The Second Sales Division

360 56 20
                                    

Jiyeon mendapatkan pukulan kecil, membuatnya kesal, tanpa ia buka matanya ia sudah tahu siapa pelakunya. Tentu saja

"Oh Sehun-ssi, kau terlalu kasar pada Jiyeon-ssi" Ya, Oh Sehun adalah pelakunya. Sehun hanya tersenyum bodoh menanggapi pegawai lainnya. Ia hanya iseng, toh Jiyeon tidak masalah dan sudah terbiasa. Iya, kan? Sehun beralih menatap Jiyeon, mendapatkan tatapan kesal dari wanita muda itu.

"Jadi kau sudah bangun" Ujarnya enteng, entah mengapa Jiyeon menatap Sehun seperti ada bunga-bunga di sekitarnya yang membuat Jiyeon risih dan ingin menendang Sehun. Jika saja Sehun bukan seniornya, ia pasti akan mengusir Sehun ke divisi lain.

"Aku tidak tidur!! Aku sedang mempersiapkan presentasi untuk siang ini" Kesal Jiyeon, bibirnya ia manyunkan gemas.

"Oh begitu. Jadi kau mempersiapkan presentasi ini demi mendapatkan kontrak untuk senior favorit mu ini" Goda Sehun. Dua pegawai lainnya yang melihat mereka dari jarak agak kejauhan tersenyum lebar.

"Mereka terlihat seperti suami dan istri" Ujar salah satunya, seorang wanita cantik berambut gelombang warna coklat.

"Tentu saja, mereka adalah pasangan lovey-dovey, pegawai peringkat pertama dan kedua di divisi sales kedua" Timpal yang lainnya, seorang pria berkacamata. Sehun mendengar itu dan mengangguk setuju.

"Sudah berapa kali kau mempresentasikan ini?" Tanya Sehun pada Jiyeon yang berada dalam rangkulannya.

"Ini sudah yang kelima kalinya. Direktur perencanaan mereka sangat keras, ditambah kau membuatku kesusahan karena sudah mengenalkanku langsung kepadanya sebagai embel 'tangan kanan'mu" Sehun tersenyum mendengar penuturan Jiyeon, ia mengusap puncak kepala Jiyeon pelan.

"Aku yakin kau pasti bisa, betulkan? Jika kau mendapat kontraknya, aku akan menraktirmu makan di restoran enak malam ini" Siapapun juga tahu bahwa Jiyeon saat ini sedang menahan rasa malunya, lihat kedua pipinya bersemu merah. You fraudster, ejek Jiyeon pada Sehun dalam hatinya.

"Baik, tolong buat reservasi di restoran sushi!" Jiyeon tersenyum kemudian meninggalkan Sehun disana. Ia jadi ingat awal pertemuannya dengan Sehun. Pria itu tampan, bahkan terlalu tampan untuk ukuran pegawai swasta. Seharusnya Sehun bisa saja menjadi seorang aktor atau mungkin seorang idola, lebih cocok dengan wajah tampannya itu.

***

Sehun adalah mentornya selama ia magang dulu. Sifat Sehun rupanya berbanding terbalik dengan parasnya yang terkesan dingin, Sehun lebih seperti komedian. Ia sederhana, mudah bergaul dan tampak menyenangkan, selalu menlontarkan candaan. Namun serius saat mengerjakan pekerjaannya. Sehun sangat tidak menyukai pegawai yang tertidur ditengah pekerjaannya, itu peraturan untuk Jiyeon dibawah kepemimpinan Sehun. Dan Jiyeon senang, Sehun tidak menganggapnya bawahan, atau sekedar internship, ia menganggap Jiyeon, partner. Semua yang Sehun lakukan saat ia presentasi di depan petinggi perusahaan membuat semua orang terkesima dan berpikir bahwa mereka harus bekerja dan mendapatkan Sehun.

Jiyeon duduk di bangku panjang yang tidak jauh dari flat yang ia tempati. Dipenuhi akan pikirannya.

Tapi, aku benar-benar ingin berada di sisinya saat kerja, dan aku ingin ia berpikir bahwa ia membutuhkanku juga. Tapi dia tidak akan melihatku lebih dari partner kerja. Jika aku memang bisa berada di sisinya, itu hanya untuk pekerjaan, bukan?

"Tapi aku ingin dia merangkulku"

Dia pasti hebat dalam seks. Dan juga, terlihat sangat menyenangkan jika bersama Sehun, aku ingin dia menghujaniku dengan ciumannya. Tidak hanya dia yang menciumku, aku ingin menjadi satu-satunya yang melakukan banyak hal padanya.

Jiyeon mengusap air matanya yang tiba-tiba saja keluar. Ia pikir ia terlalu mencintai Sehun sampai-sampai ia bisa menangis hanya membayangkan dirinya dengan Sehun bersama.

Ficlet-One Shoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang