Warung Kopi

7 0 0
                                    

Rion melepas sepasang sepatunya ketika ia sampai di rumah. Ia merasa lebih baik dari sebelumnya. Hal itu disebabkan karena tiga hal, teman-temannya yang selalu membuat dirinya tertawa, guru saat jam pelajaran tidak hadir, dan yang ketiga.. saat dirinya mampir di sebuah warung kopi untuk sekedar nongkrong bersama kedua sahabatnya. Seperti ini kejadiannya :

Sepulang sekolah, Rion, Davon dan Miko tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan mampir sebentar ke sebuah warung kopi yang jaraknya tak jauh dari sekolahnya. Mereka memesan sepiring gorengan, mie instan, dan kopi panas untuk melawan rasa dingin yang menusuk di daerah Bandung. Apalagi, langit mulai berubah warna menjadi kelabu.

"Kayaknya bakal hujan gede lagi nih.." seru Miko tiba-tiba.

"Bener, Sob! Gimana ini pulangnya? Mau lanjut nungguin mie instannya apa cabut? Tapi gua laper gila." Tanggap Davon.

"Mending nunggu aja deh. Ntar kalo tiba-tiba hujan di jalan kan susah." Ucap Rion.

"Ah tau aja yang takut hujan mah. Hahaha." Cibir Davon.

Ralat. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Bela Rion pada dirinya sendiri.

"Serah lo dah, Ri. Awas aja ntar kalo ada geludug lo ngibrit ke belakang mba-mba warung. Hahaha." Ucap Miko.

"Sorry ya, gua kaga tak—" ucapan Rion terputus karena...

JDERRRR!!

"ASTAGHFIRULLAH!" sebut Rion dibumbui gerakan melompat dari kursi panjang yang mereka duduki.

"Nah kan! Baru aja sedetik gua bilang, udah kebukti kan. Hahaha!"

"Ganteng-ganteng kok takut petir sih, Mas? Payah! Hahaha." Ucap Miko yang dilanjut oleh Davon.

"Kampret lo pada!" sinis Rion.

Tepat setelah Rion membalas perkataan Davon dan Miko, hujan turun dengan derasnya. Ketiganya segera menuju motor masing-masing untuk mengamankan helm mereka dari air hujan agar tidak basah bagian dalamnya. Ketika Rion mengambil helm, ia melihat seorang gadis yang berjalan sendirian melewati halte depan sekolah.

'Rain..?'

'Hujan-hujanan lagi?' Ucapnya dalam hati.

Memang, gadis itu adalah Rain. Ia terlihat mengembangkan seutas senyuman saat tubuhnya tersentuh oleh air hujan. Hal itu menarik perhatian Rion untuk berjalan menghampiri Rain. Ia pun melangkahkan kakinya menuju Rain.

"RAIN?!" teriak Rion.

Rain pun menoleh ke belakang.

"Rion..?" desis Rain.

Ia tersadar akan sesuatu. Segera-lah ia membuka tas miliknya dan mencari sesuatu. Setelah ia rasa barang itu yang harus ia gunakan, ia mengambilnya dari dalam dan segera berlari mendekat ke arah Rion.

"RION?! LO NGAPAIN DI SINI? NANTI LO SAKIT!" ucap Rain sambil berusaha membuka payung untuk ia berikan pada Rion.

Setelah payung itu terbuka, ia berusaha menggapai bagian atas tubuh Rion untuk ia lindungi dari derasnya hujan menggunakan payung. Karena tubuh Rion yang cukup jangkung, Rain sedikit kesulitan hingga ia berjinjit agar bisa melindungi Rion dari air hujan.

Seutas senyum terukir di bibir Rion. Senyuman itu terlihat begitu tipis hingga Rain tak sadar jika makhluk di hadapannya sedang tersenyum ke arahnya.

Ketika mata Rion dan Rain bertemu, dunia seakan membeku. Rion dan Rain sama-sama tidak berani untuk melepaskan pandangan mereka, seolah-olah pandangan mereka terkunci satu sama lain. Hingga akhirnya Rain tersadar dan berhenti berjinjit. Ia mundur selangkah dan menunduk, lalu berkata :

OrionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang