Dua belas

26 3 2
                                    

Krining...

Hanifa tidak tertarik dengan siapa pelanggan yang baru saja datang itu, namun rasanya pelanggan itu mendekat kearah dirinya, dan tentu saja kedua kaki orang itu menghalangi nyauntuk menyapu.

"Tuan bisa permisi sebentar? Saya ingin menyapu semua lantai kedai kumuh dan kecil ini." Ucapnya tanpa menatap orang itu.

"Kau diajari sopan santun bukan? Kau bicara padaku tapi kau tidak menatapku, dimana sopan santunmu?"

Sepertinya Hanifa sangat familiar dengan suara itu, ia mengangkat wajahnya untuk memastikan kalau dugaannya pasti benar.

"Bimo?" Karina langsung menjatuhkan sapu nya begitu saja dilantai dan bergegas masuk ke kamarnya. Namun sebelum itu Bimo sudah lebih dulu mencekal pergelangan tangannya.

"Hey Hanifa tunggu sebentar aku ingin bicara padamu, tolong dengarkan, sebentar saja.."

"Kau mau apa lagi? Apa masih belum puas membentakku dan mengusirku semalam? Apa lagi yang akan kau lakukan padaku Bimo?"

"Justru itu, aku kesini untuk meminta maaf padamu aku tahu aku salah seharusnya yang memang harus pergi Selly bukan kau. Aku minta maaf aku menyesal sekali, aku benar-benar tidak ada niatan untuk membentak apa lagi mengusir mu tadi malam."

"Apa kau yakin kau kesini untuk minta maaf? Bukan untuk bertemu kakakku?"

"Apa yang kau maksud? Aku benar-benar ingin minta maaf padamu dan aku tulus,"

"Aku tahu Bimo. Aku tahu semuanya!"

Anisa mendengar ada kegaduhan kecil yang sepertinya antara Hanifa dan Bimo. Ia cepat-cepat melayani orang-orang yang barudatang dan setelah selesai dia akan bicara baik-baik dengan mereka berdua.

"Tahu? Tahu apa Kau tahu apa Hanifa aku tidak mengerti." Ucap Bimo dengan polosnya.

"Sebenarnya kau mengundang kak Anisa sebagai pasangan dansa mu iyakan? Tapi karena kak Anisa menolak akhirnya kau setuju kalau aku yang menggantikan dirinya! Intinya kau terpaksa mengundangku iya kan?"

"Itu memang benar tapi aku tidak terpaksa Hanifa. Aku memang sudah ikhlas kalau Anisa tidak dapat pergi denganku. Kau salah paham."

"Aku tidak mau dengar apapun alasanmu. Yang aku tahu dari awal kau memang tidak berniat mengundangku iya kan? Aku bisa mengerti, dan aku sudah mencoba memaklumi kejadian tadi malam. Memang ya kalau dari awal nya sudah tidak ikhlas ya pasti jadinya tidak akan lancar."

"Terima kasih datang kembali ya." Anisa langsung buru-buru menghampiri Hanifa dan Bimo.

"Ada apa ini? Kalian berdua, jangan bicarakan urusan pribadi disini, apa kalian tidak malu semua orang menatap kearah kalian?"

"Kau yang tidak punya malu sudah merebut cinta adik kandungmu sendiri!" Hanifa melepas cekalan Bimo dan langsung berlari masuk ke kamarnya.

"Anisa apa kau sudah tahu tadi malam-""Aku tahu semuanya Bimo aku tahu. Dan sekarang aku malas bicara denganmu sebaiknya kau pergi saja dari sini sampai semuanya memulih seperti semula lagi,"

"Aku hanya ingin minta maaf pada Hanifa itu saja."

"Dan kau sudah melakukannya bukan? Kalau begitu cepat pergi dari sini. Kau bisa datang lain kali kalau semuanya sudah kembali normal. Jadi kumohon cepat pergi dari sini."

"Kau mengusirku?"

"Itu juga yang kau lakukan pada adikku bukan?" Bimo meraih kedua tangan Anisa dan menggenggam nya erat-erat,

"Lepaskan aku. Tidak enak Bimo semuanya menatap kita."

"Aku tahu kau marah padaku karena apa yang aku dan Selly lakukan tadi malam pada Hanifa. Tapi kau tidak bisa marah padaku saja karena adikmu juga salah. Kalau dia tidak menjambak rambut Selly malam itu aku akan tetap membelanya dari bully-bullyan mereka semua."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Coffee Love Story ♥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang