Pinky memarkir mobilnya di halaman dengan buru-buru, lalu bergegas memasuki rumah, meneriakkan nama Maminya ke penjuru ruangan.
Pagi itu, dalam perjalanan ke Rumah Sakit, ia memang sengaja mampir ke rumah maminya terlebih dahulu."Mih! Mamih!" teriaknya.
Tak menemukan maminya di dapur, akhirnya ia menemukan perempuan itu duduk santai di teras belakang, bersama papinya."Eh, Pinky. Tumben mampir pagi-pagi begini?" Maminya menyapa.
Bibir Pinky merengut."Mih, normal nggak sih kalo lelaki nonton Uttaran? Aku tahu kalo mamih juga suka nonton film india, tapi kalo ada pria yang juga suka, rasanya kok gimana gitu." Pinky langsung nyerocos.
Maminya menyeruput teh di cangkir sebelum akhirnya menjawab, "Wajar kok. Nggak ada yang salah. Emang kenapa? Aming kan juga suka."
Pinky ternganga.
"Kok Mamih tahu?"
"Ya iyalah tau. Lawong kadang kita nonton bareng. Aku, Papimu, sama Aming.""Lah?"
Pinky mengerjap. Membayangkan papi, mami dan juga suaminya nobar Uttaran, membayangkan mereka bertiga sesenggukan nangisin Icha, lalu berbagi tisu, Pinky menjerit dramatis.
"Nehiiiiiiiiiii.....!!!"
Lah, kok pake bahasa India?
Maksudnya, "Tidaaaakkk...!!!"°°°
"Nggak apa-apa kok. Bukan hal yang aneh kalo lelaki suka nonton film India. Tuh, Papimu aja sampai punya poster-posternya Shahrukh Khan sama Rani Mukerji." Mami menyodorkan secangkir teh hangat ke depan Pinky.
Pinky terlihat syok lagi. Ia tahu Papinya suka nonton film, tapi ia nggak nyangka kalo beliau sampai punya poster bintang India.
"Hiburan, Ping. Semua itu cuma buat hiburan," Maminya buru-buru berujar lagi.
"Oh iya, ntar kalo pulang dari kerja, mampir ke rumah Mami mertuamu dulu ya. Mami udah beliin oleh-oleh dari luar kota untuknya."
Pinky menyeruput teh hangat di hadapannya lalu mengangguk.
°°°
Sesuai perintah Maminya, Pinky mampir ke rumah mertuanya demi untuk memberikan oleh-oleh yang telah dibungkus rapi. Biasanya sih kue karena Maminya sudah sering ngasih tugas kayak gini.
Setelah bercipika-cipiki, Mami Aming mengajak Pinky mengobrol terlebih dahulu. Mereka bercengkarama di ruang tengah sambil menikmati kudapan dan teh hangat.
Papi Aming yang baru pulang dari kantor juga segera bergabung dengan mereka. Begitupula dengan Sofia, adik Aming satu-satunya yang baru selesai ngampus.
Banyak hal yang mereka obrolkan, hingga akhirnya Pinky memberanikan diri untuk menanyakan soal Aming.
"Eh, Mi. Sejak kapan sih Aming suka nonton Uttaran? Sampe nangis-nangis gitu?" Dan tetep saja temanya itu saking nggak terimanya Pinky bahwa suaminya kecantol drama India.
"Sejak kak Aming putus sama kak Icha kayaknya," Sofia nyeletuk.
Hening sejenak.
Papi dan Maminya Aming cuma berpandangan was-was, sementara Sofia buru-buru menutup mulutnya sendiri, merasa keceplosan.
"Mantan pacar?" Pinky mengulang.
"Errr, anu, maksudnya...." Sofia gelagapan. "Aku ke kamar dulu ya, Kak? Mau ganti baju, hehehe." Cewek itu buru-buru bangkit meninggalkan ruang tengah.Pinky menatap Papi dan Mami mertuanya bergantian. Ada ekspresi kaku pada wajah mereka hingga Pinky berinisiatif untuk bangkit.
"Mi, kayaknya aku harus bicara sama Sofia deh," ucapnya.
"Tapi ping..." Mami mertuanya tergagap namun urung berkata-kata lagi karena Pinky sudah melesat, mengikuti Sofia ke kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mingky
FanfictionPinky tak punya trauma tertentu pada perkawinan. Toh ia dibesarkan di sebuah keluarga yang bahagia dan berkecukupan. Tapi entah, kehidupan pernikahan sepertinya tidak terlalu cocok dengan dirinya. Selama ini ia nyaman sendiri. Ia bahagia walau tak...