"Oh jadi ini yang ngebuat kamu nggak mau anterin aku haa?"
"Kamu tenang dulu, ini tidak seperti yang kamu fikirkan,"
"Ah sudahlah!! Dasar playboy! Apa nggak cukup satu wanita untukmu haa? Aku mau kita putus!"
"Yaudah kalau itu maumu. Seharusnya dari dulu saja kamu bilang putus jadi aku nggak usah repot-repot nungguin kamu melontarkan kata tersebut,"
"Dasar cowok brengsek!"
Stefi duduk terpaku menonton serial drama yang sangat ia sukai hingga membuatnya menitihkan airmata. Drama ini mengingatkannya akan kejadian dengan cinta pertamanya yang sampai kini membuatnya masih belum move on dari sang mantan.
Stefi sangat berharap ada keajaiban yang datang sehingga Deno, cinta pertamanya bisa kembali bersamanya menjalani hubungan berpacaran. Dua tahun lamanya mereka bersama, memang begitu sulit untuk melupakannya karna sudah banyak hal yang mereka lalui bersama-sama.
Janji-janji yang pernah terucap seakan hilang terhembus oleh angin dan takkan pernah bisa kembali. 1 hari berlalu sejak mereka putus, Stefi hanya bisa mengurung diri di kamar. Menjerit, menangis dan menyesali mengapa hal ini bisa terjadi pada dirinya.
Baru pertama kali dia merasakan yang namanya cinta, tetapi untuk pertama kalinya juga Stefi merasakan sakit hati yang teramat mendalam. Kesedihan akan putus cinta membuatnya jatuh di dalam keterpurukan dan hilang semangat untuk melakukan segalanya.
Semuanya terjadi begitu saja. Bagaimana tidak, Stefi melihat Deno sedang asyik bermesraan dengan wanita lain di depan matanya saat dia ingin membeli sesuatu dipusat perbelanjaan. Dengan penuh amarah dan kekecewaan, Stefi meluapkannya di depan sorot keramaian dan langsung melayangkan kelima jarinya di pipi kanan Deno dengan begitu kerasnya sehingga Deno terjatuh tersungkur.
Setelah menempelkan kelima cap jari dipipi kanannya, Stefi berteriak dan mengatakan "Kita putus!!". Baginya kejadian ini adalah hal yang paling terburuk yang pernah terjadi di dalam dirinya. Semenjak itu, Deno tidak pernah menghubungi Stefi walaupun sebenarnya Stefi sangat berharap Deno akan mengajaknya untuk berbaikan.
Janji tinggallah janji. Sulit untuk percaya lagi akan janji-janji manis yang terucap dari mulutnya. Stefi berusaha untuk menahan diri agar tidak terlalu larut dalam kesedihan, tetapi tetap saja ini merupakan hal tersulit baginya.
***
"Stefii.. Stefii," teriak seseorang menggedor-gedor pintu kamarnya.
"Masuk!" jawabnya singkat.
"Ya ampun Stef, kamu apa-apaan sih. Ni kamar atau kandang kambing berantakan banget," keluh Gwen- sahabat baik Stefi yang terkejut melihat kondisi kamar yang sangat berantakan.
Gwen yang lelah melihat keadaan sahabatnya yang terus menerus bersedih akhirnya berusaha untuk membuat Stefi melupakan mantannya.
"Stefi kamu lihat aku! Pergi mandi sekarang dan cepar persiapkan segala keperluan yang akan kamu bawa kesekolah!" pinta Gwen.
"Argh aku lagi nggak kepengen_"
"Aku nggak mau dengar alasan apapun. Aku tunggu 15 menit dari sekarang!" sahut Gwen memotong perkataan Stefi.
Stefi yang tidak bisa melawan sahabatnya, bergegas masuk kekamar mandi dan segera bersiap-siap berangkat kesekolah.
Gwen adalah sahabat Stefi yang sangat bersifat dewasa. Bukan hanya itu, dia juga memiliki paras yang begitu cantik dan menawan. Stefi dan Gwen terkenal akan kepintaran dan keramahan mereka akan cepatnya pergaulan yang mereka mulai dengan semua orang.
Gwen merupakan satu-satunya orang yang paling mengerti akan sifat sahabatnya-Stefi. Begitu pun sebaliknya. Mereka sudah bersahabat sejak mereka duduk di bangku SMP. Jadi wajar saja banyak yang menjuluki mereka "saudara tak seiras" maksudnya yaitu saudara beda bapak beda ibu. Kemana-mana selalu bersama, berbagi bersama, tetapi lain halnya dengan pacar.
"Stef, udah selesai belum?" jerit Gwen.
"Iya aku udah siap,"
"Sekarang kamu boleh bersedih, tapi saat sampai di sekolah nanti pasti kamu terkejut melihat seseorang," ujar Gwen membuat penasaran.
Haa seseorang? Siapa? Batinnya penasaran.
Di sepanjang perjalanan menuju kesekolah, mereka saling melontarkan teka-teki untuk menghidupkan suasana yang kosong.
"Sambal, sambal apa yang ada di pinggir jalan?" tanya Gwen memulai teka-teki.
"Haaa pasti sambal lado, benar kan?" tebak Stefi.
"Hoh tidak. Jawabannya..... sambal ban, hahahah" jawab Gwen terbahak-bahak.
"Haha, garing tau!" ledek Stefi senyum terpaksa.
Begini lah cara Gwen dan Stefi mengisi kekosongan dalam hal apapun. Saling menghibur jika ada yang bersedih, saling membantu jika ada yang kesusahan dan saling melengkapi dalam segala hal apapun.
"Oh iya Gwen, aku masih penasaran ni. Maksud kamu apa perihal seseorang tadi?" tanya Stefi dengan nada mencurigakan.
"Hmm ada deh. Tunggu aja bentar lagi kita sampe kok," goda nya membuat penasaran.
Hai hai aku update kembali
Vote and coment jangan sampe lupa ya
Btw, siapa ya seseorang yang di maksud Gwen? Ada yang penasaran? Tunggu di part selanjutnya ya.
Makasih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca ceritaku
~T H E M A Y P R I S K A~
YOU ARE READING
SECOND LOVE (HIATUS)
Teen FictionPertemuan Stefi dengan sosok pria dewasa yang menjadi guru matematika membuatnya ingin mendekati sang guru yang membuatnya terpesona dengan aura ketampanan yang dimiliki oleh sang guru tersebut. Setelah sekian lama tidak pernah melirik seorang pun p...