Tidur nyenyak Sehun harus berakhir saat kedua gendang telinga pria itu mendengar suara orang muntah yang berasal dari kamar mandi apartemennya. Sehun mencampakkan selimutnya begitu saja lalu beringsut turun dengan wajah bantalnya. Mata tajamnya melirik jam yang tergantung di dinding kamarnya. Pukul tujuh pagi. Pria itu menguap dan meregangkan tubuh atletisnya sebentar sebelum membuka pintu kamarnya. Melihat ada sebuah selimut di atas sofa membuatnya teringat kalau semalam gadis bernama Bae Irene itu menginap di apartemennya.
Sehun berjalan menuju dapur dan meraih sebotol air mineral dingin dari dalam lemari pendingin lalu meneguknya hingga kandas. Pria itu lantas menoleh saat mendengar suara keluhan Irene yang berjalan menuju sofa. Sebelah alisnya terangkat dengan perasaan kesal yang selalu setia muncul tiap kali kedua bola mata coklatnya melihat wajah Irene.
"Ah... pusingnya..." Keluh gadis itu memegangi kepalanya sembari duduk bersandar di sofa lembut milik Sehun. Sehun hanya berdecih malas melihat Irene yang semalam menghabiskan stok bir miliknya. Sudah menumpang gratis, dapat minuman gratis pula. Sehun tak menyangka dia sebaik ini.
"Jangan-jangan aku hamil? Astaga!" tiba-tiba gadis itu berseru heboh sendirian kemudian menatap Sehun dengan pandangan curiga. "Hei, sekretaris Oh, kita tidak melakukan apa-apa semalam, 'kan?" tanya gadis itu penuh awas lengkap dengan pandangan memicingnya pada Sehun yang menghela napas pendek dengan malas di posisinya.
"Ini sudah pagi, gadis bodoh. Bangun dari mimpimu," jawab Sehun sinis seraya membuang botol air mineral ke tong sampah di sebelah lemari pendingin lalu melangkah malas hendak menuju kamarnya kembali. Irene yang tak paham maksud Sehun justru semakin berpikiran yang macam-macam terhadap pria Oh itu.
"Kau memperkosaku, ya?!" tuding Irene yang seketika membuat Sehun nyaris saja menampar mulut ember gadis itu. Enak saja dia dituduh memperkosa, tertarik saja tidak. Di matanya, Irene sama sekali tidak menarik. Dada gadis itu rata yah meski wajahnya sedikit rupawan.
"Kau gila?" balas Sehun tajam dengan sebelah alis terangkat, dia mendecak jengkel kemudian melangkah menghentak menuju kamarnya dan menutup pintu dengan sangat kasar. Irene hanya memandang pintu yang tertutup keras dan menimbulkan suara bedebum itu dengan wajah terkejut. Namun sekian detik kemudian ia mengerucutkan kedua bibirnya heran.
"Padahal aku sih senang-senang saja kalau dia memperkosaku, kenapa dia malah marah begitu? Ah, aduh, kepalaku pusing, aku ini kenapa sih?" gerutu Irene sebal, sembari menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Gadis itu melupakan fakta bahwa dia mabuk semalam. Ia pasti akan melupakan apapun setelah dia mabuk. Terlebih lagi dia sama sekali tak menyadari ada banyak kaleng bir di sekitarnya.
❦
Sehun sudah rapi dengan setelan berwarna hitamnya. Pria itu tampak menawan dan seram di saat yang bersamaan, dia terlihat seperti grim reaper yang siap mencabut nyawa siapapun saat ini. Mata pria itu terarah pada Irene yang masih mengenakan pakaian yang sama-dan juga belum mandi-tengah kesulitan untuk mengganti perban tangannya. Sehun yang tadinya sempat merasa dongkol, kini menghela napas pasrah saat perasaan bersalah menggetarkan hatinya. Ia melangkah menghampiri Irene dan mengambil alih perban serta obat merah dari Irene.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Irene sembari menatap Sehun heran. Sehun dengan telaten melepas perban yang menutup tangan Irene yang terluka dan menggantinya dengan perban yang baru. Mendadak Irene merasakan jantungnya bekerja lebih dari biasanya. Pipi gadis itu menghangat, lengkap dengan sebuah semburat merah di sana. Irene menarik nafas dan membuangnya secara putus-putus. Terus seperti itu sampai Sehun selesai mengganti perban tangan Irene.
"Kau sedang apa?" dahi Sehun mengkerut melihat Irene masih saja bernapas seperti orang yang asmanya kumat. Irene menatap Sehun kemudian menjawab dengan jujur, "Kau membuatku gugup dan berdebar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Cat
Fanfiction[COMPLETED] Sehun yang dingin diserang oleh jurus ala kucing milik Irene, asisten pribadi dadakannya. ©2O17 | rekata