"Kak, Tirtan?" Seorang gadis memanggil sosok lelaki yang tengah berjalan sendiri di lorong dekat gedung olahraga.
Lelaki itu adalah Tirtan Arfarezel, di keluarganya ia biasa di panggil Rezel. Tapi mungkin itu hanya berlaku untuk papa, mama ama kakaknya aja. Karna selain dari mereka bertiga, dia tidak pernah mau di panggil Rezel. Siapapun itu kecuali mereka bertiga, harus panggil dia dengan nama Tirtan. Termasuk di sekolah. Oh ya, mendengar sapaan itu tanpa menjawabnya Rezel hanya menolehkan sedikit wajah dan melirik sekilas. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hanya melirik gadis yang ia yakini adalah adik kelasnya. Gadis itu gugup.
"B-bisa bicara sebentar, kak?" Kata gadis itu lagi, Rezel tetap menatapnya datar namun setelah berpikir sebentar dia mengangguk.
Gadis itu membawa Rezel ke belakang gedung olahraga yang kebetulan berada di dekat mereka. Dia mengenali gadis ini, dia Kelly, adik kelasnya yang dia bina saat diklat minggu lalu. Tapi, dia ini sedikit nakal jika di lihat dari penampilannya saat ini. Mengenakan rok sekolah pendek sepangkal paha yang mungkin jika dia sedikit membungkuk saja maka celana dalamnya akan terlihat dari bagian belakangnya. Lagi pula bajunya itu, yang benar saja, pendeknya hanya sebatas pangkal perut, jika dia mengangkat tangan makan perutnya akan terpampang dengan indahnya. Belum lagi jas sekolahnya yang sangat ketat jika di kaitkan kancingnya. Apalagi dia tak mengenakan jubah sekolah yang biasa menutupi bagian belakang dan depan tubuhnya. Tidakkah kalian berfikir gadis ini lebih cocok di bilang cabe daripada seorang siswa?
"Itu, em ... kak, mau gak kakak berkencan dengan ku malam ini?" Rezel hanya diam tak bergeming melihat gadis kecil berpenampilan sexy ini. Jika saja orang lain berada di posisi Rezel saat ini, mungkin orang itu akan mengiyakan dengan sangat mudah. Ayolah lelaki mana yang tak suka jika gadia sexy ini mengajaknya kencan, Tapi ....
"Maaf, aku gak mau." Kata Rezel menolak dengan ekspresi yang tak berubah, datar.
"Hah? Kenapa?" Gadis itu bertanya lagi, dia menginginkan alasan.
"Aku tak tertarik." Ucap Rezel meninggalkan gadis itu.
Rezel memang tertarik dengan penampilan sexy gadis itu namun mengetahui banyak sekali banyak sekali deretan cogan sekolah yang pernah menjamah tubuhnya malah membuat dirinya jijik. Dia yakin buah dada yang besar tanpa harus dilihat saat telanjang dan bokong yang menggoda itu adalah hasil karya dari lelaki yang pernah mendaratkan tangannya pada gadis itu. Sebuah karya seni memang, karna itu cukup menggoda dirinya. Tapi kembali ke fakta, dia tidak tertarik.
Baru saja berjalan beberapa langkah, tapi Rezel kembali menghentikan langkahnya saat melihat seorang gadis kecil yang menatap kearah kanan dan kiri. Sepertinya dia baru pertama kali berada di sekolah ini, melihat dia tak mengenakan seragam sekolah ini. Gadis itu hanya mengenakan rok hitam pendek selutut dan kemeja berwarna putih juga tas punggung hitam yang cukup mencolok karna ukurannya. Ayolah di sekolah ini, A.L.M.A international school tidak ada yang menggunakan pakaian seperti itu, apa lagi tas sebesar itu.
Sistem pembelajaran di sekolah ini menggunakan handphone, Ipad, laptop atau bahkan layar hologram yang ada di setiap meja putih milik siswa. Jadi bisa dilihat bukan? Tak ada lagi siswa sekolah ini yang membawa tas ransel sebesar itu. Semuanya menggunakan tas kecil yang muat jika ditempati laptop atau ipad, atau bahkan seperti Rezel yang tak pernah membawa tas.
Lagi pula, sistem yang digunakan sangat sangat berbeda. Contohnya seperti, di sekolah ini menggunakan asrama lelaki dan perempuan. Lalu, dari segi penampilan, sekolah ini mengenakan seragam serba putih dangan rok atau celana putih, kemeja putih, rompi atau jas putih serta sekolah ini juga mengenakan, ya bisa dibilang jubah yang dikaitkan dari pundak kanan hingga pundak kiri setiap siswanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradise
Teen FictionSedang dalam tahap revisi, insyaallah secepatnya di update. Terimakasih🙏