Just Remember me (I)

103 17 10
                                    

🔊~Please turn Your music~


Ingatkah engkau saat bagaimana cara kau menyapa ku? Ingatkah engkau bagaimana matamu menatapku? Ingatkah engkau seberapa kesalnya dirimu ketika aku tidak membalas sapaanmu? Ingatkah engkau saat aku mengajakmu menjadi teman? Apakah kau ingat semua itu? Kenangan. Kenangan yang kita lalui. Masa lalu yang kita jalani dengan tangis dan tawa, berharap langit mendengar doa-doa kita, berharap hujan meringankan beban kita, berharap matahari memberikan semangatnya kepada kita. Ingatkah kau semua itu?

Kenangan semua itu yang membuat ku masih bertahan sampai saat ini, dirimu yang membuat ku berdiri sampai saat ini dengan sedikit kehidupan lagi yang diberikan Tuhan untukku.

Daniel menatap Anya dari luar ruangan, dirinya tidak sanggup melihat alat-alat medis yang tertempel di badan Anya. Hanya dengan melihatnya saja mampu membuat Daniel tersayat-sayat. "kumohon bangunlah, kamu nggak capek tidur Mulu?" Gumam Daniel tersenyum miris yang masih betah menatap Anya dari luar, tangannya bergerak mengusap jendela kaca dingin diruangan itu.

"Kamu nggak pengen aku belikan celana dalam kesukaanmu?" Gumam Daniel sekali lagi seraya tersenyum geli mengingat Anya yang selalu memaksanya membeli celana dalam kesukaannya padahal dia tidak pernah memakai benda itu, hanya mengoleksinya saja.

Nathan menatap punggung Daniel miris dia bergerak maju mendekati Daniel dan memposisikan dirinya disamping Daniel, Nathan mengembuskan nafas pelan, matanya bergerak menatap sahabat kesayangannya disana sedang bertaruh melawan sakitnya.

Nathan tersenyum simpul matanya bergerak menatap Daniel yang terlihat sangat berantakan, dirinya meringis sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "kok lo makin jelek sih?" Tanya Nathan berusaha menghibur. Tidak ada jawaban dari Daniel.

Nathan menghela nafas berat dia tahu ocehannya sekarang ini tidak berguna, tetapi dia tidak ingin melihat kejadian ini. Dia merasa trauma dan kenapa ini terulang kembali disaat keadaan mulai membaik.

"Kita nggak bakal kehilangan Anya. lu cuma harus percaya itu, Tuhan nggak ngebiarin hambanya tersiksa dua kali dengan ujian yang sama. Kita yang masih bisa berdiri hanya bisa berdoa, cukup percaya bahwa keajaiban itu nyata." Tutur Nathan menepuk-nepuk bahu Daniel lalu menatap Anya sebentar dan kembali duduk ketempatnya semula.

Daniel mendengar itu, Daniel mendengar apa yang dikatakan Nathan, hanya mengatakan tak seenak ketika kita menghadapinya. Tapi apa yang dikatakan Nathan benar adanya, diapun tidak bisa menyalahkan siapapun karena kejadian ini.

"Tuh Nathan ceramahin aku, kayaknya aku harus cek kesehatan dia Anya, kok dia jadi gitu? Hahah," Daniel tertawa sumbang namun tawanya tidak mengartikan bahagia melainkan kesedihan.

Jarum jam terus berdenting seolah tidak perduli apa yang terjadi saat itu, tidak ada yang bersuara hanya terdengar beberapa helaan nafas pasrah dari keluarga tersebut.

Daniel tidak berbalik dari posisinya, menurutnya posisinya bisa melihat Anya dengan leluasa. Memandang wajah cantiknya, bibir yang terlihat pucat, mata yang terlihat sayu, Kelopak mata yang mulai menghitam, tetapi tidak membuat Anya kehilangan kecantikannya.

Lagi-lagi cairan itu keluar dari hidungnya membuatnya harus cepat-cepat mengelapnya, kalau tidak keluarga akan semakin cemas saja. "berhentilah. Ck!" Daniel mendengus kesal dan mengambil sapu tangan lalu mengelap hidungnya.

Daniel kembali melihat Anya, matanya tertuju pada tangan Anya yang bergerak. Dirinya mencoba memastikan apa yang dia lihat karena keadaannya mungkin membuat dia berhalusinasi, Daniel tersenyum miris mana mungkin hal itu terjadi.

Nathan yang sedari tadi menatap Daniel aneh mulai mendekati Daniel dan menatap Daniel dengan pandangan bertanya. "Lo baik aja bro? Muka lo pucat," Tanya Nathan memastikan.

Just Remember Me (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang