Semua lelaki memang kucing berlagak kelinci. Sebagai kelinci dimakannya semua daun, sebagai kucing dimakannya semua daging.
Pramoedya Ananta Toer.
(1925-2006)Cornelia memeluk tubuh penuh darah itu, tubuhnya terasa dingin. Cornelia terdiam dalam tangisnya menangisi pria itu. Itu kesalahan Cornelia, tadi pagi dia masih bicara ditelpon dengan Cornelia dan sekarang dia tidak bicara lagi. Dia tidak bersuara lagi yang ada hanya tubuh dingin yang kaku.
"Maaf... maafkan aku...."
Cornelia menatap wajah kakunya, wajahnya pucat dan darah terus mengalir dari kepalanya. Bibirnya yang beku masih memerah...
Cornelia sedikit mengernyit kening, bibirnya memerah? Dia memeriksa nafasnya lagi, nafasnya tidak ada, tapi Cornelia tidak menyerah, diperiksanya denyut nadinya....
Ada!
Denyutnya melemah tapi itu masih ada, Cornelia memposisikan tubuhnya dengan baik lalu setelah membaca doa dia memberikan nafas buatan pada si pria.
Dia terus memberinya nafas buatan berkali-kali bahkan keringat sudah menetes di keningnya.
Kau harus hidup, kau harus hidup! Harus!
Cornelia tidak berhenti dan melakukannya berulang-ulang dan sekitarnya 15 menit melakukannya.
"Uhuk-uhuk.. hhhh.... hhhh.... hhhh.."
Nafasnya kembali! Cornelia tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Dia benar-benar berterimakasih pada pria ini.
"Terimakasih... terimakasih karna tetap hidup, terimakasih...." Cornelia sepertinya mengigau, ia seperti melihat senyum kecil di bibir pria itu. Cornelia tidak memikirkannya, lalu dia dengan cepatan melakukan pertolongan pertama.
Dia menggunakan ponsel Lutvia untuk menelfon dokter priabadinya di Roma yang merawatnya belakangan ini, Lutvia mempunyai nomornya karna Cornelia sering sakit tiba-tiba dan Lutvia harus menelfonnya.
"Hallo? Dokter August? Kau bilang kau pergi liburan ke Hawaii kan? Apa kau menutup klinikmu?," Cornelia mencoba bicara setenang mungkin mengatur kepanikkannya, setelah mendengar jawaban dari seberang sana Cornelia menghela nafas lega.
"Tidak, aku hanya mau meminjam klinikmu, ada beberapa tugas praktek yang harus kulakukan, boleh? Kau tahu,ayahku sedang mencarikan dokter untuk untuk pamanku Alanis Uino, kupikir aku bisa merekomendasikanmu?," terdengar suara senang disebrang sana. Cih! Mereka akan mau melakukan apapun kalau ditawarkan keuntungan. Ayah Rosaline adalah keluarga yang dikenal sebagai pemilik beberapa rumah sakit ternama dan itu akan menjadi hal baik bagi August.
Cornelia mendengar jawaban memuaskan diseberang sana dan dia langsung menutup telponnya.
Cornelia membuka jaket tebalnya dan memberikannya pada tubuh yang tergeletak lemas itu. Bahkan baju Cornelia penuh dengan darah sekarang. Cornelia memapah tubuhnya hati-hati takut melukainya. Cornelia melangkah perlahan, mengendap-endap takut ada pekerja yang tahu.
Setelah dekat, Cornelia menyembunyikan diantara anggur, Cornelia keluar dari persembunyian. Dia mengambil mobil dan segera mendekatkannya pada tubuh tak berdaya itu. Dia memasukkannya kedalam mobil dan menutupinya dengan selimut tebal. Setelah memperbaikinya Cornelia menutup mobilnya dan membuaka pintu mobilnya, dia baru mau masuk saat seorang pekerja menghampirinya.
"Nona, kenapa baju anda penuh darah.?"
Sial!
Cornelia menoleh sedikit ke mobil memastika tidak akan terlihat apapun disana. Cornelia panik, keringat dingin mulai keluar dan tangannya mulai.gemetar hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CORNELIA : Sweet Enemy [COMPLETE]
Romance#1 Cinta, selalu ada kisah tentang air mata. Dan kisah yang ini selalu sama dengan novel-novel romance yang pernah kalian baca, selalu sama, dan selalu ada air mata. . . . . Gillien Alecta Alcael. "Berlarilah padaku saat tak ada seorangpun yang bisa...