[Warning! Full of hunrene's moments. Don't forget to play romantic song!]
"Eum... Sehun?"
Si pemilik nama yang baru saja memarkirkan mobilnya dengan manis di basement apartemen lantas menoleh pada sosok Irene yang kini menggigiti bibirnya di jok penumpang. Kedua bola mata gadis itu tidak bisa diam membuatnya terlihat kelewat menggemaskan di tiap iris mata Sehun.
Tangan Sehun bergerak untuk menyelipkan anak rambut gadis itu ke belakang daun telingan dengan lembut. "Kenapa?" tanya Sehun menanggapi setelahnya. Sikap manisnya membuat Irene nyaris lupa caranya bernapas untuk beberapa detik.
"Apa kita sungguh pa—pacaran?" beo Irene pelan dengan nada sangat hati-hati. Jujur. Ada secuil keraguan di dalam hatinya yang tengah dilanda lava kebahagiaan malam ini.
Mendengar pertanyaan Irene yang diluar nalarnya, kedua daun telinga Sehun memerah dengan cepat. Kenapa hanya karena pertanyaan sederhana dengan jawaban yes or no itu Sehun malah tersipu begini? Apa efek jatuh cinta separah ini?
"Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?" respons Sehun membuat Irene memilin-milin ujung piyamanya. Sebelum menjawab, dia menggigiti bibirnya sejemang. Ada rasa menggelitik di perutnya, terlebih tatapan mata Sehun begitu intens padanya malam ini.
"Aku masih tidak bisa mempercayainya. Kau yang kejam mendadak menyatakan perasaanmu secara tiba-tiba," kata Irene gugup.
"Aku kejam? Benar begitu?" balas Sehun dengan sedikit merajuk. Matanya mendadak dibuat sayu membuat Irene geregetan sendiri.
"Iya, kau sangat kejam. Tapi kau hebat dalam hal berciuman dan mengobrak-abrik perasaanku," jawab Irene dengan kepala menunduk akibat rasa panas yang menjalar di kedua pipi.
Sehun tak disangka menangkup kedua pipi Irene yang semerah kepiting rebus saat ini. Dia mengusapnya sebentar membuat Irene mau tak mau menatap tepat ke kedua iris pemuda itu. Sehun tersenyum teduh membuat Irene hampir oleng. Berlebihan memang, tapi memang begitu adanya.
"Aku sudah yakin dengan perasaanku Irene. All I want and all I need is you, Bae Irene," ujar Sehun manis. Gula darah Irene bisa meningkat tiba-tiba sakin manisnya. Astaga Irene belum siap mati karena diabetes.
"Maaf atas segalanya. Aku yang selalu mempertahankan egoku dan membuatmu terluka. Aku sungguh minta maaf," tambah Sehun kali ini sedikit mengilukan hati namun disambut dengan seulas senyum bahagia dari Irene.
Irene memeluk leher Sehun semampunya sebab seatbelt yang ia kenakan belum lepas dari tubuhnya. "Aku mencintaimu," bisik Irene lembut di dekat telinga kanan Sehun.
"Mulai hari ini hanya aku yang boleh mengatakan hal itu." Sehun berucap dengan nada pura-pura mengancam mengundang kekehan pelan dari gadisnya.
"Aku dilarang mengatakannya?" rajuk Irene seraya melepaskan kalungan lengannya dari leher Sehun.
Sehun tidak bisa mendeskripsikan bagaimana debaran hebat jantungnya saat ini. Rongga dadanya bergemuruh karena rasa bahagia yang kelewat menguasai tiap sel tubuhnya. Wajah Irene ia pandang sebentar tanpa melewati semilimeter pun bagiannya. Hidung Irene yang mungil, bibir tipis yang menggoda, serta mata indah yang atraktif.
"Iya. Kalau kau mengatakannya, bibirmu harus siap aku lumat," ucap Sehun sedukif membuat Irene merinding. Duh, sial. Pipinya semakin memerah dan terasa panas. Sehun tersenyum penuh kemenangan karena berhasil menggoda Irene.
"Dasar pemaksa!" ketus Irene membuang muka sebelum jantungnya meledak karena euforia yang berkuasa.
"Tapi kau sayang 'kan?" goda Sehun membalas serangan Irene yang ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Cat
Fanfiction[COMPLETED] Sehun yang dingin diserang oleh jurus ala kucing milik Irene, asisten pribadi dadakannya. ©2O17 | rekata