54. Jalan Kaki

608 27 0
                                    


"Udah belom?"
"Udah jam 8 nih. Besok kan masih sekolah" kata Rama.

"Yaudah deh"
"Pulang sekarang" kata Gita.

Rama langsung kembali ke angkotnya, diikuti Gita. Lalu, Rama menyalakan mesin angkotnya dan menancapkan gas menuju cluster mereka.

Kali ini, perjalanan mereka hening. Mungkin udah pada ngantuk?

***

"GIT GIT GIT" kata Rama panik.

"Kenapa kenapa?" jawab Gita.

"I-ituu"
"RAZIA!" ucap Rama dengan paniknya yang semakin menjadi-jadi.

"HAH?"
"OIYA DISANA ADA RAZIA"
"Yah, gimana dong?" ujar Gita yang menjadi panik pula.

"Muter balik?" ajak Rama.

"Gamau, ngantuk."
"Ya tanggung jawab kalo udah kayak gini mah" kata Gita, membuat Rama takut.

"Jadi?"

"Jadi?"
"Lo harus kesana, terus kasih tau semuanya" kata Gita, mendapatkan anggukkan pasrah dari Rama.

***

"Permisi, selamat malam Mas"
"Bisa dilihat surat-suratnya?"
"SIM juga" kata Pak Polisi.

"LAH?"
"MAS UJANG?" kata Rama kaget saat melihat wajah Pak Polisi tersebut, yang ternyata adalah Mas Ujang—Pemilik angkot ini.

"Loh? KAMU?"
"Ini angkot saya?"
"Kamu Rama yang tadi minjem angkot saya kan?" kata Pak Polisi yang tak kalah kaget juga.

Gita hanya bingung dan tidak mau berkomentar apa-apa, karena dirinya sudah mulai mengantuk.

"Ini Mas Ujang yang tadi kan?" tanya Rama tak percaya.

"Iyaa, aduh syukurlah angkot saya masih selamat. Tak kira sudah hancur dibawa anak kelas satu SMA." jawab Mas Ujang.

"Yaudah, saya pergi dulu ya Mas. Mau nganterin pulang" kata Rama.

"Eitss, gaboleh" tahan Mas Ujang.
"Balikin sekarang." lanjutnya, membuat Rama heran.

"Lah?"
"Katanya besok?" kata Gita yang sedari tadi hanya diam.

"Saya maunya sekarang."
"Kalian jalan kaki aja sana" kata Mas Ujang.

"Gabisa gitu dong Mass" protes Rama.

"UDAAHH JANGAN BANYAK PROTES"
"Mau ditilang sekalian?" ucap Mas Ujang membuat mereka berdua langsung turun dari angkot tersebut, dan mengembalikkan angkotnya ke Mas Ujang.

Alhasil, mereka pulang dengan jalan kaki.

***

"Git, maaf ya" kata Rama.

"Iye, selo." jawab Gita.

Angin malam yang dingin menerpa tubuh mereka berdua, tetapi Rama mengenakan jaket berbahan jeans yang lumayan hangat. Sementara, Gita masih mengenakan seragam SMA.

"Kedinginan ya?" tanya Rama iseng. Tanpa jawaban dari Gita, ia langsung melepaskan jaketnya dan memberikan jaket tersebut ke pujaan hatinya.

Gita hanya kaget dengan perlakuan Rama barusan. Tak sia-sia ia menjadi guru tutornya selama satu bulan. Hmm tunggu dulu, pelajaran apa yang telah Gita perkenalkan kepada Rama? Tentu saja, Gita memperkenalkan Rama bagaimana rasanya jatuh cinta atas nama ketulusan.

"Pake aja"
"Tapi besok balikin." kata Rama kepada Gita yang sedang sibuk memakaikan jaket ke tubuhnya.

***

Akhirnya mereka sampai di gerbang Cluster Permata. Rama memutuskan untuk mengantarkan Gita ke rumahnya terlebih dahulu.

"Git, gimana perasaan lo ke Bagas?" tanya Rama ditengah jalan, membuat Gita bingung.

"Maksudnya?"

"Ya gitu"

"Masih berharap sih, hehe" kata Gita.

"Jangan ketinggian ya, nanti kalo jatoh sakit." ucap Rama.

"Iya iya"
"Btw, tadi lo wish nya apa?" tanya Gita.

"Eee— rahasia." jawab Rama.

"dih"
"Kalo tadi, gue berharap Bagas sama gue bisa bersatu." kata Gita dengan senyumnya.

"Caelah" ledek Rama.

***

SincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang