Bab 36

58 1 0
                                    

EPILOG

Kenapa aku sempat yakin bahwa kita berjodoh ?
Karena sampai detik ini aku masih saja memiliki perasaan itu...
Perasaan yang mengikatku padamu bahkan setelah puluhan tahun berlalu.
Perasaan yang sangat ingin kubuang namun tak pernah bisa kulakukan.
Perasaan yang dalam setiap penghujung sujudku selalu kubisikkan dengan lirih kepada-Nya.

"Tuhan, jika memang kami berjodoh...
Tolong, satukan kami dengan cara yang baik dan benar. Namun jika tidak, tolong... hilangkan perasaan cinta ini di hati kami".
Puluhan tahun doa itu kulantunkan dan sampai saat ini, hatiku tetap sama.

Meski terkadang aku sangat membencimu karena dulu kau seolah tak pernah menyadari perasaanku.
Meski banyak kekecewaan yang timbul dari keputusasaanku untuk tetap bertahan dengan rasaku.
Meski aku begitu marah ketika tahu kau pun memiliki perasaan yang sama di saat semuanya sudah terlambat.

Benci, kecewa dan marah...
Dengan 3 hal itu aku membekali diri untuk segera mengubur segala rasa tentang kamu.
Kemudian, aku tertatih membangun cinta lain di atas kuburan itu.
Berjuang memulai kehidupanku yang baru tanpa bayang-bayang sosokmu.
Namun ternyata, bahkan sampai usiaku setua ini...

AKU TAK PERNAH BERHASIL.

Keriput di setiap permukaan kulitku dan rambut putih di kepalaku menjadi saksi bagaimana rasa untukmu masih dan selalu ada...

"Saya terima nikahnya Dinda Wijaya binti Yusuf Wijaya dengan mas kawin berupa perhiasan emas seberat 14 gram dan hafalan Al Qur'an Surat Al Ashr dibayar tunai".
Suara yang sangat kukenal itu begitu tegas melantunkan kalimat ijab kabul pernikahan.

Aku yang duduk bersimpuh di balik tirai tak kuasa menahan air mata.
Entah rasa apa yang paling tepat untuk menggambarkan perasaanku saat ini.
Aku memalingkan wajah memandang sosok disampingku yang setia menemani. Dia tersenyum. Memamerkan sepasang lesung pipitnya yang cantik.
Ah, Aisha putriku memang selalu cantik. Bahkan di usia nya yang sudah kepala 3 dan telah memberiku 2 orang cucu, dimataku dia tetap gadis kecilku yang cantik dan pintar.

"Bahagia ya, Mam...". Bisiknya lembut kemudian mengecup pipiku.
Aku memejamkan mata.
Bahagia ? Beginikah rasanya setelah penantian puluhan tahun ?
Apakah pantas bagiku yang nyaris menginjak usia 60 tahun masih bisa merasakan kebahagiaan semacam ini ?

"Mam... Yuk keluar. Temui Om Arman, suami Mami sekarang...". Aisha menyentuh lenganku.
Menyadarkanku dari lamunan panjang tentang masa lalu.
Aku mengangguk. Menggenggam erat lengan putriku yang mulai menyibak tirai.

Sepasang mata elangmu yang sangat kuhafal langsung menyambut begitu aku keluar dari balik ruangan menuju tempat ijab kabul berlangsung.
Aku menghela nafas dan balik menatap dalam-dalam.
Matamu bahkan masih sama seperti dulu...
Sama persis dengan yang kuingat sejak pertama bertemu.
Tajam sekaligus lembut.
Kamu tersenyum. Senyum yang juga sama seperti dulu. Meski keriput memenuhi wajahmu, hal itu tak mengubah sedikitpun dirimu di mataku.

Temanku...
Sahabatku...
Cintaku yang dulu kupikir hanya akan tinggal saja di hati masing-masing.
Kini Tuhan mempertemukan kita dengan caranya...

Meskipun kita harus menunggu sangat lama...
Meskipun banyak orang mencemooh keputusan kita untuk menikah di usia senja...
Meskipun nanti kebersamaanku denganmu hanya akan bertahan dalam hitungan tahun, bulan bahkan minggu karena usia...

Tapi sungguh... Biarkan aku menghabiskan sisa hidupku denganmu...
Menebus setiap waktu yang hilang dengan bercerita berdua...
Tertawa bahkan menangis bersama mengenang setiap peristiwa yang pernah kita lalui.

Denganmu...
Temanku...
Sahabatku...
Suamiku...

TAMAT

Love & Time (Complete + Chapter Bonus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang