Irene menatap punggung Sehun yang tengah menyantap sarapan di bar mini apartemen. Sejak Sehun keluar dari kamarnya untuk memakai celana, pria albino tidak lagi berbicara sepatah kata pun. Ia bahkan tak mengusir Irene yang masih anteng duduk di atas sofa putihnya. Irene sudah mematikan televisi saat Sehun masuk ke kamar. Jujur, Irene sangat syok ketika Sehun tiba-tiba muncul di depannya tanpa mengenakan celana. Irene memang genit, tapi ia sama sekali tidak tahu-menahu soal hubungan seks dan tetek bengeknya.
"Apa makanannya enak?"
Sehun masih bergeming, tak berniat menjawab pertanyaan Irene. Melihat wajah Irene saja ia tak mau, karena mengingat bagaimana ia berdiri di depan seorang gadis genit yang ternyata sangatlah polos tanpa mengenakan bawahan. Sehun jadi membenci kebiasaannya yang satu itu, tak langsung memakai celana setelah mandi. Jangan tanya alasannya, karena Sehun hanya akan menjawab bahwa itu sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil dan tidak ada alasan khusus untuk itu.
"Kau marah padaku?" lirih Irene pelan, mendengar itu Sehun memutar kedua bola matanya malas, aku tidak pernah tidak marah padamu. Pria Oh itu membatin kemudian menyumpit lalu menyuapkan kembali sarapan yang dibuatkan Irene untuknya. Sebenarnya Sehun tidak mau memakan makanan buatan gadis yang sangat ia benci itu, tapi ia sudah terlalu lapar dan aroma serta rasa makanan masakan Irene begitu nikmat untuk ditolak.
Tetap tak digubris keberadaannya oleh Sehun, Irene pun mengerucutkan bibirnya sembari memikirkan cara untuk menarik perhatian Sehun. Setelah berkutat dengan pikirannya beberapa menit, Irene sama sekali tak menemukan cara yang tepat. Tapi gadis itu tetap tak menyerah, ia pun tersenyum ketika sebuah ide muncul di kepalanya.
Ia pun beringsut turun dari sofa secara perlahan-lahan. Selanjutnya, gadis itu mulai merangkak sepelan mungkin-agar tak menimbulkan suara-menuju dapur. Ia ingin mengejutkan Sehun tepat di hadapan wajah pria itu. Irene terkikik tanpa suara membayangkan wajah Sehun yang datar tiba-tiba berubah karena kaget.
"Apa yang kau lakukan?"
Belum semeter merangkak, Irene sudah ketahuan duluan. Gadis itu mendongakkan kepalanya menatap sosok Sehun yang memandangnya masih tanpa ekspresi.
"Ah.. hehehe.. anting-antingku jatuh, iya anting-antingku jatuh," jawab Irene seraya cengengesan tidak jelas, gadis itu perlahan-lahan kembali bangkit berdiri kemudian merapikan pakaiannya.
Sehun hanya memandang Irene malas lalu melewati gadis itu begitu saja, ia masuk ke kamar guna mengganti pakaian rumahnya menjadi pakaian formal. Ia harus menemani Chanyeol rapat dengan mitra perusahaan mereka setelah ini.
Irene mendecak kesal karena rencananya gagal. Angan-angannya untuk melihat raut wajah terkejut Sehun pupus sudah. Ia pun melirik jam tangannya dan seketika matanya membulat. Ia sudah hampir terlambat ke kantor. Gadis itu segera berlari dengan kelabakan menuju kamar Sehun, gadis itu langsung saja membuka pintu yang tak dikunci tanpa permisi dan—
"YA TUHAN! SEKRETARIS OH! KAU INI HOBI YA TELANJANG DI DEPANKU!??"
—Irene mendapati Sehun yang lagi-lagi belum mengenakan celananya di dalam sana. Sehun yang terkejut refleks mengambil botol hair wax-nya dan melemparnya kepada Irene. Lalu benda itu menghantam dahi Irene cukup keras membuat Irene meringis kesakitan seraya memegangi dahinya. Dan Sehun memanfaatkan kesempatan itu untuk memakai celananya.
Kau yang hobi mengintipku, sialan!
❦
Irene mendesah kesal, untuk kesekian kalinya gadis itu melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya seraya berlari secepat kuda menuju lift lantai pertama. Ia sudah terlambat lima belas menit di hari kedua ia bekerja. Dan ia mungkin saja tidak terlambat jika Sehun mau memberinya tumpangan ke kantor. Tapi Irene sama sekali tidak marah pada Sehun karena satu hal: Sehun tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Cat
Fanfiction[COMPLETED] Sehun yang dingin diserang oleh jurus ala kucing milik Irene, asisten pribadi dadakannya. ©2O17 | rekata