Anya POV~Hari ini aku sangat tidak bersemangat, tidak lain penyebabnya adalah Cinta. apakah kalian pernah merasakan seperti yang aku rasakan?
Aku benci mengatakan ini tapi Cinta dan bodoh itu benar-benar beda tipis. Lihatlah diriku sekarang, jadi malas belajar, malas melakukan segala aktivitas yang sering aku lakukan.
Bahkan diriku sendiri tidak bisa mengontrol nya, bukan tidak bisa tetapi malas.
Aku sedih kita sudah tidak seperti dulu lagi, dia yang sekarang terlihat sedang mencoba menjalin cinta kembali pada orang lain. Sebelumnya aku biasa saja jika dia mencintai orang lain, entah kenapa untuk yang kali ini aku merasakan kecemburuan, iri, dan tidak rela. Sedangkan aku masih saja mencoba untuk menerima bahwa kita memang tidak bisa bersama.
"Bisakah kamu membuatku merasa dihargai walau sebentar? Setelahnya kamu boleh melupakan aku selamanya.." Aku bergumam sendiri menatap sosok seseorang yang ada di galeri ku, siapa lagi sih kalau bukan Nathan.
Aku ingin sekali mengatakan bahwa aku mencintainya, sangat. Tetapi dilain sisi aku takut, takut ditanya apa alasanku kenapa aku mencintaimu.
Jawaban itu terus kupikirkan, hingga waktu angkat bicara dengan kekuasaan-Nya.
"Bahkan jika kamu menanyakan bagaimana aku bisa jatuh hati padamu, maaf, aku Sendiri tidak tahu sebab aku mencintaimu, cinta mengalir begitu saja, jatuh pada hati yang tak pernah ku sangka.."
aku mendengus geli manatap layar handphone ku yang menampakkan sosok Nathan yang sangat tampan, mungkin dia petakilan, nyebelin, bikin emosi tiap hari, tapi semua yang dia lakukan itu semata-mata untuk menghibur orang-orang disekitarnya dan mungkin itu yang membuatku merasa nyaman didekatnya. Nyaman sebagai sahabat dan nyaman yang membuatku mencintainya.
Dan mungkin memang dia indah, tapi dulu tetaplah dulu, yang memang seharusnya untukku lupakan, dan yang harusnya aku lakukan saat ini adalah biarkan orang baru mendatangi hatiku tanpa pernah membandingkan yang telah lalu..
Percayalah, tidak ada hal yang paling rumit dari jatuh cinta dengan teman atau bahkan sahabat kita sendiri, tidak ada hal yang bisa kau lakukan pada saat kau merindukannya tanpa alasan, atau bila begitu banyak pernyataan tentang perasaan yang menguap jadi diam. Karena ketika kau jadi temanku, kurasa tak ada lagi hal yang perlu aku perjuangkan.
Betul nggak? ah, sudahlah aku mulai bersajak dari tadi. Rasanya hatiku lelah jika membicarakan tentang ini terus, namun dia juga yang membawa ku untuk membuatnya lelah.
Benar kata orang, hal yang paling mendukungmu dan terkadang menentangmu adalah hatimu. eh, mulai lagi bersajak, haduh..
Aku menatap ke arah jalan dari atas balkonku, sepi, sunyi, oh. Ada suara jangkrik kudengar, rupanya tidak sepi-sepi sekali hehe. Mataku menerawang melihat seseorang yang tengah mengendarai sepedanya di malam hari seperti ini. Apakah dia sudah gila? eh, sepertinya aku kenal orang itu, tunggu.. astaga!
"itu Daniel!! ngapain sih tuh anak?! kurang kerjaan banget!" aku berlari kebawah bermaksud untuk menemui Daniel, semoga dia belum jauh.
ANYA POV END~
"Daniel!!! kamu mau kemana??" teriak Anya dengan suara yang melengking karena jarak Daniel yang sudah jauh.
orang yang dipanggil pun memberhentikan ayuhan sepedanya dan menoleh kebelakang, Daniel mengerenyit heran menatap seorang cewek yang tengah berdiri melambaikan tangannya ke arah Daniel, cowok itu terperangah dan menatap arlojinya lalu berbalik menatap Anya "cewek gila." Daniel menggelengkan kepalanya dan berbalik arah menuju Anya.
"ngapain kamu malam-malam sepedaan? obat penenang habis? Apa gimana?" Tanya Anya dengan wajah yang begitu polos, dia meneliti Daniel dari atas kebawah dengan berbagai pertanyaan di dalam kepalanya.
"Terserah." Jawab Daniel acuh, kini dirinya yang meneliti Anya yang tengah memakai baju oversize dan hanya menutupi hingga setengah pahanya saja.
"Kalau keluar, pake yang sopanan dikit," Daniel kembali mengayuh sepedanya, sedangkan Anya melongo tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Daniel.
Aduh, bego banget Anya.
Dengan cepat dirinya menoleh kearah Daniel yang masih belum jauh.
"Daniel!!" Anya betah sekali membuat orang bangun ditengah malam.
Daniel memberhentikan lagi ayuhan sepedanya dan menatap Anya gemas, kepala Daniel terangkat ke atas meminta Anya meneruskan perkataannya.
"Balik kesini bentar." Anya mengayunkan tangannya ke arah Daniel meminta cowok bermata cokelat Hazel itu kembali lagi.
Dengan sangat terpaksa cowok itu mengayuh sepedanya dengan malas menuju ke arah Anya "ck. Apa?" Tanya Daniel yang kini mulai sebal.
Bukan karena Anya menganggu waktunya, tapi dia cukup terganggu dengan penampilan Anya saat ini. Menurutnya Anya sedikit.. seksi.
Dia takut jika ada yang melihat Anya saat ini selain dirinya. lalu menjadikan Anya korban berikutnya.
Ngomong apa sih Daniel? Ngawur.
"Kamu pernah jatuh cinta?" Pertanyaan Anya membuat Daniel berhenti berpikir. Dirinya seperti terhenti oleh dentingan waktu.
Daniel berdehem pelan berusaha mengatur ekspresi terkejutnya saat ini "ya, kenapa?" Tanya Daniel penasaran.
"Nggak papa sih, cuma tanya aja. Kamu kan dingin, cuek, kasar, kadang sih hahahah, siapa tau hati juga ikutan beku." Jawab Anya sekenanya.
Anya merutuki dirinya sendiri, kenapa dia menanyakan hal bodoh seperti itu terhadap Daniel.
"Hm. Sana tidur." Daniel bermaksud hendak pergi meninggalkan Anya, namun tangan Anya menariknya kembali.
Mereka saling bertatapan lama, kemudian Anya memeluknya. Sontak Daniel terperanjat bukan main.
"kamu kenapa?" Tanya Daniel khawatir. Tidak biasanya Anya memeluknya seperti ini. Bahkan ini adalah pelukan pertama mereka meskipun telah lama berteman.
"Nggak papa, cuma ngetes aja. Kata orang-orang tuh ya orang dingin itu punya pelukan hangat. Eh bener, hahahaha.." Jawaban Anya membuat Daniel sedikit kecewa. Tetapi tidak dipungkiri juga jika Daniel senang namun Daniel harus sadar diri jangan sampai terlalu terbawa perasaan.
Daniel melepaskan pelukan secara sepihak. "Kamu jangan ngegoda aku, masuk." Seru Daniel dengan suara yang berusaha dia netralkan. Karena pelukan Anya cukup membuat dirinya bergetar.
"Ish, yaudah makasih ya udah nemenin.. jangan sepedaan malam-malam bahaya loh, entar kamu diculik terus dijual. Hih.." Seru Anya seraya menakut-nakuti meskipun tidak mempan terhadap Daniel.
"Udah masuk." Daniel menatap Anya sebentar dan kembali mengayuh sepedanya bermaksud pulang. Pelukan Anya membuat dirinya struk mendadak saja.
Untung nya Daniel bisa mengendalikan nafsunya, bagaimana tidak? Sudah pakaian Anya seperti itu, ditambah dengan pelukan tadi. Cowok normal mana saja jika diperlakukan seperti itu bakal ngeces.
Anya menatap punggung Daniel yang semakin menjauh, sebuah senyuman tipis mendarat dibibir mungil Anya. Entah karena apa, tetapi Anya melakukan itu benar-benar tulus.
"Eh? Ngapain gue tadi? Meluk Daniel? What!? " Anya terlonjak kaget dengan apa yang barusan dia lakukan.
"Anya!! Bawa istighfar banyak-banyak Anya. Astagfirullah! Kiamat udah makin Deket aja gara-gara gue! Aish, malu parah!" Anya merutuki dirinya sendiri. Memang terkadang dia begitu bodoh.
*****
Ini asal mula kenapa Daniel jadi berani meluk Anya. Wkwkwk😂
"Yang jatuh itu seharusnya cinta, bukan harga diri, apalagi sesuatu yang sangat berharga dari diri kamu" -Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Remember Me (COMPLETED)
Fiksi RemajaWarning!!!! Terdapat kata-kata kasar didalam cerita ini, gue harap kalian bijak dalam menanggapi nya:) dan menganggap hal itu hanya sebuah lelucon dan tidak direalisasikan dikehidupan nyata. Hidup penuh dengan hal hal yang tidak terduga banyak hal y...