Pagi dengan cuaca yang sedikit mendung dan hawa dingin yang mendominasi serta hari ini adalah hari libur, ini sebenarnya waktu yang bagus buat hibernasi seharian. Itu pun dulu saat Yanda masih sendiri. Sekarang, ada Rezel disampingnya yang sedang mendengkur pelan. Jika dia tetap melanjutkan tidur dia tak tau pasti apa yang akan terjadi saat dia bangun nanti. Dia gak mau ambil resiko ditelanjangi Rezel lagi seperti beberapa hari yang lalu.
Ditelanjangi hingga hanya tersisa bra dan celana dalam. Hal itu terjadi saat weekend beberapa minggu lalu. Saat itu saat Arfan akan berangkat ke luar negeri. Mereka mengantar Arfan dan baru pulang jam sebelas malam. Sebenarnya kakak Rezel itu tak sampai seminggu dirumah itu. Dia hanya tiga hari. Karna kejadian itu tepat empat hari setelah mereka menikah.
Padahal pagi itu cuacanya jauh lebih indah dari sekarang. Karna pagi harinya sebelum matahari terbit turun rintik hujan. Meski hanya rintik tapi tetap saja dingin. Yanda yang terbangun lebih memilih menarik kembali selimut dan kembali tidur. Karna yang ada di pikirannya saat itu adalah masih dalam waktu libur, waktunya bermalas-malas saat pagi.
Namun saat dirasa sinar matahari mulai membangunkan dirinya. Hal itu terjadi. Dilihatnya Rezel berada di dekatnya, duduk di sebuah kursi belajar yang sudah ditarik ke samping ranjang. Dia duduk manis dengan posisi serta ekspresi yang sangat kurang ajar, karna ekspresinya waktu itu menatap Yanda ambigu.
Dan anehnya Yanda saat itu malah tersenyum pada Rezel. Menggeliat sedikit hingga akhirnya menyadari sesuatu. Dia mengintip sedikit tubuhnya di balik selimut dengan cepat, karna dia melihat baju yang sebelumnya dia kenakan sudah berserakan di atas selimut. Dia menatap tajam kearah Rezel yang sekarang menatapnya dengan pandangan yang sexy, menggoda, dan tidak dapat diartikan.
"Hei! Rezel! Apa yang terjadi? Kau—"
"Ya, kau sangat menikmatinya semalam tidak kah kau ingat kau mendesah dibawa kendaliku. Ah.. emm.. sayang.. emm.. yeah.. terus.. em..—" ucap Rezel menggoda dengan gestur suara yang meyakinkan. Dan lucu Yanda percaya, karna dia belum sepenuhnya sadar.
"Apa? Serius?" Kata Yanda kosong, dia tak percaya ini.
"Enggak, aku tak melakukannya. Aku hanya menelanjangi dirimu dan mengukir sedikit tanda disana." Potong Rezel sambil tersenyum manis tanpa dosa di seberang sana.
"Ya! Mesum! Bagaimana bisa kamu melakukan ini padaku?! Ini menyebalkan! Aku benci kamu! Keluar!" Teriak Yanda frustrasi. Karan dia dipermainkan olah Rezel. See? Pada kenyataannya Yanda tau kalo Rezel itu pria mesum menyebalkan juga jahil.
Entah mengapa Rezel merasa bersalah. Dia tak berkata apapun dan keluar dari kamarnya setelah dilempar kedua bantal serta guling oleh Yanda. Semenjak saat itu Yanda selalu was-was jika dia terbangun lebih awal tapi masih mengantuk, atau dia yang bangun telat saat mereka sedang di apartemen. Beda saat mereka sedang di asrama, Rezel tidak belum mengusiknya sama sekali.
"Morning baby." Suara serak Rezel terdengar beriringan dengan mulai membukanya mata Rezel.
"Morning," jawab Yanda singkat.
Rezel mendekatkan wajahnya kearah Yanda. Itu spontan membuat Yanda menutup mulutnya.
"Kiss." Kata Rezel menunjuk bibirnya yang lebih merah saat bangun pagi.
"Gak mau, kamu belum menggosok gigi." Yanda mencari alasan.
Yang sepertinya, dia mengambil langkah yang salah karna detik berikutnya Rezel berada diatasnya, menopang badannya dengan sikunya. Tangan yang lain meraih kedua tangan Yanda dan menguncinya di atas kepala Yanda. Dia mendekatkan wajah mereka hingga bibir mereka saling terpangut. Bibir Rezel melumat bibir Yanda lembut. Yanda membalas ciuman itu.
Meski dulu pada awalnya setelah kejadian di dekat lapangan american football dia tak pernah membalas ciuman itu. Membuat ciuman itu menjadi ciuman sepihak. Sampai beberapa hari yang lalu Rezel meminta Yanda membalas ciumanya, jika tidak dia mengancam akan terus menerus menciumnya hingga Yanda membalas.
Rezel mengakhiri ciumannya lalu memeluk Yanda dengan tatapan sayup. Rezel mengeratkan pelukannya mendusel terus diantara tengkuk Yanda yang membuat Yanda geli. Yanda tak bergeming, Rezel melepas pelukannya. Itu membuat Yanda mendongak menatap wajah Rezel. Dia hanya menatap Yanda datar. Rezel menatap mata Yanda sebentar sebelum akhirnya beranjak menuju kamar mandi. Bingung.
Dia melepas semua bajunya dan kembali memaki dirinya yang lupa tak membawa baju, sedangkan disana hanya ada handuk. Dia tak mungkin keluar dari kamar mandi hanya mengunakan handuk. Yanda bisa sport jantung melihat dirinya yang tiba tiba telanjang dada di hadapannya.
Yanda mengunakan bra putih tipis yang dulu dia belikan karna saat jemuran Yanda belum kering tapi dia lupa, dia sudah terlanjur mandi. Gadis itu juga mengenakan kemeja putih tipis dengan motif bunga di bagian pundak kiri dan tangan kanan milik Rezel yang memang sering dipakai yanda. Ditambah lagi tubuh Yanda yang telah basah oleh keringat karna semalam dia mematikan AC untuk menikmati tubuh Yanda yang berkeringat kepanasan. Bodohnya dia sekarang menyesali apa yang semalam dia lakukan. Bayangan akan tubuh molek Yanda bergentayangan di pikirannya.
Rezel keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk karena pada kenyataannya dia tak mungkin memanggil Yanda dari kamar mandi jadi biarkan Yanda sedikit terkejut melihat dada bidangnya. Pandangan rezel tertuju pada Yanda yang tengah menelan ludah beberapa kali, mungkin dia kaget saat melihat Rezel yang sangat sexy dengan tubuh yang Sudah terbentuk sempurna. Perut six-packs milik Rezel serta bulir-bulir air yang tersisa disana membuatnya nampak menggoda.
"I-ini, bajunya." Kata Yanda bersusah mengalihkan fokusnya sambil menyodorkan kaos putih tipis bertuliskan nama sebuah negara yang dulu pernah dibeli Yanda saat berkunjung ke negara tersebut tapi tak tau diperuntukkan untuk siapa. Dan celana pendek selutut.
"Kau, mandi lah dulu." Ucap Rezel sedikit canggung pada Yanda yang juga canggung dengan keberadaan Rezel yang yah seperti itulah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradise
Teen FictionSedang dalam tahap revisi, insyaallah secepatnya di update. Terimakasih🙏