Dua

94 48 26
                                    

Anisa melirik jam dinding, jarum pendek sudah menunjuk ke angka 6 namun Rafa tak kunjung datang, mungkin firasatnya benar, Rafa masih takut atau mungkin marah padanya akibat sikap nya yang kasar kemarin.

"Mungkin dia memang marah padaku, baiklah aku bisa terima itu namun aku harus tetap minta maaf padanya."

"Bagaimana? Dia masih belum datang juga? Sudahlah kunci saja pintunya, mungkin pas kita buka lagi nanti dia baru akan datang. Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri seperti itu kak."

"Katamu dia pasti akan datang, tapi mengapa kau malah menyuruhku mengunci pintu itu?"

"Ya mungkin dia sedang lembur tapi aku yakin kok dia pasti datang jadi yasudah lah."

Anisa berjalan menuju pintu kedai dan menguncinya.

Pukul 21:25 WIB
Anisa tidak mengerti mengapa tiba-tiba langit menjadi mendung dan suhu menurun menjadi sangat dingin? Se-ingatnya ramalan cuaca hari ini untuk daerah DKI Jakarta dan sekitarnya baik, tapi mengapa tiba-tiba cuacanya menjadi buruk?

Karna cuaca buruk dan tetesan-tetesan air sudah berjatuhan dari langit kedainya menjadi sepi pelanggan, mungkin karna sudah terlalu malam pula jadi orang-orang sudah malas jika ingin keluar rumah, ditambah hawa yang dingin sangat mendukung untuk beristirahat.

Anisa menengguk secangkir kopi susu yang ia buat tadi sambil terus memandang kosong kearah luar jendela.

Sialnya memori tentang kecelakaan tragis kemarin itu kembali terputar diotaknya saat ia sedang asik memperhatikan orang-orang yang lewat didekat lampu taman yang padahal masih diberi garis kuning oleh polisi, ya kalian tahu lah apa arti garis kuning tersebut?

Jedarrr..

Suara petir yang teramat dahsyat mengejutkan Anisa, hujan turun dengan lebatnya membuat para pejalan kaki berlarian mencari tempat berteduh,

Klining..klining..klining

"Hujan pembawa berkah dan keberuntungan" pikir Anisa, karna kebanyakan orang mungkin sudah tidak tahu mereka akan berteduh dimana jadi saat mereka melihat sebuah kedai kecil apalagi yang salah satu menunya terdapat kopi yang pasti bisa menghangatkan tubuh."

Huaa aku kewalahan, mengapa tiba-tiba mereka menyerbuku seperti ini? Untung saja aku tidak memutuskan untuk tidur lebih dulu karna sebelumnya kedai sangat sepi,

"huft." Eluh Hanifa seraya mengelap peluhnya, rasanya hawa dingin malam ini tidak menghalangi keringatnya untuk terus mengalir dari dahinya.

"Hush! Harus nya kita bersyukur bukan mengeluh seperti itu, kalau Allah memberi kita azab karna tidak pernah bisa bersyukur bagaimana?"

"Huft iya-iya Allhamdulilah wasyukurillah."

Anisa tersenyum tipis dan menggeleng² kecil.

"Coba saja ya setiap hari kedai kita se-penuh ini? Mungkin kita akan menjadi kaya kembali."

"Iya ya hmm, kalau kita kaya lagi aku akan melanjutkan kuliah ku dan memperlihatkan kepada semua MANTAN teman-teman ku yang sudah mengejekku kalau aku bisa kaya dan kuliah kembali!"

"Sepertinya masih lama sekali untuk menjadi kaya hingga bisa sampai menguliahkan kau kembali ke universitas itu Fa, maaf ya."

Karina hanya menganga dan wajahnya berubah menjadi lesu.

"Hehehe maaf kan aku ya, tapi aku akan berusaha lebih keras untuk menguliahkan mu kembali namun mungkin bukan di kampus mu yang lama lagi."

"Baiklah, dimana pun itu yang penting aku dapat melanjutkan pendidikan ku,"

Coffee Love Story ♥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang