Based on the true story.
..
.
.
Jiyeon bersorak dengan ketiga temannya melihat suasana konser malam ini begitu meriah. Ia tidak sabar menonton beberapa performers. Ribuan penonton begitu mendominasi satu tempat didepan panggung itu, berloncat riang beberapa dari mereka ada yang menggendong teman lainnya di atas pundak mereka. Jiyeon sangat terhibur malam ini, mengingat tugas kuliahnya yang selalu membuatnya tidak bisa bersenang-senang. Matanya sempat melirik kearah salah satu pria yang berdiri tegap menatap panggung tersenyum tapi tidak berjingkrak seperti kebanyakan orang. Seperti ada yang menarik dari pria itu hingga Jiyeon justru sekarang lebih terfokus pada pria berkulit putih tersebut. Bahkan dari pakaiannya saja terlihat bahwa dada bidang itu bergitu tercetak disana, jangan lupakan wajah tampannya, pantas saja Jiyeon tertarik.
Katakan Jiyeon tidak pandai untuk menanggapi ketertarikannya, pasalnya dia terus saja melihat sang pria membuat pria itu sadar dan menatapnya kembali. Jiyeon lumayan terkejut dan balik menatap panggung sedikit berjingkrak bohong.
"Ow, apa Park Jiyeon berhasil menemukan pria tampan?"
Jiyeon sempat menggeleng membantah omongan temannya yang agak berteriak ditelinganya sebab musik dan speaker dengan volume besar disekitar mereka.
"Wajahmu merah" Tambah temannya membuat Jiyeon cekikikan dan beralih menatap pria tadi. Jiyeon menelan ludahnya, meneguk mentah rasa kekecewaannya karena pria itu sudah tidak disana. Sedetik ia menatap panggung, suara tembakan terdengar satu kali. Jiyeon sedikit panik dan sempat menengok kearah langit, ia melihat sekelilingnya dan tidak ada yang menyadari suara itu, mungkin sebuah petasan, pikir Jiyeon dan mencoba untuk berpikir positif.
Mata Jiyeon menangkap pria putih tadi, rupanya pria itu hanya tertutup oleh seseorang sehingga tadi ia tidak melihatnya, tapi pria itu juga menengok kearah langit. Apa artinya ia mendengar suara tembakan tersebut? Lagi-lagi mereka bertabrakan pandangan. Ya, pria itu menatap Jiyeon.
DUARR DUARR
Sudah jelas ini suara tembakan, dan Jiyeon mulai panik. Ia mengalihkan pandangannya menatap teman-temannya, namun nihil semua orang sudah panik dan mulai meninggalkan lapangan bahkan performer sudah tidak berada diatas panggung. Gadis bermata hazel itu membungkukan badannya, seperti lelah ia gemetaran kedua telapak tangannya menutup telinganya bahkan ia menangis disana.
"Help me" Gumamnya dengan volume suara kecil, sedang suara tembakan terus berbicara dengan kencang.
Sempat suara tembakan itu berhenti. Dan disaat itu juga tangan Jiyeon diraih, diraih pria putih tadi, mengajak Jiyeon agar berlari berlawanan arah dengan banyak orang yang masih berlari menjauhi lapangan. Sempat terkejut namun kemudian Jiyeon ikut berlari, setidaknya dia selamat.
"Lari! Cepat!" Suara baritone keluar dari mulut pria putih itu. Jiyeon melihat kearah tangannya yang masih digenggam erat olehnya, kemudian mereka bersembunyi dibalik bangku yang berada disamping lapangan, bangku yang terbuat dari tembok dan tidak ada lubangnya, ya seperti berupa batu berbentuk bangku. Pria itu tiduran dengan perut menampar tanah begitu juga dengan Jiyeon yang mengikuti arahan pria itu.
"Aku Sehun" Disela-sela kepanikan mereka berdua dan juga disela-sela puluhan suara tembakan, pria putih itu mengenalkan dirinya pada Jiyeon yang berada disampingnya, tidak ada jarak diantara mereka bahkan Sehun dengan beraninya merangkul pundak Jiyeon agar lebih dekat padanya, seperti pria lancang namun Jiyeon tahu alasan dibalik itu. Tentu saja agar mereka tidak terlalu mudah kelihatan oleh siapapun penembak itu. Jiyeon tersenyum baru saja ia ingin mengenalkan dirinya juga namun Sehun sudah menariknya kembali.
Pria itu membawa Jiyeon kearah parkiran mobil, sempat menatap Jiyeon agar gadis itu mau masuk kedalam mobilnya dan pergi dari sana. Selamat, mereka memang selamat namun Jiyeon terisak ketika sudah sampai di mobil Sehun.
"Aku meninggalkan teman-temanku" Ucap Jiyeon dalam isakannya, kemudian Sehun berhenti mendadak membuat Jiyeon menatap kedepan melihat banyak orang berlarian.
"Itu temanmu?" Sehun menunjuk dua wanita yang berjalan cepat, yang satunya berjalan terseok karena salah satu kakinya tidak mengenakan high-heels. Jiyeon mengangguk antusias dan menatap Sehun seolah, boleh beri tumpangan untuk mereka?.
"Panggil mereka"
.
.
.
.
"Aku tidak menyangka hanya berawal dari kejadian itu kalian bisa menjadi suami dan istri" Jiyeon terkekeh mendengar ucapan bibinya yang baru mengetahui darimana dia dan Sehun bertemu.
"Jiyeon selalu menatapku saat konser- AKH" Sehun tertawa sambil meringis setelah mendapat pukulan ringan dari sang istri.
"Yang ingin aku tanyakan, saat saat kapan saja kau berani berlari?" Sang bibi menatap Sehun, wajar saja bibi dari istrinya itu baru saja datang dari Amerika dan tidak datang ke pernikahannya, bahkan ia baru melihat Jiyeon setelah sepuluh tahun terakhir.
"Saat tembakan terjadi, biasanya para penembak akan menembakan peluru mereka sampai habis. Ketika kalian tidak mendengar lagi suara tembakan, itu berarti penembak sedang mengisi ulang pelurunya dan disitu adalah kesempatan kalian berlari." Bibinya mengangguk seperti menjadi dalah satu ajaran baginya. "Ketika masih di akademi, kami diajari untuk mencari tempat sembunyi seperti pohon. Dan jika ada kejadian seperti itu lagi, larilah berlawanan arah dengan orang banyak, terlebih jangan diam saja"
"Jiyeon, kau beruntung suamimu bekerja di kepolisian. Lihatlah aku, suamiku hanya bisa bekerja didepan komputernya" Sang bibi agak terkekeh.
"Ya bi. Aku begitu beruntung mendapati Sehun"
"Aku juga beruntung bi mendapatkan Jiyeon. Dia gadis pertama yang dengan beraninya menatapku dengan pandangan kagum haha" Sehun menarik Jiyeon dan memeluk istrinya mesra.
.
.
Selesai.
Sebenernya yang based on true story itu ya kejadian penembakan di salah satu konser besar gitu di US. Aku kasih tips tuw biar kalo ada ㅡamit-amit - kejadian begitu semoga kalian bisa selamat. Semoga aja gaada yang kekgitu lagi :(.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ficlet-One Shoot Stories
FanfictionKumpulan ficlet, drabble dan one shoot Cast: Park Jiyeon - Oh Sehun