"Batalkan saja." Aming berucap pada telepon yang ia apit antara bahu dan telinga. Tangannya sibuk memasukkan beberapa potong baju ke dalam koper.
"Iya, batalkan saja semuanya." Aming kembali berujar tegas pada sekretarisnya di seberang sama.
"Aku kan sudah bilang, kosongkan semua jadwalku di akhir pekan. Aku nggak peduli sepenting apapun orang itu, yang jelas, aku nggak mau melakukan pertemuan bisnis di akhir pekan," ucapnya lagi."Akhir pekan adalah waktu keluarga. Dan aku sedang berencana mengajak istri dan anakku liburan. Jadi, buat ulang saja jadwalnya untuk senin depan."
Aming belum sempat mengakhiri pembicaraan di telepon ketika terdengar derap kaki berkejar-kejaran.
Sesosok balita perempuan berumur sekitar tiga tahun menyeruak ke kamar dan berlarian dalam keadaan telanjang.
Sementara di belakangnya, Pinky yang menenteng handuk dan baju anak, tampak kewalahan mengejar bocah tersebut.
"Ruby, pake baju dulu, Nak," teriaknya.
Bocah mungil yang dipanggil Ruby itu berlarian lagi di seluruh penjuru kamar. Naik ke ranjang, berlindung di belakang tubuh Papinya yang masih menelpon, lalu berlarian lagi menghindari tangkapan Maminya.
"Ruby, jangan lari-larian gitu dong," Aming berujar seraya menyudahi panggilan telponnya.
Pinky tampak kewalahan meladeni putrinya yang gesit.
"Habis mandi harus pake baju dulu, Sayang. Nanti kamu kedinginan." Pinky sudah ngos-ngosan."Ogah, Mamiiii... Panaasss.... Aku macih gelaaahhh..." Bocah itu menjawab.
#Gubrakk
Aming dan Pinky tercengang. Keduanya berpandangan, lalu tawa mereka pecah.
"Nah, kan? Coba tebak dia foto copy-annya siapa?" Aming tergelak lagi. Pinky juga.
"Biar aku yang urus. Kamu siap-siap aja sana." Aming beranjak, meraih handuk dan baju dari tangan Pinky. Ia tak sungkan untuk mengecup bibir istrinya, ringan.
Pinky tersenyum. "Yakin?"
Aming kembali tersenyum. "Dalam hal ini, aku sudah sangat berpengalaman." Ia terkikik.
Pinky mengerutkan bibir, tapi sejurus kemudian ia tersenyum. "Makasih, Sayang. Kalo gitu aku mandi dulu." Sebelum beranjak, ia sempat balas mengecup bibir suaminya.
Tatapan Aming beralih pada putrinya yang masih saja berlarian ke sana kemari.
"Ayo, Sayang. Pake baju dulu, yuk," ucapnya lembut. Ia mendekati putrinya dan bocah itu segera menghindar dengan gesit.
"Nggak mau pake bajuuu...!" Dan ia terus saja berlarian sambil terkikik.Dan Aming pun mengejar bocah itu dengan tak kalah gesit. Pria itu tak berhenti tertawa ketika akhirnya ia malah kejar-kejaran dengan bocah mungil tersebut.
Sungguh, Ruby adalah duplikat Pinky. Tidak diragukan lagi.
Dan Aming sangat bersyukur, karena ada dua perempuan ajaib dalam hidupnya.
Pinky, dan putri kecil mereka, Ruby.
°°°
Selesai.
Note:
Hai, terima kasih banyak sudah setia ngikuti kisah Mingky sampai selesai.Setelah ini, cerita Mingky hanya akan berisi momen-momen sederhana tentang kehidupan mereka, dan juga anak mereka.
Di mana setiap chapternya akan langsung selesai dan tidak berkaitan dengan chapter selanjutnya.
Tungguin yaLove you.
W. S.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mingky
FanfictionPinky tak punya trauma tertentu pada perkawinan. Toh ia dibesarkan di sebuah keluarga yang bahagia dan berkecukupan. Tapi entah, kehidupan pernikahan sepertinya tidak terlalu cocok dengan dirinya. Selama ini ia nyaman sendiri. Ia bahagia walau tak...