BAB 10 - Minta Maaf

2.7K 318 38
                                    

Drrrt..drrrt..

Digo mengerutkan dahinya heran ketika melihat panggilan masuk dari Hani, tumben sekali adiknya menelpon saat ia berada di jam sekolah.

"Halo dek? Kenapa?'' jawab Digo berbisik-bisik sambil menundukkan kepalanya, karena dosen melotot kearahnya.

"Kak, lo dimana?'' tanya Hani pelan.

"Gue lagi dikelas, kenapa?''

Terdengar suara percakapan antar dua orang yang membuat Digo semakin penasaran.

"Halo kak. Ini gue Gana. Lo bisa kerumah sakit deket sekolah kita, sekarang?''

"Gana! Balikin hp gue!'' itu suara Hani.

"Eh? Rumah sakit? Siapa yang sakit?''

"Hani, tadi ada kecelakaan kecil disekolah, tangannya luka dan mesti dijait.''

"Apa?!'' Digo kaget dan langsung meninggikan suaranya seraya berdiri dengan berisiknya, membuat dosen dan teman-teman sekelasnya menoleh kearahnya.

Ekspresi wajahnya berubah tegang bercampur khawatir, ''Gue kesana sekarang.''

Setelah menutup sambungan telponnya, ia melesat berlari kearah dosen yang mengajar lalu meminta izin. Setelah mendapat izin, dengan panik ia berlari sekuat tenaga kearah parkiran kampusnya, dan langsung melajukan motornya kerumah sakit.

***

"Apa-apaan sih lo! Maen rebut-rebut hp orang aja!'' bentak Hani kesal setelah Gana mengembalikan lagi hpnya.

"Ck! Lo pasti nggak berani kan ngomong sama kak Digo!'' bentak Gana menatapnya tajam, sesaat Hani melongo kaget melihat ekspresi Gana serta nada suaranya yang meninggi.

Harusnya kan yang marah dia, kenapa jadi Gana yang marah-marah?

"Gana.'' tegur Alisa pelan.

Gana tersadar ia telah membentak Hani. "So-sorry. Gue nggak sengaja.''

Hani menatap Gana tajam, lalu sesaat kemudian membuang muka kearah lain.

Puk!

Gana menepuk pelan kepala Hani sambil meminta maaf. "Maafin gue udah bentak lo. Gue emosi.''

Hani menoleh dan menatapnya sesaat, kaget melihat ekspresi Gana yang terlihat sangat khawatir. "Kenapa lo segitu perdulinya sama gue?''

Gana tersentak mendengar pertanyaan Hani. Apa ia harus mengatakannya? Apa ini waktu yang tepat?

Tok-tok...
Perhatian mereka teralih kearah suara ketukan pintu.

"Siapa?'' tanya Alisa seraya berjalan menuju pintu.

Setelah membuka pintu Alisa terdiam serta menatap tajam kearah dua orang yang berdiri dibalik pintu.

"Mau apa lo kesini?'' Alisa melipat kedua tangannya didepan dadanya menatap sinis kearah Eza yang datang bersama temannya, Rian.

Rian maju selangkah menggantikan Eza. "Sorry, kita boleh ketemu sama Hani?''

Alisa mulai kesal. "Mau ngapain lagi? Ngerjain Hani lagi?! Belum puas ngerjain dia sampe celaka?'' sindrinya tajam kearah Eza.

"Bukan gitu..'' balas Rian sabar. "Eza mau minta maaf.''

"Biarin mereka masuk Al.'' kata Hani tau kedatangan mereka berdua karena mendengar percakapan mereka.

Dengan pasrah Alisa membiarkan Eza serta Rian masuk.

Eza menatap Hani sesekali melirik kearah lain dengan gelisah. Ia ingin minta maaf, tapi tak tau harus mulai dari mana.

Next to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang