Aming menyeret tangan istrinya dan membawanya ke kamar.
Sempat terpikir untuk melemparkan wanita itu ke tempat tidur lalu mengajaknya bercinta, namun rasa jengkel keburu mengambil alih akal sehatnya."Pake baju nggak?" Suara Aming meninggi.
"Ogah," suara Pinky juga meninggi satu oktaf.
"Malu-maluin tahu. Kamu kan bukan anak kecil, Ping!"
"Bodo. Toh ini di rumah sendiri. Kenapa harus malu? Kamu aja yang lebay. Takut nggak kuat iman. Jaga pandangan dong biar nggak kena zina mata."Rahang Aming kaku. Pria itu menggigit bibir dengan jengkel. Ia bergerak, menuju lemari, lalu mengobrak-abrik.
Demi Tuhan, Pinky harus segera dikasih baju!
Kalau perlu, ia sendiri yang akan memakaikannya."Pokoknya kamu harus pake baju, titik," omelnya.
Pinky mendelik. Menyadari suaminya tengah mencarikan baju untuknya, perempuan itu menjerit, "Ogaaahh! Panas, Ming! Risih!"Dan ketika ia mendapati suaminya menarik sebuah kaos dan celana pendek, buru-buru ia mengambil ancang-ancang. Melesat keluar kamar.
"Berhenti woi!" Aming berteriak. Dengan menenteng kaos dan celana pendek, pria itu ikut berlari mengejar Pinky.
Dalam kurun waktu beberapa menit, rumah jadi berisik. Terdengar derap kaki berkejar-kejaran. Dari lantai dua, berpindah ke ruang tengah, menuju ke ruang makan, lalu balik lagi ke lantai dua, kemudian berlari kembali menuruni anak tangga. Begitu terus.
Serius, ini lebih mirip anak TK kejar-kejaran tauk!"Berhenti!" Aming berteriak.
"Enggak!" Dan Pinky terus saja berlarian di sepanjang rumah, masih dalam kondisi setengah bugil. Suer deh, ini kayak adegan di film India yang nyanyi-nyanyi sambil kejar-kejaran gitu.Tum paasse aye, Yun Muskurayee, Tum nena jane kya, Sapne de khaye, Aabto mera dil, Jaane ka sota hai
Kya karoon ha ye
Kuch kuch hota hai*Ah, abaikan.
"Receh banget sih kita? Ini aku cuma mau ngasih baju, Ping!" Ujar Aming, ngos-ngosan.
"Kan aku udah bilang. Aku belum pengen pake baju. Ntar dulu deh, nunggu cuaca adem dikit gitu," balas Pinky, ngos-ngosan juga."Tapi aku yang risih lihat kamu kayak gitu,"
"So what?!"
Ketika melihat Aming bergerak, buru-buru Pinky berbalik, berniat berlarian lagi. Sayangnya...
Bug!
Keningnya kejedot pintu dan...
Gubrakk!Perempuan itu terpelanting, jatuh dengan pantat terlebih dahulu.
Awalnya Aming tampak syok ketika menyaksikan istrinya terhempas ke lantai kayu. Tapi sejurus kemudian, pria itu malah terbahak tak karuan.
Pinky meringis, bingung harus menyentuh kening atau pantatnya dulu karena dua-duanya terasa sama sakit.
Akhirnya, ia lebih memijit pelan keningnya yang terasa benjol lalu menatap Aming dengan tatapan murka.
Dan pria itu masih saja tak berhenti tertawa."Ini gebleg apa gimana ya? Istrinya jatuh malah diketawain? Tolongin kek!" Teriaknya.
Tawa Aming berhenti sejenak, lalu kembali menggelegak."Ngelihat kamu jatuh, aku kayak lagi nonton Kungfu Panda Live-action!" Ucapnya.
Pinky melotot. Lah?"Ya udah, sini ku tolongin." Aming beranjak.
"Nggak perlu!" Pinky sewot.
"Perlu kupanggilin dokter?"
"Kan aku juga dokter!" Kali ini Pinky menjerit.
Aming terkikik geli melihat ulah istrinya."Oke deh kalau gitu, bangun sendiri aja ya. Bye," dan pria itu berbalik, melenggang begitu saja meninggalkan Pinky yang masih ngelesot di lantai. Ia bahkan membawa kembali baju yang sejak tadi dibawa.
"Jadi ini beneran aku nggak ditolongin?!" Pinky berteriak.
"Ogah!" Dan suaminya menjawab, dari ruang lain.Kampret!

KAMU SEDANG MEMBACA
Mingky
FanficPinky tak punya trauma tertentu pada perkawinan. Toh ia dibesarkan di sebuah keluarga yang bahagia dan berkecukupan. Tapi entah, kehidupan pernikahan sepertinya tidak terlalu cocok dengan dirinya. Selama ini ia nyaman sendiri. Ia bahagia walau tak...