Bab 6

78 1 0
                                    

"Dinda, nanti tolong buku catatan ini kembalikan pada Sandi, kelas 3 E ya". Bu Nani, Guru mata pelajaran PPKn yang cukup dekat denganku menyodorkan sebuah buku ke arahku.

Aku terperangah kaget. Kemudian segera mengangguk karena aku tidak punya alasan apapun untuk menolaknya.

"Sekalian tolong kamu ambil Buku Absen siswa kelas 3 E di Sandi, lalu kamu antarkan ke kantor Guru ya. Simpan di meja Ibu". Lanjut Bu Nani lagi.
Aku kembali mengangguk mengiyakan.

"Oke, Din. Terima kasih ya sebelumnya. Ingat jangan lama-lama pacaran sama Sandi nya". Bu Nani mengedipkan sebelah mata menggodaku kemudian beranjak keluar kelas.

Aku terperanjat.
Arrrgghh kenapa sih mendadak beberapa minggu ini harus ada gosip kalau aku dan Sandi berpacaran ?? Bahkan sampai ke telinga para Guru pula ! Siapa sih biang gosipnya sampai tidak di kelas, di koridor bahkan ketika kegiatan ekstrakurikuler berlangsung pun beberapa orang rekanku bahkan para Pembina terang-terangan menggodaku dan menyebutku pacarnya Sandi ?!

"Kamu beneran pacaran sama Sandi, Din ?" Yanti terlihat shock. Aku menggeleng kuat-kuat.

"Enggaaaakk Yaaaan. Aku aja bingung kenapa bisa ada gosip kayak gitu hiks". Keluhku. Yanti menatapku setengah tak percaya.

"Aku denger udah rame lho, Din kalau kamu jadian sama Sandi. Aku sih sebenernya gak setuju ya. Tapi kalau kamu emang beneran suka sama Sandi ya mau bagaimana lagi". Cerocos Yanti tanpa mempedulikan bantahanku.
Aku terduduk lemas.

"Sumpah, Yan. Aku gak jadian sama Sandi. Ini gosip. Mana bisa aku tiba-tiba jadian sama Sandi. Ngobrol berdua aja gak pernah".

"Bener ?" Yanti melihatku dengan tatapan menyelidik.
Aku mengangguk yakin. Mengacungkan dua jariku membentuk huruf V.
Yanti menghela nafas lega.

"Sebenernya gak apa sih kalau misal kamu beneran jadian. Sandi cowok baik kok. Cuma kalau inget kaku sama juteknya, aku bayanginnya kamu pasti bakalan boring punya cowok kayak dia". Tutur Yanti lagi. Aku tersenyum garing.

Damn ! Emang beneran brengsek nih si penyebar gosip aku jadian dengan Sandi. Kutukku dalam hati.

"Terus aku mesti gimana dong, Yan ? Mana harus ke kelas Sandi lagi balikkin buku". Keluhku.
Yanti menepuk bahuku.

"Nanti aku anterin". Ujarnya tersenyum menguatkan.
Aku mengangguk berterima kasih. Merasa senang mendapatkan bantuan kecilnya.

***

"Errrr Sandi. Maaf, aku diminta balikkin buku kamu oleh Bu Nani. Sekalian ambil buku absen siswa kelas 3 E". Ujarku sedikit gugup begitu tiba di ruangan kelas yang sebenarnya sangat tidak ingin kumasuki.

Di sekelilingku beberapa siswa yang tidak keluar saat jam istirahat mulai iseng bersiul-siul dan melontarkan ucapan-ucapan bernada menggoda melihatku menemui ketua kelas mereka.

" Ciee cieee. Sandi disamperin pacarnya niyeee".

Salah satu kalimat godaan itu membuat kulit wajahku semakin memanas. Sungguh, seandainya tidak ditemani Yanti, ingin sekali aku mengambil langkah seribu meninggalkan ruang kelas ini.

Sandi menerima buku yang kusodorkan. Kemudian memberikan buku absen yang kuminta. Wajahnya pun terlihat memerah menahan malu.

"Ini, Din. Terima kasih ya". Sahutnya cepat. Aku mengangguk kemudian membalikkan badan bersiap meninggalkan ruang kelas yang masih dibisingi suara siulan dari teman-teman sekelasnya.

"Tunggu, Din". Seru Sandi pelan.

Langkahku terhenti. Aku menengok ke arahnya tanpa berani menatap sepasang matanya yang menatap tajam ke arahku. Ah sejak kapan aku mulai menyadari kalau Sandi memiliki sorot mata yang sangat tajam ya ? Bisikku pada diri sendiri.

Love & Time (Complete + Chapter Bonus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang