tiga puluh lima

427 35 0
                                    

Theme song :

The greatest -sia ft kendrick lamar

❤❤❤

Juna terus melangkah, menghiraukan kepalanya yang masih terasa pening. Tangannya semakin erat menggenggam kunci mobil Tobias. Tekadnya sudah bulat, untuk pulang hari ini dan belajar untuk ujiannya esok. Di tengah jalan, Juna mendengar suara tangisan seorang gadis. Dari koridor yang berbeda. Juna terdiam, bisa saja itu Dean, atau Citra. Tapi Juna tetap tidak menghiraukannya Dengan tubuh yang masih terbalut pakaian pasien rumah sakit, ia berjalan memasuki mobil Tobias. Lalu melajukannya menjauhi rumah sakit.

"STNK? Mati gue. Gue gk bawa." ucapnya begitu melihat seorang satpam yang berdiri di samping mobil di depannya.

Otak Juna berpikir keras, sehingga mau tak mau ia juga harus merasakan pening yang semakin kentara di kepalanya. Tangannya terjatuh memukul setir dengan keras, kesal akan kesialan yang melandanya hari ini. Saat mobil Tobias dan satpam itu beriringan, Juna menurunkan kaca mobil, tersenyum tanpa dosa melihat wajah satpam itu yang terlihat dibuat-buat. Sebelah alis satpam itu terangkat.

"Em- pak. STNKnya ketinggalan." ucap Juna dengan wajah miris yang dibuat-buat. Kedua tangan satpam itu terlipat didepan dada, mencurigai bahwa mobil mewah itu adalah mobil hasil curian, lalu kepalanya menggeleng.

"Nggak bisa. Harus ada bukti kalo mobil ini beneran milik kamu."

Juna menoleh, mencari-cari surat-surat berharga bahwa mobil itu bukan hasil curian. Tangannya bergerak mengobrak-abrik dashboard mobil yang terdapat banyak barang. Kedua tangannya lalu berhenti saat melihat sebuah BPKB yang tergeletak di bawah jok. Senyumnya mengembang, bersamaan dengan tangannya yang terjulur memberikan buku itu.

"Aneh. Gak bawa STNK tapi bawa BPKB. Mas mau ke gaden?" tanya satpam itu sambil membaca-baca buku yang sangat dibutuhkan untuk menggadaikan kendaraan.

Juna menggeleng.

"Ini mobil temen saya, saya baru pulang dari rumah sakit, besok UN, jadi saya pulang hari ini. Tanpa sepengetahuan dia. Saya dapet kuncinya dari temen saya yang satunya lagi. Kalau ada yang cari mobil ini, catat plat nomernya ya pak, bilang kalo mobilnya dibawa sama orang ganteng yang namanya Juna. Makasih." Juna mengambil cepat buku yang ada di genggaman satpam itu. Baru kali ini dia berbicara panjang lebar pada orang yang tidak dikenalnya.

Sedangkan satpam itu, berusaha mencerna ucapan Juna barusan, sembari menatap mobil Tobias yang berjalan menjauhinya, lebih tepatnya keluar dari area rumah sakit.

❤❤❤

Setibanya di ruangan tempat Juna dirawat, Rena membuka pintu secara sedikit kasar, berhubung pintu itu sedikit rusak. Pandangan Dean membeku saat menatap ranjang Juna yang kosong, sementara Gilang sedang asik tertidur di sofa dengan suara mengoroknya yang terdengar mengerikan. Tobias melangkah mendekat, menyiapkan tinjunya jika saja Gilang gelagapan dan tidak tahu menahu tentang keberadaan Juna.

"Lang! Juna dimana! Bangun! Setan!" ucapnya dengan keras.

Gilang mengerjap, menutup mulutnya yang semula terbuka sedikit lebar. Dirinya gelagapan, seraya mendudukkan tubuhnya, mencoba mengumpulkan kesadarannya.

"Apaan?"

Telapak tangan Tobias terjatuh dengan keras memukul pundak Gilang. Membuat cowok itu sedikit merintih.

"Juna dimana?!"

"Juna pulang. Katanya besok mau UN."

Rena maju dua langkah. Menatap sahabatnya itu dengan sedikit kebencian.

"Dan lo bolehin dia?" tanya gadis bertato itu. Gilang mengangguk.

"Terus buat apa gue bawa Dean kesini?! Kampret!"

❤❤❤

"Dari mana lo?" sebuah pertanyaan yang terlontar dari mulut Arditi membuat Juna mengucapkan umpatannya dalam suara kecil.

Cowok itu menoleh, menatap Ardito yang duduk berdua dengan seorang gadis. Mata Juna terbelalak, Renata. Gadis yang hampir saja menghancurkan hidup Ardito beberapa bulan yang lalu. Tepat saat hari kelulusan Ardito dari SMA-nya.

"Ngapain lo bawa wanita ular itu kesini? Apa belum puas hidup lo dihancurin sama dia?!" teriak Juna penuh amarah.

Ardito hanya diam sambil diam-diam menatap pergelangan tangannya yang dicengkeram Renata. Renata tersenyum, menampakkan senyum manisnya pada paras cantik wajahnya. Andai saja tidak ada insiden tentang 'Ardito yang diberi narkoba diam-diam oleh kekasihnya saat hari kelulusan SMA' pasti Juna juga sudah bertekuk lutut pada gadis itu sekarang. Dari seluruh anggota keluarganya, hanya Juna dan Ardito yang mengakuinya. Andai kata waktu itu Ardito tidak menolongnya dalam balapan, pasti mahasiswa tampan itu sudah diusir jauh-jauh dari keluarga 'Tanubrata'

"Lo boleh marah sama gue, tapi nyatanya? Gue udah berubah. Dan, lo gak bisa maksa kakak lo buat jauhin gue, Arjuna."

"Gue? Emang gue gak bisa jauhin neraka sama setan. Terserah lo, toh juga lo berdua bakal hancur bersama kan?" ucap Juna dengan enteng lalu melangkah memasuki kamarnya yang ada di lantai dua.

Pening yang terasa di kepalanya membuat Juna ingin cepat-cepat tidur dan berharap siang nanti ia bisa belakar dengan sungguh-sungguh untuk ujiannya esok.

Badboy? Troublemaker? Memang itu jabatan Juna. Namun ia tau, kapan waktu untuk berbuat ulah, dan kapan waktu untuk menata masa depannya.

Glitch! {I} You And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang