Kejadian yang Tak Terduga

66 3 0
                                    

Esoknya di sekolah..

"Wey, bro! Lo kenapa ga dateng ke rumah gua semalem? Kan janjiannya jam 8. Ah gimana sih lo." Ucap Davon pada Rion mengingatkan perjanjian yang telah dibuatnya kemarin.

Namun Rion hanya mengibas-ngibaskan tangannya. Pertanda ia tak ingin diganggu untuk saat ini. Ia melenggang pergi menuju bangkunya, meninggalkan Davon yang berdiri di dekat papan tulis, sedang mengisi tinta spidol.

Rion berjalan lesu ditemani wajah pucatnya yang terlihat seperti mayat. Rion sakit?

Ia mengeratkan jaket hitamnya lalu membuat lipatan pada tangannya agar ia bisa meletakkan kepalanya sejenak untuk kembali terlelap. Ia rasa tubuhnya kini mulai tidak enak. Semalaman ia sengsara menahan rasa dingin yang menusuk, menggigil di saat semua orang tertidur.

Sedangkan Davon? Ia kembali sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengisi tinta spidol setelah berkata 'Yee.. ditanya malah nyelonong aja tuh bocah.'

Tak lama Miko datang dengan Aldo. Ia menghampiri bangkunya yang terletak di sebelah Rion.

"Ri? Sakit?" Tanyanya

Rion hanya melambaikan tangan pada Miko yang bermakna 'Enggak, Mik.' Akhirnya Miko mengabaikannya dan duduk di sebelah Rion.

TEEEEEETT TEEEEEETTT!

Bel masuk telah berbunyi menandakan seluruh aktivitas di luar jam belajar bagi siswa dan guru dihentikan. Selang waktu lima menit, Rion masih menundukkan kepalanya pad lipatan tangan yang ia buat. Miko bertanya kembali.

"Ri? Lo beneran ga sakit?" Tanya Miko sambil mencoba menyentuh kening Rion.

"Anjir! badan lo panas banget sumpah, Ri!" Ucapnya lagi

Rion masih diam. Yang ia rasa hanya nyeri pada semua alat geraknya. Ia tak sanggup bergerak walau sedikit saja.

"Gua anter UKS ya? Lo gausah masuk pelajaran hari ini. Kemarin lo hujan-hujanan ya pas pulang sekolah? Terus lo gaenak badan kan masuk angin? Jadi lo ga dateng juga ke rumah Davon, iya kan?" Terang Miko panjang lebar.

Rion masih terdiam. Namun bukan berarti ia tak mendengar dan tak ingin merespon apa yang dikatakan Miko, hanya saja, jika seseorang dapat merasakan apa yang ia rasa.. rasanya seperti manusia tak bertulang.

Tetapi Rion mencoba untuk bangun dan menanggapi perkataan Miko.

"Iy—

"HATCHHHHIIIH!!"

Baru saja ia ingin menjawab perkataan Miko, namun penyakit bisa datang kapan saja.

"Ampun, Ri! Muka lo pucet amat dah. Udah kayak mayat beneran! Lo sakit kan yekan?? Gua anter UKS ya? Mumpung belum ada guru." Tawar Miko

"Gausah deh, Mik. Gua kuat kok diem di kelas." Tolak Rion

"Gausah banyak bacot lah, Ri. Udah buruan gua anter. Semalem lo tidur jam berapa?"

"Jam 2 pagi.."

"Gile lu yakk! Pantesan tuh kantong mata item amat kek kunti. Udah buruan ntar keburu ada guru!" Paksa Miko

"Hmm..."

Akhirnya Rion pun mau dibawa ke UKS untuk beristirahat di sana. Tentu saja dibantu oleh Miko untuk bangkit dari tempat duduknya. Davon? Masih sibuk mencuci tangan karena terkena tinta spidol.

"Dav! Kalo ada guru bilangin ya kalo gua nganter Rion ke UKS, sakit dia." Ucap Miko ketika melewati meja guru.

"HEH?! Sakit apa lo dugong? Iya ntar gua sampein." Jawab Davon

OrionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang