lima belas

504 39 1
                                    

Theme song :

18 -one direction

❤❤❤

Dean merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya menatap langit-langit kamarnya. Gadis itu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Menatap sebuah foto perempuan yang ditampilkan di lockscreen ponselnya. Tangannya bergerak mengelus layar ponselnya sampai suara Reta -teman sekamarnya memecahkan suasana.

"Dicariin kak Juna di depan, De."

"Wen, mandinya cepetan ya!" teriak Wenda -teman sekamarnya yang sedang beraktivitas di dalam kamar mandi.

Dean menghembuskan nafasnya kesal. Gadis itu berjalan menghampiri pintu kamarnya lalu membukanya. Wajahnya mengulas senyum simpul melihat Juna yang tengah berduri di depan pintu seraya membenarkan tatanan rambutnya yang acak-acakan itu.

"Haloo sayang. Jalan yuk." ajak Juna seraya menyandarkan punggungnya pada daun pintu.

Dean terdiam.

Menyelami aroma tubuh Juna yang menguar di penciumannya. Gadis itu mendongak menatap wajah Juna yang entah mengapa jauh berbeda dari sebelumnya. Sebuah getaran aneh menjalari tubuh Dean. Membuat gadis itu sedikit terhuyung ke samping.

"De, kita pergi dulu ya.. Eh, kak." ucapan Wenda terpotong.

Gadis itu mengarahkan pandanagnnnya ke arah Juna yang tersenyum padanya, diikuti Reta yang juga terpaku di belakangnya. Sebuah keberuntungan besar mendapatkan sebuah senyuman dari salah satu mostwanted dan troublemaker di sekolahnya itu.

"Pagi ladies."

"Hih? Ganjen." ucap Dean telak yang membuat senyum Juna memudar.

"Yaudah, kita pergi dulu ya." ucap Reta seraya menarik Wenda agar mengikutinya menjauh dari Juna dan Dean.

Juna kembali membenarkan tatanan rambutnya. Membuat sebuah getaran aneh menjalari tubuh Dean, lagi. Gadis itu mengulas senyumnya.

"Tumben ganteng?"

Deg.

Tangan Juna berhenti bergerak. Cowok itu mendongak dan mengulas senyumnya pada Dean.

"Kalo gue gak ganteng, ngapain lo dibully waktu satu sekolah tau lo pacar gue?" goda Juna seraya menaikkan sebelah alisnya.

Tangan Dean bergerak mencubit pinggulnyam membuat cowok itu merintih dan mengalihkan perhatian beberapa siswi ke arahnya.

"Iya-iya. Bar-bar banget lo ah."

"Bilang apa lo?!" tanya Dean dengan nada sedikit tinggi.

"Udah, ayo masuk. Mumpung sepi."

"Juna!" Dean kembali mendaratkan cubitannya pada pinggul Juna. Membuat cowok itu merintih kesakitan untuk yang kedua kalinya.

"Mandi bego! Lo kira ngapain? Lo kan belum mandi, sedeng!"

"Oh, gue kira."

"Yaudah, sana mandi! Sakit deh pinggul gue gara-gara ulah cewek bar-bar macam lo!" ucap Juna seraya berjalan meninggalkan Dean.

"Maapin dedek, bang."

❤❤❤

Dean melangkahkan kakinya melewati koridor. Gadis itu tersenyum mendapati teman sebangkunya yang baru saja keluar dari kamarnya. Siapa lagi kalau bukan? Yanuar.

"Haiii..." sapa Dean pada Yanuar yang masih berusaha meredam rasa kantuknya itu.

"Diem, dugong!" balas Yanuar seraya berjalan memasuki kamarnya lagi.

Dean memanyunkan bibirnya ke depan. Gadis itu berlari menghampiri ruang keluarga. Tangannya terjulur menepuk pundak Dhirga yang sedang asyik bermain ps bersama Theo.

"Ganggu ae lo! Diem napa!"

Dean menghembuskan nafasnya kasar.

Gadis itu terlonjak saat Juna dan Bejo berlari lalu duduk di samping kanan-kirinya. Dean menatap bingung Bejo yang memamerkan senyum manisnya. Gadis itu kembali menolehkan kepalanya menatap Juna yang juga tersenyum menatapnya.

"Bejo sayang Maddie." ucap Bejo dengan enteng yang membuat Dean menolehkan kepalanya denagn cepat.

"Gue benci Maddie."

Deg.

Theo dan Dhirga meletakkan stik psnya dan meboleh ke arah Dean. Termasuk Juna dan Bejo yang juga mengalihkan pandanagn mereka pada Dean yang hanya memasang wajah datar.

"Gue bilang, gue benci Dean." ulang Dean yang membuat Bejo langsung beranjak dari tempatnya meninggalkan mereka.

Dhirga menghembuskan nafasnya dengan kesal. Cowok itu bangkit dari duduknya dan mebgarahkan telunjuknya ke arah wajah Dean.

"Lo bilang lo benci Maddie? Gue bilang gue benci lo! Karena gara-gara lo udah ngehancurin hati sahabat gue! Gye muak sama lo!" bentak Dhirga pada Dean yang membuat seluruh perhatian beralih ke arahnya. "Tinggalin dia, Yo!" ajak Dhirga pada Theo yang membuat cowok itu mengikutinya berjalan meninggalkan Dean.

Dean menunduk. Menumpahkan seluruh tangisnya dalam diam. Gadis itu merutuki kebodohannya. Kebodohan karena berusaha menyelamatkan sahabatnya. Tangan Juna terjulur mendekap Dean. Menyalurkan kehangatan yang gadis itu perlukan.

"Udah jangan nangis."

"Tapi gara-gara gue Jun, Bejo marah sama gue. Dhirga juga, semua gara-gara gue."

"Kan masih ada gue, De. Lagian juga, mereka marahnya gak bakal lama kok. Udah ya, jangan buang-buang air mata lo."

"Gue takut, Jun!"

"Ngapain takut? Gue tau lo ngelakuin ini karena suatu hal kan? Suatu hal yang gue gak ngerti itu apaan."

❤❤❤

"Lo yakin ini gak berlebihan, Djir?" tanya Bejo seraya merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya menatap langit-langit kamarnya.

"Lagian juga, salah dia kan. Santai aja lah." sahut Dhirga.

Klek...

Juna berjalan memasuki kamarnya lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur yabg ada di hadapan Theo. Menelungkupkan kepalanya di bawah bantal dan berusaha untuk tidak menguping ucapan sahabat-sahabatnya itu.

"Dean baik-baik aja kan, Jun?" tanya Theo yang hanya dibalas Juna dengan anggukan kepala.

"Dia marah?" tanya Bejo yang membuat Juna meletakkan bantal di bawah kepalanya dan tidur terlentang.

"Dean baik-baik aja. Dia gak marah, cuman kecewa. Udah jangan ganggu gue, gue ngantuk!"

Glitch! {I} You And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang