Seulgi melangkah malas di sepanjang trotoar. Ia benar-benar bosan di apartemen jadilah dia berjalan-jalan seperti orang gila saat ini.
"Lihat itu, apa yang mereka lakukan?"
"Jangan bilang mereka making out di pinggir jalan?"
"Eww.. menjijikkan.."
Seulgi menoleh penasaran ke arah yang dlirik-lirik aneh oleh pejalan kaki lainnya. Ia menaikkan sebelah alisnya kemudian ber-ckck sendirian melihat sepasang manusia berlainan gender tengah bergumul mesra di pinggir jalan tepatnya di bawah pohon yang rindang itu.
"Astaga, seperti tidak ada tempat lain saja," gerutu Seulgi kemudian segera memalingkan pandangannya, gadis Kang itu melanjutkan langkahnya dan berusaha melupakan sepasang kekasih yang ia lihat barusan. Seulgi berjalan sembari memandangi café beserta toko yang berjejer di pinggir jalan itu, seakan memilih café mana yang akan ia dan Irene akan datangi ketika Irene menerima gaji pertamanya. Dan siapa tahu juga ada café yang tengah mencari pekerja paruh waktu.
"Yang ini sepertinya menarik, banyak pengunjungnya juga," ucap Seulgi semangat, ia memperhatikan café itu dengan seksama sampai-sampai tak menyadari ada sosok yang tengah memandanginya.
"Kang Seulgi?"
Seulgi sontak menoleh dan mata beserta rahangnya terbuka lebar kala mendapati siapa sosok yang baru saja menyebut namanya. Ia bahkan mengerjapkan matanya siapa tahu ia sedang menghayal.
"Lama tidak bertemu." Sosok itu berjalan mendekatinya, membuat Seulgi bergerak kaku. Gadis itu misuh-misuh dalam hati, ia akhirnya menyadari bahwa dunia benar-benar sempit.
"Oh, Chanyeol-ssi.." ucap Seulgi senetral mungkin, ia tak mau dicap sebagai gadis yang belum move on. Ia menyelipkan anak rambutnya ke belakang daun telinganya lalu tersenyum sok ramah layaknya bertemu teman lama.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Chanyeol dengan senyum yang tak kunjung luntur dari wajah tampannya, jika saja disekeliling mereka tidak ada orang Seulgi sudah menendang aset berharga pria itu hingga lembek. Bisa-bisanya pria itu tersenyum lebar seperti sekarang padahal ia sudah mencampakkan gadis itu dua bulan yang lalu.
"Ah.. hanya jalan-jalan, refreshing. Kalau kau?" Seulgi masih bersikap sok asyik, membuat Chanyeol diam-diam mengulum senyum miris.
"Kau sangat ingin memukulku, 'kan?" pertanyaan Chanyeol tersebut membuat Seulgi memandang pria jangkung itu dalam diam. Chanyeol bisa lihat kalau mata gadis bermarga Kang itu sudah mulai berkaca-kaca. Iya, Chanyeol memang pantas dipukul, dia memang pria brengsek. Pria brengsek yang sudah mempermainkan hati gadis sebaik Seulgi.
"Aku tahu aku memang breng-"
PLAKK!
Kalimat Chanyeol mau tak mau harus terputus karena telapak tangan Seulgi menampar pipi kanannya dengan sangat kuat secara tiba-tiba. Bahkan Chanyeol yakin ujung bibirnya sudah sedikit sobek. Air mata Seulgi telah mengalir perlahan di kedua pipi tirus gadis itu. Tatapan dengan sorot kebencian ia arahkan kepada Chanyeol yang masih saja tersenyum miris. Mereka berdua memasabodohkan posisi mereka yang menjadi tontonan gratis saat ini.
"Aku terus menunggumu malam itu, tapi ternyata kau malah tidur dengan wanita lain di apartemenmu. Dan seminggu kemudian kau meninggalkan apartemenmu dan pindah ke rumahmu, 'kan? Kalau kau tidak mencintaiku kenapa kau-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Cat
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Sehun yang dingin diserang oleh jurus ala kucing milik Irene, asisten pribadi dadakannya. ©2O17 | rekata