21. Hit by Reality

3.3K 432 154
                                    

[Recommended song on media play!]

Irene dan Sehun sama-sama tahu jika sebuah hubungan akan kerap diterpa konflik yang gunanya untuk memperkokoh akar dari hubungan tersebut. Tapi keduanya tidak pernah menyangka bahwa relasi percintaan mereka yang nyatanya masih berusia dua minggu lekas dihantam masalah berskala rumit.

Irene terpaku memandang Sehun yang kepalanya tertunduk dengan hati serasa seolah-olah diremas kuat-kuat. Gadis itu bisa merasakan seluruh selnya terinfeksi rasa sakit mendalam yang membuatnya nyaris lupa caranya memasok oksigen ke dalam paru-parunya sendiri.

"Eomma, apa yang kau bicarakan?" Irene masih mencoba untuk berkilah meski suaranya terdengar begitu bergetar. Kedua pelupuk matanya berair, menahan tangis yang menjerit untuk dibebaskan.

"Joohyun, kembalilah ke Daegu bersama eomma. Kau tidak boleh bertemu dengan anak pembunuh itu lagi," ucap Bae Miyeon dengan kedua netra mencaci sosok Sehun yang kini tidak harus mengatakan apa. Pria itu bahkan lupa bagaimana caranya menatap Irene.

"Sehun, katakan padaku kalau semua ini salah paham!" jerit Irene masih berusaha melawan realita yang mendesaknya untuk lompat ke jurang kesedihan.

Sehun mengangkat kepalanya, menaruh irisnya pada sosok Irene yang matanya telah berkaca-kaca, nampak berkilau, namun sarat akan kesedihan.

"Irene, a⏤"

"Salah paham apalagi Irene?! Kau berkencan dengan putra pembunuh ayahmu sendiri. Bukankah itu sudah jelas! Dan kau pergi dari sini! Mati saja kau bersama ayahmu di neraka!" Bae Miyeon nampaknya sudah mencapai batas kesabarannya. Terbukti dari bagaimana kalimatnya begitu sarkas untuk mengusir eksistensi Sehun di radarnya. Gadis itu lebih memilih bungkam jika tidak inign suasana semakin runyam. Tapi dia tahu pasti bahwa permasalahan ini benar-benar rumit dan mempermainkan perasaan Ibu Irene, Irene, dan Sehun.

Sejurus kemudian Sehun sungguh-sungguh membalik tubuhnya, mengangkat kedua tungkainya dan menarik diri dari hadapan ketiga wanita yang kini memiliki pikiran masing-masing. Apalagi Seulgi yang jelas belum mampu mengerti dengan hal yang tengah terjadi.

Irene ingin mencegah Sehun, tetapi fakta yang baru saja ia ketahui barusan menjerat kakinya untuk tetap diam. Matanya menangis, hatinya menjerit. Mengapa takdir tidak mengizinkannya untuk tertawa sebentar? Mengapa takdir lekas merebut kebahagiaan yang baru saja ia genggam?

"Cepat bereskan barang-barangmu, Joohyun," titah Bae Miyeon setelah menjatuhkan diri ke atas sofa sembari memijat pelipisnya pelan. Kepalanya terasa berdenyut karena tubrukan kenyataan.

Irene tidak menjawab. Lidahnya kelu. Ia belum bisa menerima semuanya secepat itu. Bagaimana mungkin pria yang begitu ia cintai adalah putra dari pria yang dengan keji meloloskan anak peluru ke jantung ayahnya.

"Aku tidak bisa begini! Aku ingin bicara dengan Sehun!" seru Irene sebelum akhirnya gadis itu berlari tanpa aba-aba mengejar Sehun yang beberapa menit yang lalu pergi dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Bae Miyeon bahkan tidak diberikan waktu untuk mencegah tindakan sia-sia putrinya itu. Wanita itu mendadak berpikir; bagaimana bisa Sehun memiliki wajah yang hampir persis dengan ayahnya. Dia mungkin tidak membenci Sehun namun bayang-bayang peristiwa malam itu membuat dendam kebencian menguak dari hatinya.

Di lain sisi Irene berlari secepat yang kedua kaki pendeknya bisa. Jantungnya bertalu-talu dengan rongga dada naik turun. Jangan lupa kedua pipinya yang masih basah akibat tangisan terpendamnya. Iris Irene tiba-tiba melebar kala menangkap punggung Sehun di depannya.

"SEHUN!"

Panggil gadis itu cukup kuat dan berhasil membuat kepala Sehun menoleh padanya. Pria itu amat terkejut mendapati Irene masih mengejarnya meski telah tahu kebenaran yang tersembunyi selama ini. Irene menambah kecepatannya dan menabrak tubuh Sehun dengan rengkuhannya.

Like A CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang