8

517 17 0
                                    

Lima belas menit kemudian Yanda mengintip keluar dari kamar mandi. Yanda melihat kearah ranjang, Rezel dengan tubuh telanjangnya tengah duduk memainkan ponselnya. Rezel belum mengenakan baju bagian atasnya sehingga menampakkan tubuh kotak-kotaknya. Yanda berpikir sejenak, jika dia tak memanggil Rezel maka sampai kapan dia akan ada didalam sini? Yanda memberanikan diri.

"Zel? Rezel?" panggil yanda. Rezel menatap kearah kamar mandi.

"Hm?" Rezel memalingkan pandangannya saat tau Yanda tak mengenakan apapun.

"Can't you help me?" Kata Yanda ragu.

"Apa?"

"Bisa ambilkan jubah mandi ku? Aku tak membawanya."

Tanpa ada jawaban Rezel tiba-tiba ada di depan pintu saat Yanda sedikit membuka pintu kamar mandi itu. Itu membuat Rezel dapat melihat dengan jelas sebagian tubuh Yanda yang tak tertutup pintu. Oh, shit!

"Ini, jangan lupakan lain kali." Ucap Rezel menyodorkan jubah mandi yang tadi diambilnya tanpa menatap wajah Yanda karna tubuh Yanda sudah mengalihkan seluruh perhatiannya.

"Makasih." Yanda buru-buru mengenakan jubah mandi yang tadi Rezel sodorkan padanya.

Yanda keluar dari kamar mandi hanya mengenakan jubah itu. Hanya jubah itu ya, tanpa apapun di baliknya. Dia berjalan kearah Rezel yang saat ini duduk disamping ranjang sambil kembali memainkan ponselnya. Dia masih tak mengenakan kaos yang tadi diberikan Yanda bersama dengan celana pendeknya. Yanda mulai duduk tepat disamping Rezel.

"Apa kau ada waktu hari ini Rezel?" Tanya Yanda.

"Enggak, kenapa?" Ucap Rezel singkat tanpa memandang Yanda.

"Kalau begitu, hari ini ayo temani aku. Bahan makanan habis, kita harus belanja. Lagi pula masa liburan kita juga hampir habis. Aku ingin nonton, kau mau menemani ku kan?" Tawar Yanda pada Rezel yang sedari tadi tak menatapnya.

"Iya." Jawab Rezel masih menatap ponselnya.

"Kau marah?"

"Enggak"

"Terus?"

"Ya, gak terus."

"Kamu kok cuek sih Zel, dari tadi aku ngomong ngak dilirik sama sekali."

"Engak tu biasa aja."

"Tu kan. Kenapa sih?"

"Gak apa kok serius"

"Zel_-"

Rezel menghela nafas lalu merubah posisi duduknya menghadap Yanda. "Hanya saja aku, lihatlah apa yang kau kenakan, itu membuatnya tegang."

"Ups sorry." Cicit Yanda pelan, dia tak tau apa yang harusnya dia lakukan.

Rezel menatap Yanda sebentar. Lalu dia menggeser duduknya agar lebih nyaman. Tangannya bergerak memeluk Yanda lembut. Dia menekan tengkuk Yanda hingga wajah Yanda terbenam di dadanya. Namun tak lama, dia melonggarkan pelukannya.

"Jadi kamu mau kemana? Mall? Bioskop?" Tanya Rezel setelah melepas pelukannya, tapi tak di jawab Yanda.

"Hey, ayo lah jangan cemberut gitu," ucapnya lagi.

"Kenapa kamu menatap aku seperti itu Rezel?"

"Seperti apa?"

"Em—"

"Aku ciuman kamu boleh gak?"

"Hah? Biasanya gak pake tanya dulu tu, tum—"

Tanpa menghiraukan ucapan Yanda yang terpotong perlakuannya, Rezel malah menutup mata Yanda menggunakan tangannya. Menatap Yanda sebentar, lalu menempelkan bibirnya dan bibir Yanda, melumatnya lembut. Menawannya penuh pelampiasan namun lembut. Ini kedua kalinya, Yanda merasa mabuk kepayang oleh ciuman Rezel. Ciuman ini dalam dan menuntut. Yanda mengikuti irama yang Rezel buat dengan bibirnya, membalasnya sama sensualnya dengan Rezel. Rezel berhenti sejenak memberikan ruang untuk Yanda mengatur nafas sebelum kembali menawan bibir Yanda. Rezel menghentikan kegiatannya. Mengakhirinya dengan mengecup dahi, hidung, pipi kanan-kiri, dan juga bibir Yanda lembut. Rezel menatap Yanda.

"Jika kau mau, aku tak masalah." Ucap Yanda saat Rezel menatapnya.

"Dan memaksakan dirimu? Memuaskan nafasku, tapi kau tak menikmatinya?" Tanya Rezel pada Yanda, yang membuat Yanda menundukkan kepalanya.

Rezel meraih wajah Yanda. "Sesaat setelah pernikahan itu, aku berusaha untuk mulai mencintai dirimu. Dan aku ingin kau juga melakukannya untukku." Yanda mengangguk mendengar perkataan Rezel.

"Cinta akan membuat kita menginginkan satu sama lain. Bukan nafsu, kamu mengerti?" Ujurnya lagi yang kembali dijawab anggukan oleh Yanda.

"Tapi setidaknya jangan tahan dirimu." Kata Yanda.

"Ha?" Pekik Rezel bingung.

"Kau membatasi gerak mu Rezel." Ucap Yanda menggenggam tangan Rezel.

"Kau bisa melakukan apapun, tak perlu menahannya. Apapun yang kau inginkan, aku mau melakukannya. Jika kau ingin aku mencintai mu, akan aku lakukan juga. Dan tak perlu kau tahan jika kau ingin menyentuh ku, aku tak keberatan." Lanjutnya tersenyum.

Rezel tersenyum jahil. "Kau sudah tau jika aku sering memegang dadamu saat kau tidur membelakangi ku ya?" Goda Rezel.

"Ayo, kita pergi ke mall, ganti baju mu." Kata Yanda membalikan badannya berjalan ke ruang baju. Rezel hanya tersenyum melihat tingkah istrinya. Lucu. Jika begini terus mungkin saja Rezel akan cepat jatuh hati pada gadis cantik itu.

Rezel mengikuti langkah cepat istrinya. Dia tau sekarang wajah Yanda pasti sudah seperti kepiting rebus. Dia akan mengoda gadisnya itu.

Yanda masuk ke ruang baju, tak begitu lama Rezel mengikutinya. Yanda membuka jubah mandinya dia tak sadar posisinya membelakangi Rezel. Rezel hanya diam terpaku, tubuh Yanda benar-benar sexy. Lekuk tubuhnya menghipnotis, hingga dia tak berhenti memandang gadis itu. Sesaat dia lupa akan apa yang ingin dia lakukan, tapi saat berikutnya, dia membulatkan tekatnya.

Rezel memeluk Yanda yang sekarang hanya menggunakan bikini dari belakan. Yanda terkejut, dia menoleh pada Rezel yang disambut senyum jahilnya.

"Apa yang kau lakukan, Rezel?" Ucap Tenna spontan.

"Kesini sebentar de." Ucap Rezel.

Dia membawa tubuh Yanda yang masih di peluknya dari belakang ke cermin di sudut ruangan. Rezel mengambil ponselnya di meja. Yanda hanya diam memperhatikan Rezel dari kaca di depannya. Entahlah rasanya aneh Yanda yang hanya mengenakan bikini dipeluk oleh Rezel yang hanya mengenakan boxer tanpa mengenakan baju. Kok rasanya ini sensasional sekali ya. Dibandingkan Yanda yang larut dalam pikirannya Rezel malah menekan icon kamera, dan mengarahkannya ke depan kaca.

"Apa yang akan kau lakukan Rezel?" Tanya Yanda saat tau Rezel menekan icon kamera.

"Berfoto dengan mu." Ucapnya singkat.

"Berfoto dengan ku? Dalam keadaan seperti ini?" Tanya Yanda lagi dengan ekspresi tak percaya. Rezel hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Yanda.

"Aku gak mau." Ucap Yanda melepas pelukan Rezel yang semakin menguat.

"Ayo lah, kita tak punya foto lain selain foto pernikahan. Kau bilang jika aku ingin kau mau melakukannya." Rayu Rezel.

"Tapi tidak dengan keadaan seperti ini Rezel."

Tanpa babibu menanggapi perdebatan Yanda. Rezel mencium pundak Yanda sedikit memberikan gigitan dan hisapan disana. Tangan kanan Rezel membidik gambar sedangkan tangan kirinya memeluk perut Yanda. Yanda yang merasakan bibir Rezel di pundaknya pun hanya mendesah nikmat mau tak mau. Rezel secara tiba-tiba mencium pundaknya, memberikan rasa nikmat tak terduga tanpa aba-aba.

"Selesai, ini indah. Juga suara desahannya." Ucap Rezel setelah melepas ciumannya. Dia mengelus lembut bekas kemerahan hasil karyanya dengan senyum puasnya. Yanda menghela nafas pasrah, apa yang bisa dia harapkan dari seorang Rezel yang memang pada dasarnya mesum.

ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang