Bab 1

333 7 2
                                    

PROLOG

Dear Arman,
Karena perasaanku untukmu berawal dari sesuatu yang indah yaitu persahabatan,
Kemudian aku menjalani setiap tahapnya dengan indah tanpa mengotorinya sedikit pun dengan perbuatan dosa yang selama ini pasangan lain lakukan atas nama cinta...
Maka untuk akhirnya, aku ingin semua hasilnya pun selalu penuh keindahan.

"Keindahan yang menyakitkan..." Protesmu saat itu.

Aku paham kenapa kau berkata begitu, Arman. Teramat paham...

"Rasa cinta yang sama dari 2 orang yang berbeda jenis, bagiku harus segera menemukan penyelesaian.
Satukan atau akhiri sama sekali". Kalimat lanjutanmu sampai saat ini masih terngiang di telingaku.

Dear Arman, seandainya penyelesaiannya sesederhana itu... Dalam sekejap tentu saja aku akan langsung berlari ke dalam pelukanmu.
Menumpahkan semua perasaan yang selama ini tertahan tentang kamu.
Membebaskan hati dari pengendalian diri super ketatku.

Hanya saja...
Kisah kita tak sesederhana itu...
Waktu masih menertawakan kebodohan kita di masa lalu, Arman...
Dia menyeringai menunjukkan taringnya seolah berkata, tetap dialah yang Tuhan tunjuk sebagai penguasa jaman.

Bagiku, perlu waktu belasan tahun untuk menyadari bahwa aku memang benar-benar mencintaimu, menyayangimu bahkan menginginkanmu.

Sampai ketika kau memutuskan untuk mengambil seseorang menjadi teman hidupmu dan itu bukan aku, saat itu pula semua rasaku tentang kamu meledak seakan lepas kendali.

Aku cemburu dan marah, Arman...
Kecemburuan dan kemarahan yang seharusnya tak layak kumiliki karena aku tak berhak melakukannya.

Aku bukan siapa-siapa kamu !
Meski bagiku, kamu adalah seseorang paling penting dalam bagian hidupku. Aku merasa kamu tak memiliki pendapat yang sama tentangku.

Aku biasa saja untukmu kan, Arman ?
Aku bukan seseorang yang istimewa bagimu, karena selama ini kamu seolah selalu mencari sosok itu.

Itulah sebabnya aku memutuskan untuk mengubur segala perasaanku tentang kamu.
Karena meski aku berdiri sangat dekat denganmu, kau seolah tak pernah melihatku !

"Kenapa kamu begitu pandai menyembunyikan perasaanmu, Dinda ? Kenapa aku tak pernah bisa melihat kalau kau begitu mencintaiku ?? Kenapa kau tak pernah berterus terang tentang itu ??". Tanyamu menghakimiku.

Arman tersayang...
Aku memang menyembunyikan rasa cintaku untukmu di setiap tutur kataku. Itulah sebabnya kenapa aku sangat berhati-hati ketika berbicara denganmu.
Itulah sebabnya kenapa aku bisa begitu lepas saat berbicara dengan sahabat priaku yang lain sementara denganmu tidak. Karena aku tak ingin, seiris daging dalam mulutku terpeleset sedikit pun.

Aku perempuan, Arman !
Aku masih terbatasi budaya timur yang harus kujunjung untuk tidak menyatakan rasa cintaku terlebih dahulu pada seorang laki-laki.
Meski laki-laki itu kukenal baik lebih dari separuh hidupku.

Aku tak mungkin berterus terang kepadamu dengan berkata :

"Hai Arman, Aku Dinda sahabatmu yang telah lama mencintaimu".

Bisa kau bayangkan seandainya itu ku lakukan kan ?
Aku yakin kau pasti akan melongo mendengar pernyataanku tersebut jika itu benar terjadi.

Aku tahu kamu dengan sangat baik, Arman.
Kau selalu memandang perempuan agresif itu tidak bagus. Perempuan itu harus anggun, sopan, baik, menjaga tutur kata dan sikapnya.

Aku tak mau mempertaruhkan persahabatan kita sejak lama dengan merusaknya karena kecerobohanku.

Ya, mungkin aku terlalu pandai menyembunyikannya. Hanya saja jika kau mau melihat ke dalam mataku sebentar... selalu ada binar cinta untukmu di sana.

Jika orang-orang di sekeliling kita saja begitu pandai menebak dan melihatnya, kenapa kamu tidak ??

Damn ! Mungkin matamu sudah buta disilaukan oleh begitu banyak sosok cantik yang kau kejar.
Sehingga bagaimana caraku menatap dan memperhatikanmu sudah bukan hal yang penting lagi buat kamu !

"Bukan begini kisah cinta yang kuinginkan, Dinda. Bukan dia yang kuinginkan !" Ujarmu sesaat sebelum pernikahanmu.

Aku menghela nafas yang terasa sangat menyesakkan. Setiap bulir air mata yang jatuh dari sepasang mataku adalah lambang kesedihan, kemarahan, cinta dan penyesalan.

"Aku butuh mesin waktu, Dinda. Aku tidak mau seperti ini. Aku ingin kembali ke masa lalu dimana aku bisa memperbaiki semuanya".

Seandainya saja ada, Arman. Akulah orang yang paling pertama akan menggunakannya.
Kembali ke masa dimana aku akan berusaha keras supaya kau mau melihat mataku, bahkan menamparmu jika bisa. Hanya supaya kau sadar, ada aku yang selama ini berdiri di dekatmu.

Menyayangimu lebih dari sekedar teman. Mencintaimu lebih dari sekedar sahabat dan menginginkanmu lebih dari diriku sendiri.

Tapi waktu tidak pernah berkhianat pada tugasnya, Arman...
Dia hanya tahu bagaimana berjalan ke depan bukan ke belakang.
Tak ada masa lalu sebutir pasir pun yang bisa kita ulang. Tidak ada sama sekali.

"Aku ingin memelukmu, Dinda. Aku sangat ingin memelukmu".

Aku terisak mendengar keinginanmu.
Arman... Aku pun sangat ingin melakukannya...
Menumpahkan tangisku jika dibolehkan dalam pelukanmu. Tapi kita tahu kita sudah tidak bisa melakukannya, Arman. Kepatuhan kita masing-masing pada Tuhan menghalangi kita untuk itu.

Jadi...
Biarkan sampai saat ini kita saling memeluk hanya dengan hati...

Seperti selama ini aku lakukan untuk kamu...

Love & Time (Complete + Chapter Bonus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang