"Ehem.. yang baru meninggalkan status pengangguran memang beda, ya." Seulgi menaik-turunkan kedua alisnya seraya menatap Irene yang kini tengah mengoleskan make-up tipis di wajah cantiknya. Iya, hari ini memang menjadi hari pertama Irene bekerja di sebuah perusahaan terkemuka di Korea sebagai salah satu anggota tim manajemen. Tiga hari yang lalu gadis itu diterima bekerja disana.
"Jangan menggodaku terus, lebih baik kau fokus mempersiapkan dirimu untuk wawancara nanti." Irene berucap seraya memandang Seulgi melalui cermin, Seulgi yang mendengar hal itu hanya mengomat-amitkan bibirnya jengkel.
"Ah iya, Seulgi-ah, omong-omong mantan kekasihmu itu presdir di perusahaan mana?" tanya Irene yang kini sudah selesai dengan make-up-nya gadis itu lantas berjalan mendekati kasur lalu duduk di sebelah Seulgi yang masih mengenakan piyama tidur.
"Mana aku tahu. Aku hanya tahu kalau dia seorang chaebol dan bekerja sebagai presdir itu saja," jawab Seulgi cuek, entah kenapa dia mendadak bad mood kalau Irene membahas mantan pacarnya itu, lagi.
Ah, mengenai kejadian dua hari yang lalu, Irene dan Seulgi tak henti-hentinya mengucap syukur. Karena mereka berdua selamat dari kejaran pasukan pria berbaju hitam itu. Mereka berdua sembunyi di toilet wanita sehingga para pria itu tak bisa menemukan mereka.
"Kau ini bagaimana, sih? Masa kau tidak mengetahui latar belakang kekasihmu?" cibir Irene yang seketika membuat gadis bermarga Bae itu mendapat delikan tajam dari sahabatnya.
"Kami berkencan tanpa saling mengenal terlebih dahulu. Ah, sudahlah, tidak usah membahas dia lagi! Aku mau mandi dulu!" Seulgi beringsut turun dari kasur kemudian berjalan kesal keluar dari kamar. Irene hanya menggeleng heran melihat sahabat sekaligus teman satu apartemennya itu.
Irene selama ini tinggal di Daegu, seminggu yang lalu ia pindah ke Seoul dan menumpang di apartemen Seulgi, sahabatnya semenjak kuliah. Pergi ke Seoul bertujuan untuk mencari pekerjaan dan betapa beruntungnya gadis itu bisa bekerja di induk perusahaan Gidae Grup yang bergerak di bidang jasa.
"Irenee!!"
Irene yang tadinya tengah asyik dengan bayangan kantor barunya tersentak kaget karena teriakan cetar milik Seulgi yang sudah berada di dalam kamar mandi. Gadis itu lantas mengelus-elus dadanya kemudian menyahut Seulgi dengan sebal.
"Apaa?!!" balas Irene tak mau kalah.
"Pakaian dalammu masih menggantung disini bodoh! Cepat ambil!" Irene berdesis jengkel kemudian dengan langkah menghentak-hentak ia menuju kamar mandi.
"Iya!"
❦
Irene menyebrangi jalan seraya bersenandung kecil. Wajahnya terlihat sangat cerah, membuat dirinya terlihat semakin cantik dan imut. Rambut sepunggungnya yang digerai cantik melambai-lambai pelan karena ditiup angin pagi yang cerah.
Beberapa saat kemudian, gadis itu telah berdiri di depan sebuah gedung tinggi dan megah yang berdiri angkuh di tengah kota Seoul yang ramai. Gadis itu tersenyum senang, kemudian menarik napas panjang. Setelah dua tahun menganggur dan tiap hari menerima amukan kemarahan dari ibunya, Irene akhirnya memiliki pekerjaan yang menurutnya luar biasa. Gadis perantauan seperti dia langsung diterima dilamaran pertama merupakan suatu keajaiban besar dalam hidupnya.
"Kau bisa Irene-ah, semua pasti akan berjalan dengan baik." Sepersekian menit kemudian-setelah mata indahnya puas menatap kemegahan gedung itu-gadis itu melangkah masuk. Sesekali melempar senyum pada orang yang berpapasan dengannya meski ia tidak mengenal satupun diantara mereka.
Gadis itu mendadak berlari kecil menuju lift yang pintunya hendak tertutup, merasa malas kalau dia harus menunggu lift lagi.
"Aaaaa!! Tunggu aku!!" dengan segera tangan Irene menahan pintu lift agar tetap terbuka sehingga dia memiliki ruang untuk masuk. Dan akhirnya, gadis dengan kemeja berwarna biru pastel itu mampu bernafas lega ketika dirinya sudah berada di dalam lift itu. Gadis itu menekan tombol lantai yang ingin ditujunya seraya mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal akibat berlari kecil barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Cat
Fanfiction[COMPLETED] Sehun yang dingin diserang oleh jurus ala kucing milik Irene, asisten pribadi dadakannya. ©2O17 | rekata