6

669 18 0
                                    

"Bintangnya bagus, aku gak tau kalo ada tempat kaya gini di kota besar yang penduduknya padet." Kata Yanda.

Sebenernya ini bukan tempat yang istimewa. Ini hanya tempat yang dulunya digunakan untuk arena American Football. Tempat ini suda tak terpakai. Hanya saja, tanah kosong sejauh mata memandang dan sendirian tanpa keramaian pusat kota yang bising karna kendaraan, serta polusi udara. Tempat ini sangat indah dengan kunang-kunang dan bintang-bintang diatas sana. Sungguh jauh sekali dari kota yang bahkan tak satupun bintang terlihat. Yanda tak pernah tau jika di negeri ini ada tempat yang seindah ini. Dia selalu berpikir negeri ini itu padat seperti negara dengan wilayah kecil lainnya, karna jika di lihat dari peta negeri ini memiliki wilayah yang kecil. Yanda tak menyangka jika wilayah negara yang kecil ini memiliki tempat kosong seluas ini.

"Ini sudah bukan pusat kota lagi. Di kota tak ada tempat yang seperti ini." Ucap Rezel tenang.

Dia mengamati bagaimana gerakan gerik gadis di hadapannya ini. Dia sungguh imut saat bermain dengan kunang-kunang juga mengamati bintang. Ini untuk pertama kalinya Rezel bersyukur pernah mengetahui tempat-tempat seperti ini. Dulu, pada suatu malam dia ingin melarikan diri dari semua hal dan peraturan serta sistem berserta antek-anteknya A.L.M.A, tidak ada tempat yang dia tuju, ia hanya ingin pergi ketempat yang sekiranya sepi dan tidak ada orang yang tau keberadaannya. Menghabiskan waktu melihat matahari terbenam. Dan alangkah indahnya saat dia tau bahwa malam disini memiliki pemandangan yang sangat indah. Mulai saat itu, dia tak pernah kembali ke tempat ini jika tidak karna tertekan atau sedang banyak pikiran. Dan sekarang dia kembali ketempat ini hanya karna seorang gadis yang canggung terhadapnya.

"Rezel?" Panggil Yanda tiba-tiba.

"Hm?" Jawab Rezel masih menatap gadis cantik itu.

"Haruskah disini semalam? Ini indah." Ucap Yanda tersenyum menatap Rezel.

"Hanya jika itu mau kamu, sayang. Aku gak mungkin memaksa kamu pulang jika kamu menyukai tempat ini." Potong Rezel.

"Benarkah? Tapi ini su-" ucap Yanda terpotong saat Rezel dengan tiba-tiba mendekatkan dirinya pada Yanda. Rezel berhenti tepat beberapa senti sebelum wajah Yanda.

"Ada apa zel?"

Selanjutnya tanpa kata-kata dan hanya menyuguhkan senyum tips, Rezel menawan bibir Yanda. Di lumatnya pelan bibir itu. Lembut, lama, membuat sang pemiliknya melayang merasakannya. Yanda yang bahkan tak pernah berciuman sebelumnya, pun menikmati permainan bibir Rezel. Bahkan bibirnya sekarang bergerak menyambut bibir Rezel, padahal dia tadi kaget terhadap apa yang Rezel lakukan.

Namum ciuman itu jauh lebih manis dan memabukkan dari pada semua wine yang pernah Yanda minum. Membuatnya lupa situasi, kondisi, dan dimana mereka sekarang. Ciuman Rezel mulai menuntut, dia mendesak lidahnya masuk yang entah mengapa dengan mudahnya Yanda membiarkan hal itu. Dia malah dengan senang hati membukanya, membuat dirinya merasakan senyuman Rezel di tengah ciuman panas itu. Rezel menuntun tangan Yanda membawanya ke tengkuknya. Yanda mengalungkan tangannya disana, membuat jarak mereka semakin dekat. Namun, Tak terlalau lama Rezel mengakhiri ciuman itu. Sepihak. Dia menjauhkan wajahnya sedikit, menatap kearah Yanda yang entah mengapa sekarang merasa malu. Rezel hanya tersenyum ia tau jika Yanda juga menikmati apa yang dia lakukan.

"Aku ambil imbalan ku untuk saat ini. First Kiss?" Kata Rezel tersenyum manis yang makin membuat Yanda malu.

Ia menarik tangan dan tubuhnya menjauh dari Rezel yang di tahan oleh Rezel. Rezel menekan tengkuk Yanda mencium kembali bibir Yanda. Kali ini tanpa lumatan ataupun hisapan, hanya menempel seja tetapi sedikit lama. Rezel tersenyum saat ditengah ciuman itu dia membuka matanya. Dia melihat pemandangan yang entah sejak kapan sangat indah. Yanda menutup matanya dan menikmati bibir Rezel yang sebenarnya hanya diam menempel dengan bibirnya. Itu membuat Rezel tersenyum tipis saat ciuman itu diakhirinya.

