di atas meja dan menutupi dengan tangannya. Sementara itu Iva masih berada di dekatnya atau lebih tepatnya di sampingnya.

"Hiura, mengakulah ... kau sebenarnya sangat kuat 'kan!?" ucap Iva sembari menggebrak meja.

"Hi ... aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan," jawabnya sembari menggigil ketakutan.

Teman-teman sekelasnya menatap mereka berdua, Iva yang merasakan tatapan temannya langsung membalas tatapan mereka. Dalam sekejap mereka langsung mengalihkan pandangannya.

"Hiura! Saat praktik nanti, kau harus berpasangan denganku, tunjukan kemampuanmu yang kemarin."

Setelah mengatakan demikian, Iva kembali ke tempat duduknya.

Seram, batin Hiura.

Tak lama kemudian pelajaran dimulai, Hiura berharap agar waktu berhenti, namun tidak mungkin waktu akan mengikuti keinginan Hiura, pelajaran demi pelajaran telah berlalu, dan tibalah waktunya untuk kembali praktik.

Ah ... berakhir sudah, batin Hiura.

"Hiura, cepat ganti bajumu dan pergi ke lapangan," ucap Gurunya.

"Baik, Bu."

Hiura berdiri dengan lesu, dia berjalan menuju ruang ganti dan mengganti pakaiannya. Setelah itu dia pergi menuju lapangan.

Harusnya aku lebih menahan diri, eugh ... betapa bodohnya aku, batin Hiura.

Di lapangan terlihat teman-temannya yang sudah berlari memutari lapangan.

"Hiura! Kau telat, cepat lari, karena kau terlambat maka kau harus berlari lima belas putaran," perintah Guru laki-laki bertubuh kekar.

Hiurapun mulai berlari, teman-temanya terlihat menertawainya, beberapa menit kemudian semua murid sudah selesai berlari, kecuali Hiura tentunya, dia memiliki putaran ekstra.

Dia menatap teman-temannya yang sedang mengatur napas mereka yang tersengal-sengal. Hiura hanya bisa menghela napas saat melihatnya.

Setelah selesai berlari, akhirnya diapun bergabung bersama teman-temannya, namun baru dia bergabung, teman-temannya sudah berpencar di sekitar lapangan.

"Eh?"

"Hiura, cepat cari tempat yang kau rasa aman, kalian akan melakukan pertarungan yang sangat keras, hanya satu pemenang diakhir nanti, dialah yang bertahan di tengah-tengah lapangan."

"Eh? Royal rumble? Pak, karena aku lemah, bisakah aku mengaku kalah lebih dahulu dan beristirahat di sini?"

"Hahaha, tentu saja ... tidak! Tidak ada pengecualian, tubuh yang sehat membantu seseorang untuk memperkuat dirinya. Cepat pergi atau aku akan memukulmu."

"Eh ...."

Dengan terpaksa diapun pergi menuju sudut lapangan.

"Baiklah, yang keluar dari lapangan berarti kalah, tidak ada alasan untuk sengaja mengalah atau keluar lapangan tanpa bertarung. Jika ada, aku akan menghukumnya, huahahaha, jadi bersiaplah. Kalau begitu, mari kita mulai!"

Murid-murid terlihat mulai bergerak, mereka menghadapi orang yang menurut mereka mudah dikalahkan terlebih dahulu, namun tak terlihat satupun ada yang bergerak menuju Hiura.

Uncrowned King [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang