Oke, ini cerita memang makin absurd.
Kalau kalian suka Voment ya, kalau kalian suka :) lagi idul adha masih up aja. Hahaha...
Happy reading.......
________________________________
"Mam?."
Tybalt terdiam tak bersuara, mencoba memastikan pendengaran, dia seperti mendengar suara putrinya, atau dia berhalusinasi lagi? Tapi satu jawaban lagi membuatnya kembali yakin.
"Mam? Bisa berikan nomor Dadda? Nomornya tidak aktif lagi?."
Dia tidak berhalusinasi.
"Cornelia? Baby? Ini, ini Dadda sayang? Cornelia?." Tybalt langsung menjawab. Dia rasanya mau menangis sekarang. Dia tidak mau kehilangan putrinya.
"....."
________°°
Cornelia melihat Lutvia yang menatapnya dengan tatapan lemas. Tapi Cornelia mencoba tidak menghiraukannya dan fokus pada televisi di ruang tamu Mamorin Manor.
"Nona...."
Cornelia sebenarnya agak merasa bersalah. Dia bersikap dingin dan acuh pada semua orang di Mamorin Manor. Cornelia bersikap begini karna dia tahu mereka hanya mengawasinya selama ini. Tapi Cornelia tidak tahan lagi. Dia merasa jadi orang jahat disini...
"Nona... apa aku melakukan kesalahan? Apa kami berbuat sesuatu yang menyinggung nona? Nona tidak pernah mau bicara ataupun meminta bantuan pada kami seperti dulu? Para pekerja di Mamorin Manor merasa sangat bersalah pada nona, mereka bahkan terus membicarakan dan mencari-cari.kesalahan mereka. Aku juga, nona bahkan tidak pernah bicara ataupun menyapaku, nona seolah membenciku... nona Cornelia, kalau kami melakukan kesalahan jangan menghindari kami, tolong katakan dengan jelas agar kami mengerti, menghindari sesuatu bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah..."
Ucapan Lutvia menohok hati Cornelia. Kata-kata terakhir bahkan sering kali di ucapkan Gill padanya. Dia pergi dari Indonesia karna dia melarikan diri dari masalahnya dan sekarang dia mau melarikan diri lagi? Kenapa dia harus melarikan diri? Apa dia melakukan kesalahan? Lalu dia harus bagaimana?
"Aku mencoba mengerti dengan nona dan mencari tahu apa kesalahanku tapi aku tidak menemukan salahku..."
Mengerti?
"Apa dengan mengerti dengan seseorang lebih baik dari pada menghindarinya?." Cornelia bertanya tanpa sadar.
"Te-tentu saja!." Lutvia menjawab tergesa. Selama ini Cornelia tidak pernah bicara padanya lagi dan ini kemajuan besar.
'Menghindari seseorang adalah suatu tindakan pengecut. Hadapilah apa yang ada didepanmu, meskipun kenyataannya tidak sejalan dengan yang kau inginkan tapi dengan begitu kau akan menemukan alasan untuk tidak menghindar dan menjadi pengecut.'
Entah darimana kutipan itu muncul di kepala Cornelia. Cornelia pernah mendengarnya entah dimana. Tapi itu...
"Aku selama ini salah, akukan anak Tybalt dan Cissy. Seharusnya aku terlahir kuat dan tegar..." Cornelia bicara sendiri.
"Nona...?."
Cornelia melihat wajah Lutvia. Lalu dia tersenyum hangat. "Lutvia, kalau begitu aku memintamu untuk jujur dan jangan sembunyikan apapun dariku," Lutvia tentu saja bingung dengan sikap Cornelia yang tiba-tiba berubah. "Dan satu lagi, bilang pada semua pekerja malam ini kita akan pesta barbeque dan aku yang traktir."
"Nona!." Lutvia berteriak senang. Dia mengangguk lalu berlari keluar. Dia sepertinya menyampaikan kabar ini pada mereka.
Cornelia menyandarkan tubuhnya di kursi. Dia memukul kepalanya sendiri. Dia terlalu kekanak-kanakan dan terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa pikir panjang. Dia tidak akan berakhir di Italia kalau bukan karna sifatnya yang labil. Tapi kali ini dia tidak sepenuhnya menyesal. Disini dia bisa bertemu orang-orang penting dalam hidupnya. Dia bersyukur bisa bertemu Gill, Lutvia, dan yang lainnya. Dia bisa menggapai cita-citanya dan menjadi bangga atas usahanya sendiri. Dan satu lagi, dia baru menyadari kalau dia suka dengan tampilannya sekarang. Tubuhnya lebih ringan dan dia suka wajahnya, walau masih ada rasa sedih saat kehilangan pipi cubbynya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CORNELIA : Sweet Enemy [COMPLETE]
Romance#1 Cinta, selalu ada kisah tentang air mata. Dan kisah yang ini selalu sama dengan novel-novel romance yang pernah kalian baca, selalu sama, dan selalu ada air mata. . . . . Gillien Alecta Alcael. "Berlarilah padaku saat tak ada seorangpun yang bisa...