'kau' kataku dengan kesal,
'ada apa kemari?' tanyaku,
'Eonnie, i really really miss you' kata orang itu sambil memelukku,
'Naeun-ah apa kau sudah bertemu appa?' tanya ku padanya,
Naeun. Son Naeun, dia adik ku, dia perempuan yang bisa dibilang hampir sempurna-hampir-. Dia cantik, tinggi, putih bagai porselin, ramah, manis, dan jangan lupa dia seorang model terkenal. Bukankah dia sempurna
?? Tidak, di dunia ini tidak ada yang sempurna. Kenapa aku berkata seperti itu ?? Karna adik manis ku ini tidak pernah merasakan cinta. Sama sepertiku, hanya saja aku membenci dan dia mendambakan CINTA. Sangat, dia benar benar ingin merasakannya, hanya saja dia belum menemukan yang tepat, itu alasannya. Singkat cerita, aku dan dia saudara tiri, itu mengapa marga kita berbeda. Ayah ku menikah dengan ibunya, aku dilahirkan dan dibesarkan tanpa sosok ibu, saat aku berumur 8 tahun ayahku menikah dengan ibu naeun.'Tidak' jawabnya singkat,
'Kau sudah dewasa naeun-ah, berhentilah bersikap egois, temuilah ayahmu' nasihatku padanya,
'eonnie selalu membela nya' jawabnya sebal,
'siapa yang kau bilang NYA itu Son Naeun' teriak ayahku yang datang dengan tiba tiba,
Aku terkejut begitu pula dengan naeun,
'sudahlah' selaku,
'jangan bertengkar di ruanganku' lanjutku,
'terserah kalian ingin pergi atau tidak' lanjutku dan pergi dari ruanganku,
Aku benar-benar lelah hari ini. Mereka selalu berkata cinta tapi buktinya tidak terbalas,
tersakiti,
bertengkar, bahkan aku yang melihatnya tanpa merasakannya saja lelah. Aku tidak ingin berakhir seperti mereka yang saling mencintai lantas merasa kehilangan dan kini mereka hanya bisa mengenang dan merenung dari jauh.aku berjalan di taman dekat kota, aku melihat banyak sekali pasangan,
bergandengan tangan,
saling merangkul,
bahkan berciuman di tempat umum??
Astaga memalukan sekalii, pikirku,dari pada aku berlama-lama di sini lebih baik aku pergi. pikirku,
aku berjalan lagi, hingga aku menemukan lapangan kosong, setidaknya lapangan ini lebih terlihat sepi, tenang, dan tak ada pasangan aneh seperti tadi. Aku melihat seseorang di sana, sepertinya aku mengenalinya, aku menghampiri seseorang tersebut, seseorang itu sedang bermain basket sendirian,
'heii' teriakku,
seseorang itu menoleh, dan benar tebakanku itu dia,
'oh, eunji-ah' balasnya sambil melambaikan tangan,
aku menghampirinya,
'wae?' tanyanya,
'hanya jalan-jalan saja' jawabku santai,
'tak bekerja?' tanyanya lagi,
'hanya lelah, bosan, tidak ada hiburan' jawabku sambil mengambil bola ditangannya,
'carilah pendamping' katanya,
'tidak, aku tidak ingin terluka' jawabku menyindir,
'bukankah wajar jika hati terluka ketika mencintai seseorang setidaknya itu disebut perjuangan' katanya miris,
'setidaknya aku membiarkan hatiku kesakitan daripada melihatnya terluka' lanjutnya,
'kau tidak kasihan dengan hatimu? dia selalu merasa kesakitan, dan kau membiarkannya ?' tanyaku menuntut,
