L I K E A C A T
"Ya, kenapa kita harus bersembunyi seperti ini?" tanya Irene kesal, gadis itu mendelik pada sahabatnya yang memiliki posisi yang sama dengannya, berjongkok di bawah meja.
"Kau ingat aku pernah cerita soal kekasihku yang berselingkuh?" sahabat gadis itu bersuara, memandang Irene dengan serius.
"Iya, si chaebol yang brengsek itu 'kan?" Irene seketika mengeraskan rahangnya ketika mengingat kembali kisah Seulgi-sahabatnya-yang dicampakkan oleh kekasihnya yang berasal dari keluarga konglomerat.
"Itu orangnya." Seulgi menunjuk ke sebuah meja yang dihuni oleh dua orang pria yang tak jauh dari mereka.
"Yang mana?" tanya Irene penasaran, matanya ia fokuskan ke dua pria yang baru saja tiba di café itu. Namun begitu, gadis itu tak bisa melihat wajah kedua pria itu.
"Yang memakai kemeja biru," jawab Seulgi yang seketika membuat dahinya mendapat sebuah jitakan maut dari Irene.
"Mereka berdua menggunakan kemeja biru, bodoh!" marah Irene kesal, sedang Seulgi hanya menyengir tak bersalah. Kedua gadis itu terus melancarkan aksi bersembunyi mereka tak peduli pengunjung café yang lain yang duduk di sekitar mereka sudah menatap mereka keheranan.
"Pokoknya salah satu diantara mereka," tandas Seulgi akhirnya, gadis itu perlahan berdiri dan kembali duduk di kursinya dengan buku menu menutupi wajahnya disusul oleh Irene sejurus kemudian.
"Kenapa kau tidak memberitahuku saja?" Seulgi melirik Irene yang duduk di sebelahnya. "Aku takut kau melabraknya." Jawaban Seulgi membuat Irene berdecak sebal.
"Aku hanya ingin memberinya sedikit pelajaran, dengan ini." Irene mengangkat segelas air putih dingin yang tadi ia minta pada pelayan seraya tersenyum miring yang seketika mengundang Seulgi untuk memelototkan matanya.
"Kau sudah gila, huh?" tanya Seulgi berdesis yang segera dijawab dengan gelengan kepala dari Irene.
"Kau tenang saja, aku akan bertanggung jawab. Aku harus memberi pelajaran pada pria yang sudah menyakiti sahabatku yang cantik." Irene berdiri dari kursinya tak lupa memegang gelas air putih dingin tadi.
Seulgi hendak mencegah Irene, namun ia sudah hafal dengan tipikal Irene. Gadis itu sangat keras kepala dan selalu membela kebenaran, katanya. Akhirnya Seulgi memutuskan untuk memperhatikan Irene dari jauh saja. Berharap semoga saja pria yang notabene ex-boyfriend-nya itu tak menuntut Irene setelah ini.
Dengan langkah santai Irene mendekati dua pria yang duduk membelakanginya itu. Irene menoleh pada Seulgi, lalu berkata tanpa mengeluarkan suara.
"Yang mana? Kanan atau kiri?" dengan gerakan bibir gadis itu bertanya, Seulgi yang duduk di meja sana nampak tak bisa membaca gerakan bibir Irene sehingga tidak tahu apa yang gadis itu ucapkan.
Irene yang sudah tak sabar menunggu jawaban dari Seulgi pun berdecak kesal. Alhasil, gadis itu pun memperhatikan bentuk tubuh kedua pria itu. Membanding-bandingkannya dengan tipe ideal Seulgi. Gadis itu tersenyum miring setelah yakin dengan pilihannya.
"Aku yakin, pria ini adalah pria yang sudah menyakiti Seulgi-bearku." Tanpa ragu gadis itu berjalan mendekat ke pria yang sudah ia tentukan, kehadirannya bahkan tidak disadari oleh kedua pria itu. Mengangkat gelas itu ke atas kepala pria itu tanpa gemetar sedikitpun. Irene tak lagi mempedulikan Seulgi yang kini tengah melambai-lambaikan tangannya untuk mencuri atensi Irene.
Byur!
Segelas air putih dingin telah Irene tumpahkan tepat di atas kepala pria berambut hitam dengan kulit kelewat putih. Pria yang tadinya sibuk dengan tab-nya itu sontak kaget karena mendapat serangan tiba-tiba begitu juga dengan pria jangkung yang duduk di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Cat
Fanfiction[COMPLETED] Sehun yang dingin diserang oleh jurus ala kucing milik Irene, asisten pribadi dadakannya. ©2O17 | rekata