Kesialan Pertama

320 17 20
                                    

Malam biru bersarang di langit menampilkan sekumpulan bintang yang membentuk berbagai macam konstelasi. Dan kini, seorang lelaki duduk di hadapan jendela yang ditemani teleskop tepat di depan matanya. Suasana sunyi, tenang, damai tergambar dalam ruangan berukuran 5x5 m ini yang didominasi dengan warna abu putih serta berbagai miniatur dan koleksi benda astronomi.

Orion Adam Pratama, biasa dipanggil Rion, lelaki penyuka segala hal berbau astronomi yang berkepribadian dingin, cuek, dan tenang. Jarang sekali ia tersenyum apalagi tertawa. Hanya orang-orang terdekatnyalah yang beruntung melihatnya.

Begitupun untuk seseorang yang spesial di hatinya.

***

"Hhhh..." Helaan napas terdengar bersamaan dengan decitan kursi yang bergeser, menandakan sang empunya kursi sedang mengubah posisinya.

"Aelah kenapa ga ketemu sih? Padahal kan gua mau liat rasi gua, Orion." lanjutnya sambil menyandarkan punggung pada kursi belajarnya.

Jam berdentang satu kali menandakan waktu sudah semakin larut yang mengharuskan Rion untuk pergi ke pulau kapuk malam ini dan berlayar sesuka hati kemana ia akan berlabuh.

"Buset. Udah jam 1 aja. Dan selama itu si Orion kaga ketemu? Sia-sia gua.. Tapi gapapa, gua bisa liat Galaksi Andromeda tadi, " ucapnya sumringah.

"Eh? Kok gua daritadi ngomong sendiri ya?"

"Bodo amat." Putusnya, dan segera mendekat pada perahunya bersiap untuk berlayar malam ini.

***

Rion melajukan motornya dengan kecepatan ekstra. Pasalnya ia lupa mengerjakan tugas matematika semalam. Yaa.. Karena proyek malamnya mencari Rasi Bintang Orion.

***

Sesampainya di parkiran sekolah, ia segera memarkirkan motornya dan segera berlari menuju kelasnya untuk mengejar waktu agar bisa cepat-cepat mengerjakan tugasnya.
Saat melewati pertigaan lorong, Rion menabrak seorang gadis. Lantas ia langsung meminta maaf dan melanjutkan berlarinya tanpa menoleh lagi pada gadis itu.

"Ya ampun!"
"Heyyy! Kalau jalan lihat-lihat dong!" ucap gadis itu sambil memunguti tumpukan buku yang tergeletak di lantai akibat ulah Rion tadi.

"Siapa sih gak tanggung jawab banget! Udah tau ini pengkolan, harusnya kan pelanin dikit jalannya." omel seseorang tersebut.

***

"Hosh.. Hosh.." Rion mengatur nafasnya agar kembali stabil, lalu ia menjatuhkan bokongnya pada kursi miliknya.

"Woy! Emteka bro emteka gua belom!" Rusuh Rion pada Davon yang asyik pada buku di hadapannya.

"Ah gak gak gak! Gua dulu. Suruh sapa lu kaga ngerjain semalem?" Sungut Davon.

"Eh kampret, lu juga kaga ngerjain. Semalem gua abis lanjutin proyek gua. Buruan sini gua foto dulu tuh buku Karin." Balas Rion tak kalah panas.

"Alah proyek proyek.. proyek gadungan juga dibanggain." Acuh Davon sambil menyerahkan buku Karin pada Rion.

"Bodo amat. Proyek proyek gua."
Rion pun memotret buku milik Karin --Ralat. Jawaban milik Karin. Dengan secepat kilat ia salin jawaban Karin pada buku tugasnya, tak peduli jika ada yang tidak dimengerti, toh asalkan ia mengerjakan dan terbebas dari hukuman Ibu Dian. Pikirnya.

OrionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang