"Hani jauh lebih cantik."
"Eh?" Beni kaget bukan main saat Gana mengatakannya terang-terangan. Tapi kemudian ia sadar bahwa Hani telah menghilang dan tak ada dibangkunya.
Suara terkejut dan bisis-bisik para anak perempuan langsung memenuhi ruang kelas saat Gana mengatakan jawabannya. Gana tahu resiko saat ia mengatakan hal ini di depan tan-teman sekelasnya, mungkin gosip tentang dirinya yang menyukai Hani akan langsung tersebar dengan cepat.
"Tuh Rin, lo denger kan apa jawaban Gana." Sindir Beni meringis aneh, seraya berjalan ke luar kelas diikuti oleh Gana. "Nggak usah kepedean deh lo."
"Gue kira tadi Hani masih di kelas, ke mana dia?" Tanya Beni penasaran seraya berjalan keluar kelas bersama Gana.
"Ke kamar mandi, katanya kebelet."
"Eh? Dia ngomong gitu ke lo?"
Gana mengangguk.
"Astaga, gue nggak tau kalo kalian udah lumayan deket gitu. Bahkan dia mau ngasih tau lo ke mana dia pergi." Beni geleng-geleng tak habis pikir.
Beni ingat sekali bagaimana sikap Hani yang super jutek pada Gana sebulan yang lalu, tapi perlahan gadis itu malah semakin dekat dengan Gana. Tak hanya Gana, tapi juga Alisa, dan Beni.
"Woy! Tungguin gue!" Alisa tiba-tiba muncul dan mendorong punggung kedua laki-laki itu, "Kalian tega banget sih ninggalin gue."
"Alis! Kasar banget sih jadi cewek! Pantes aja lo nggak dapet-dapet pacar." Ejek Beni kesal.
"Eh! Ngaca dong lo! Emang lo punya pacar? Nggak kan!" Balas Alisa sengit yang hanya ditanggapi Beni dengan mengangkat kedua bahunya.
"Lho, Hani mana?" Alisa bingung saat tak mendapati sosok gadis itu.
"Ke kamar mandi." Jawab Gana pelan. "Nanti nyusul katanya."
"Oh."
***
Hani berjalan ke arah kantin setelah keluar kamar mandi, sampai ia tak sengaja bertatap mata dengan Eza yang saat itu juga berjalan menuju kantin.
Eza menatapnya agak lama dengan raut wajah ragu apakah ia harus menyapa Hani atau tidak.
Tapi, pada akhirnya ia hanya diam seraya berjalan melewati Hani. Ia merasa tak enak saat ingin meyapa gadis itu ketika mengingat apa yang telah ia perbuat sebelumnya.
"Mau ke kantin juga?" Tanya Hani berjalan menyejajari Eza.
"Eh?" Eza terlonjak kaget dan melirik ke arahnya. "Ah, i-iya. Lo juga?"
Hani balas mengangguk, "Nggak sama temen lo itu? Hm..."
"Rian?"
"Iya, Rian."
"Dia nggak masuk, sakit."
"Oh." Hani mengangguk mengerti, "Mau gabung sama kita?"
"Eh? Emang boleh?" Tanya Eza dengan wajah sumringah."
"Boleh, asal lo jangan ngerjain gue lagi, atau ngelakuin hal-hal aneh."
"Nggak! Gue nggak akan ngelakuin itu lagi!" Sambar Eza secepat kilat yang membuat Hani tersenyum kecil.
"Yuk." Ajak Hani berjalan mendahuluinya dan setelah sampai di kantin ia mencari sosok teman-temannya.
Teman? Benar. Hani sekarang memiliki mereka. Teman yang mau menerima sifat jutek dan menyebalkannya itu. Entah mengapa Gana, Alisa dan Beni tak mempermasalahkannya. Mereka tetap memperlakukan ia seperti teman dekat walau berkali-kali Hani menolak keberadaan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Next to You
Novela JuvenilCover by : @sixthLy Hani, manusia jutek yang jarang banget ngomong, dan pernah disangkain bisu karena terlalu irit ngomong. Kalo ada yang gangguin, dia langsung ngamuk! Gana, manusia ganteng, baik hati, keren, tinggi, disukain semua orang, anti bang...