"Tapi, gimana kamu tau kalau itu first kiss?" Tanya Yanda saat ciuman itu berakhir.

Rezel tersenyum, itu benar benar yang pertama. Dia bersyukur dalam hati. Mulai saat ini mungkin dirinya akan menjadi segalanya yang pertama di hidup Yanda. Orang pertama yang dilihatnya saat bangun tidur, orang yang dia buatkan sarapan, orang yang mendapat ciuman pertamanya. Dan bahkan dirinya lah yang akan menjadi yang pertama, melakukan 'Hal itu' bersama Yanda. Oh cukup Rezel apa yang kau pikirkan? Batinnya. Melakukan hal itu? Dengan Yanda? Kau yakin? Batinnya lagi. Bagusnya sepertinya Yanda memang gadis lugu. Buka gadis yang selalu dia temui. Juga kesan pertamanya, dia salah mengira gadis ini hanya bertopeng wajah polos, tapi nyatanya dia benar-benar polos.

"Canggung." Ucap Rezel pada Yanda masih dengan tersenyum.

"Hah?" Yanda terkaget sekaligus malu mendengar ucapan Rezel.

"Saat kau membalas ciumanku, kau canggung. Terkesan ragu, gugup dan malu." Rezel menekan kata malu yang sukses membuat Yanda mendongak. Menit selanjutnya dia menunduk, beranjak kearah motor Rezel dan memakai helm.

"Ayo pulang, ini sudah hampir tengah malam. Disini semakin dingin." Ucap Yanda sebagai alasan.

Rezel mendekat, dia melepas jaketnya dan mengenakannya pada Yanda. "Kamu akan kedinginan Rezel."

"Tidak lebih dingin dari kamu tanpa jaket itu. Aku mengenakan sweter yang bahannya lumayan hangat. Ayo." Kata rezel yang diikuti naiknya Yanda keatas motor.

"Lagi pula jika aku kedinginan kau bisa menghangatkan ku." Goda Rezel.

"YA!-"

"Peluk." Rezel melajukan motornya kencang keluar tempat itu, mau tidak mau Yanda kembali memeluk tubuh Rezel.

#

Jam menunjukan pukul duabelas tepat saat mereka sampai di apartemen. Yanda menghangatkan nasi goreng yang sebelumnya dibeli rezel di salah satu restoran cepat saji, setelahnya mereka makan dalam diam. Bukan salah satu lagi, kali ini keduanya. Rezel dalam perasaannya yang tak menentu dan Yanda dalam apa yang dilakukan Rezel sebelumnya. Bagimana bisa dia membalas apa yang Rezel lakukan. Jadi bagaimana nasibnya malam ini. Dia pasti tak bisa tidur.

Jam telah menunjukan pukul dua pagi tapi kantuk tak kunjung datang. Yanda melirik Rezel yang saat ini sudah mendengkur pelan disampingnya. Dia tertidur setelah mengecup dahi Yanda. Rezel bilang agar Yanda terbiasa menerima itu, karna Rezel akan melakukannya setiap kali mereka bermalam berdua. Tentunya tidak saat di sekolah karna mereka tak tinggal seatap. Yanda meraih ponselnya, mulai menulis pesan.

Ariyanda
Kak? Sudah tidur?

Arumy
Belum, kenapa?

Ariyanda
Kenapa? Ini sudah larut bukan?

Arumy
Mengapa memang? Kau juga bukan?

Ariyanda
Aku tidak bisa tidur kak, Rezel membuatku tak membiarkan pikiran ku untuk istirahat.

Arumy
Apa yang Rezel lakukan? Kau harus cerita, kalian melakukan malam pertama?

Ariyanda
Kita hanya jalan-jalan dan melihat bintang. Dia menungguku siap untuk malam pertama.

Arumy
Jalan-jalan? Melihat bintang? Woa.. romantis sekali, baguslah jika dia mau menunggumu.

Ariyanda
Jika aku tak pernah tau isi otaknya, itu adalah hal yang romantis saat dia merebut first kiss dibawa pemandangan ribuan bintang.

Arumy
Apa? Dia menciumu?

Ariyanda
YA KAK! DIA MENCIUMKU, MESKI MENUNTUT NAMUN HANYA CIUMAN, ITU MALAH MEMBUATKU TAK BISA TIDUR KARNA AKU JUGA MEMBALAS CIUMAN ITU, BAGAIMANA INI? AKU MALU SEKALI?!

Arumy
Ahahahah... Berhenti memikirkannya, dan pergilah tidur, aku mengantuk.

Ariyanda
Yaaa.. kak...

Dan malam itu berakhir dengan Rezel yang memeluk Yanda dalm tidurnya. Itu juga menjadi awal dari kebiasaan Rezel yang selalu tidur memeluk Yanda. Dia tak bisa tidur jika tak memeluk gadisnya itu.

ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang