"Aku baru tahu kau bersahabat dengan Irene."
Sebaris kalimat itulah yang menjadi percobaan pertama Chanyeol guna memulai konversasi antara dirinya dan Seulgi. Sepuluh menit yang lalu dia tiba di apartemen Seulgi dan dengan membuat Seulgi dengan hati terpaksa membiarkan dia masuk. Seulgi bahkan menghidangkan secangkir kopi manis yang panas untuknya.
"Kami bahkan tinggal bersama," sahut Seulgi terlihat enggan sebenarnya. Namun gadis itu tetap berusaha memperlakukan tamu tak diundang-nya sebaik mungkin.
"Pantas saja gadis itu terlihat kesal padaku saat kami pertama kali bertemu," ujar Chanyeol mengingat kembali bagaimana pertemuan anehnya dengan Irene. Tapi ternyata sikap gadis bermarga Bae itu adalah guna kebaikan orang lain. Irene memang sangat baik hati.
"Ah, mungkin," balas Seulgi secukupnya. Dia merasa tak nyaman dengan suasana yang tengah menyelimuti dirinya dan Chanyeol—mantan kekasihnya yang brengsek. Ia tahu dengan betul apa alasan Chanyeol sampai datang jauh-jauh ke apartemennya tanpa pemberitahuan. Chanyeol pasti ingin membicarakan peristiwa di hari-hari kemarin itu.
"Sepertinya aku sudah bisa menduga apa alasanmu datang ke mari." Seulgi memandang Chanyeol lurus dengan sorot mata terluka. Chanyeol memaknai pandangan itu sehingga membuat hati pemuda itu sedikit ngilu rasanya.
"Aku ingin membicarakan tentang kita," kata Chanyeol pelan. Lelaki itu sudah memalingkan perhatian kedua irisnya kepada kepulan asap di atas cangkir kopi di atas meja.
"Kau sedang bercanda? Kita apa yang kau maksud? Kita antara kau dan aku sudah lama hilang." Suara Seulgi terdengar bergetar meski gadis itu bersikeras untuk terlihat tegar.
"Maksudku—soal hari itu," cicit Chanyeol tak lagi memiliki nyali untuk sekadar melirik Seulgi yang duduk di sofa sebelah kirinya.
"Hari di mana kita tidur bersama? Aku sudah melupakannya, jadi tidak usah kau bahas lagi. Lebih baik kau pergi," sinis Seulgi cepat dengan nada mengusir. Chanyeol menelan salivanya dengan kesulitan. Lihat seberapa brengseknya kau, Park Chanyeol. Batinnya memaki.
"Izinkan aku meminta maaf, Seulgi-ah, aku benar-benar—"
"Jangan meminta maaf, Chanyeol. Itu membuatku merasa semakin rendah. Kau membuat seolah-olah tidur dengan aku adalah kesalahan terbesarmu. Lupakan saja kejadian itu. Dan mulai sekarang mari kita saling melupakan satu sama lain," pinta Seulgi terdengar memohon. Mata gadis itu sudah berkaca-kaca menahan tangis dan rasa sesak di dada.
Seharusnya, dia tidak pernah mengenal Chanyeol. Maka dia tidak akan merasakan sakit seperti saat ini.
"Maafkan aku, Seulgi-ah. Aku memang brengsek."
"Iya, kau memang brengsek. Kau tidur dengan mantan kekasihmu padahal kau akan menikah. Kurang brengsek apalagi kau?" Sarkas Seulgi sembari mendelikkan matanya ke arah Chanyeol lengkap dengan kedua tangan mengepal di kedua sisi tubuh.
"Maafkan aku." Sekali lagi Chanyeol berucap dan detik selanjutnya air mata Seulgi menganak sungai dengan sendirinya di kedua pipi tirus gadis itu.
"Pergilah. Aku ingin sendirian." Kali ini Seulgi jelas-jelas mengusir. Chanyeol bangkit berdiri dari sofa memandang sejenak Seulgi yang kini memeluk kakinya sendiri dan menenggelamkan wajahnya. Gadis itu menahan suara tangisnya demi harga diri yang bersisa.
Chanyeol menghela napas berat, dilangkahkannya kedua kaki panjangnya menuju pintu. Keluar dari apartemen itu dengan rasa bersalah yang masih bergelut di dalam dada. Chanyeol ingat betul bagaimana indahnya waktu sebentar yang ia dan Seulgi miliki saat itu. Chanyeol sadar, dia pria yang tidak pantas untuk gadis dengan marga keluarga Kang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Cat
أدب الهواة[COMPLETED] Sehun yang dingin diserang oleh jurus ala kucing milik Irene, asisten pribadi dadakannya. ©2O17 | rekata