That Personal Assistant is Mine

1K 116 13
                                    

Jiyeon merasa jantungnya seperti di kejutkan, air mulai mencuri waktu untuk turun dari pelipisnya. Dia sudah berdiri disini selama hampir lima menit hanya karena ia diharuskan menjadi asisten pribadi bos barunya. Jiyeon masih tidak percaya, ia mendapat jabatan yang well lumayan tinggi. Tapi jabatan tinggi, tanggung jawab juga tinggi, bukan?

"Tidak apa-apa, aku tahu kau bisa melakukannya" Senyum wanita yang berada di hadapannya justru semakin membuatnya tertekan, seharusnya Jiyeon senang ia mendapati jabatan yang hampir setara dengan wakil Presiden Direktur ini tapi seperti ada alat pemacu jantung yang terus mengejutkannya sehingga jantungnya terus berdetak tidak normal.

"Bisakah kita bertukar? Aku yang menjadi sekretaris dan kau yang menjadi asisten pribadi tu-"

"Apa Park Jiyeon sudah datang?" Jiyeon menengok gugup kearah pintu besar yang tepat disebelah kanannya. Dia tersenyum getir sembari membungkuk

"Ya saya pak" Sopannya, ia melihat tuannya itu sudah masuk kedalam ruangan dan setelah sebelumnya menyuruhnya untuk masuk juga. Sebisa mungkin Jiyeon menghilangkan rasa gugupnya. Aku harus meminta permohonan untuk mundur dari jabatan ini, batin Jiyeon.
Pria berjas hitam itu duduk dibangku besarnya, menyerahkan sebuah map berwarna hitam pada Jiyeon

"Ini jadwalmu, aku sudah mengaturnya. Dan jika aku menghubungimu, kau sudah harus siap. Aku sudah memberikanmu jabatan yang tinggi" Jiyeon menelan ludahnya sulit, rasanya kerongkongannya tertutup oleh sesuatu.

"Ne tuan Lee" Ujar Jiyeon dan kembali membungkuk untuk pergi dari sana

"Aku belum menyuruhmu pergi" Jiyeon segera kembali ke tempat awalnya berdiri tadi. "Biasanya jika aku ditempatkan ditempat baru aku akan selalu makan bersama asisten pribadi dan sekretarisku, jadi setelah pulang nanti ikutlah. Sekarang kau boleh keluar" Jiyeon membungkuk dan segera keluar dari ruangan itu. Presdir Lee memang tampan dan memiliki wajah yang baik, tapi ada sesuatu yang membuat Jiyeon harus takut dan was-was padanya.

.

.

.

.

Sehun sedang mengawasi status perkembangan pada hotel yang didirikannya. Dia tersenyum melihat diagram yang menunjukkan kenaikan tiap tahunnya. Dia ingin sekali merayakan kesenangannya dengan para stafnya tapi tidak, Sehun akan lebih senang jika disuruh menjemput kekasihnya yang sudah berubah status menjadi tunangannya.

DRRRTTT DRRTT

Handphonenya yang ia taruh diatas meja kerjanya bergetar sehingga membuat suara yang cukup keras ditelinganya, Sehun semakin mengembangkan senyumannya ketika layarnya menunjukkan nama Jiyeon.

"Ada apa sayang? Apa kau sudah pulang?"

"Belum, aku hanya ingin mengabarkan aku akan makan bersama Presdir Lee di restoran Myongjae" Sehun mengernyitkan keningnya. "Bersama sekretaris perusahaan juga"

"Apa perlu aku menjemputmu disana?" Terdengar kekehan kecil daru sebrang sana

"Tidak perlu sayang, nanti kau lelah. Aku akan mengabarimu. Aku dipanggil, sudah dulu." Baru saja Sehun ingin menjawabnya tapi Jiyeon sudah menutup duluan sambungannya.

.

.

.

.

TRAK

Sehun tidak sengaja memecahkan sebutir telur yang baru saja ia ambil dari dalam kulkas. Matanya menyipit melihat jam. Ia menatap layar handphonenya yang berada tidak jauh dari pandangannya sembari membersihkan tangannya dari bau amis telur.

Ficlet-One Shoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang