Tangan Irene begitu cekatan memindahkan isi kantungan plastik ke dalam lemari pendingin Sehun dengan rapi. Dia menata semuanya dengan baik agar Sehun dapat menemukan bahan yang dia perlukan nantinya. Setelah melihat kalau seluruhnya sudah beres, Irene baru menutup pintu kulkas itu. Sebelumnya, dia sudah menyisihkan beberapa bahan yang akan dia masak sebagai sarapan pagi ini.
Sesaat sebelum mencuci wortel, Irene teringat kalau dia belum menghubungi Seulgi sama sekali hingga detik ini. Dia juga baru sadar kalau semalam dia hanya membawa ponselnya bersamanya. Dan itu pun sudah kandas dayanya. Irene lantas lekas menghampiri Sehun yang tengah asyik menonton televisi bersama sebungkus camilan yang tadi mereka beli di supermarket.
"Sehuunnn... Boleh pinjam ponselmu? Aku lupa menghubungi Seulgi. Aku takut dia akan marah-marah saat aku pulang nanti," kata Irene seraya melompat ke atas sofa seperti anak kecil.
Sehun menoleh pada Irene kemudian mengusap puncak kepala kekasihnya itu. "Aku sudah menghubunginya tadi malam. Tidak usah khawatir," sahut Sehun yang gerakan tangannya beralih dari mengusap menjadi mengacak-acak.
"Terimakasih, tapi jangan acak-acak rambutku juga dong!" dengkus Irene lalu ikut menjambak rambut hitam Sehun yang lembut. Jadilah jambak-jambakan ala kekasih di antara mereka hingga akhirnya Irene sadar harus segera memasak sarapan.
"Eh, aku lupa harus membuat sarapan. Kau, sih!" omel Irene yang hanya disambut dengan kekehan kecil dari Sehun. "Ya sudah, masak sana!" usir Sehun kemudian.
Irene mencebikkan bibirnya seraya berjalan kembali ke dapur. Bersamaan dengan Irene yang mulai sibuk di dapur, Sehun pun beringsut turun dari sofa setelah camilannya habis. Lelaki itu hendak membasuh diri sebelum menyantap sarapan buatan Irene nanti.
Irene melirik Sehun yang bergerak menuju kamar mandi tanpa mematikan televisi. Gadis itu kemudian mengulum senyum karena debaran bahagia yang memuncak di dalam rongga dadanya. "Ah... Apa sinar cintaku begitu kuat pada Sehun sampai-sampai dia berubah begitu? Wah... Aku hebat ternyata," gumam Irene bermonolog.
Seraya bersenandung ria gadis bermarga Bae itu menikmati aktivitasnya. Dia sudah bersiap menunjukkan bakat memasaknya pada Sehun saat ini. Dia akan membuat Sehun tidak menyesal telah menjadikan dirinya kekasih pertama laki-laki yang amat dia cintai itu.
Menit demi menit berlalu. Irene pun tengah bertarung dengan hidangan terakhir. Sakin seriusnya, dia tidak menyadari eksistensi Sehun di belakangnya. Sontak saja hal itu dimanfaatkan oleh Sehun. Pria yang terkenal dingin dan kejam itu mendadak memeluk Irene erat dari belakang, melingkarkan lengan berototnya di perut rata Irene.
Untung saja Irene bisa mengatasi keterkejutannya, kalau tidak bisa akan terjadi sebuah kecelakaan kecil terhadap rasa masakannya. "Ish... Sehun, lepas dulu," omel Irene seraya memukul pelan lengan Sehun.
Sehun malah meletakkan dagunya di atas pundak Irene kemudian menggelengkan kepalanya di sana. Irene mendecak pelan menanggapi respons pacarnya itu. Setelah mengecilkan api kompor, Irene pun membalikkan tubuh mungilnya guna menghadap Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Cat
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Sehun yang dingin diserang oleh jurus ala kucing milik Irene, asisten pribadi dadakannya. ©2O17 | rekata