4

556 16 0
                                    

"Ayo lah, Zel. Tidak baik jika mempelai wanitanya menunggu, kita harus sampai lebih dulu dari mereka." Ucap Arfan pada Rezel. Karna hanya Rezel yang lambat, seluruh orang sudah ada di mobil.

"Ok bang, benter." Ucap Rezel sembari keluar dari rumah, entah apa yang merasuki bocah ini tapi kakak dan keluarganya, bahkan authornya yang melihat tak percaya, dia sangat tampan. Padahal keluarganya kira dia kan mengentengkan pernikahan ini. Karna pada awalnya dia tak setuju. Tapi sekarang dia malah terlihat sangat tampan.

"Ayo, kenapa?" Kata Rezel yang sudah duduk dan mengenakan sabuk pengaman pada kakaknya karna setelah di masuk mobil, mereka tak juga berjalan.

"Eh, ok, keta berangkat." Ucap kakaknya tersadar akan kenyataan.

Rezel hanya tertawa dalam hati. Ekspresi bingung keluarganya saat ini sangat lucu. Melihat dia mengenakan setelan kemeja yang sudah kakaknya pilihkan untuknya. Dengan menata rambutnya, membawanya kebelakang. Ini benar-benar seni yang indah, dia sangat menyukai ketampanan dirinya saat ini.

Meski awalnya tidak niat, tapi dia mulai tertarik karna dia terlihat sangat elegan. Dia bahkan melepas tindik yang sebelumnya tergantung anting salib kecil disana. Dia malah mengeluarkan sisi ganteng maksimalnya. Oh, siapapun pasti akan tertarik padanya. Dan calon istrinya juga, harusnya dia akan langsung jatuh pada pesonanya.

Sesampainya disana, ternyata teman dari kakaknya suda sampai duluan. Entah kenapa di merasa bodoh dengan segalanya melihat siapa teman kakaknya ini. Orang yang tengah berjabat tangan dengan kakaknya, disampingnya terdapat gadis yang, ya, cantik lah, terlihat seperti boneka hidup.

"Lah, bang Jonny?" Ucap Rezel saat kakaknya menyapa temannya.

"Oh, hei, Tan." Ucapnya menyadari Rezel disana, dia menjabat tangan Rezel saat Arfan bertanya.

"Kalian sudah saling mengenal?"

"Tentu saja, dia senior yang dekat dengan ku saat kelas satu dan dua di sekolah." Kata Rezel menjawab pertanyaan kakaknya.

"Bagus lah, kamu masih mengingat ku. Oh ya, perkenalkan ini istri ku. Arumy." ucapnya memperkenalkan gadis disampingnya. Rezel kira gadis itu yang akan dijodohkan dengan dia.

"Aku Tirtan." Ucap Rezel menyambut tangan gadis disamping Jonny.

"Bagaimana jika kita mulai saja pertemuan keluarganya. Jadi, diana calonnya?" Ucap Arfan selanjutnya, Rezel duduk di samping Sheila, kakak iparnya, istri dari kakaknya.

"Ah, iya. Adikku tadi bilang dia ingin ke toilet sebentar." Ucap Arumy.

Sepertinya yang akan di jodohkan dengan ku adalah adik dari istri Jonny hyung. Wah jika begini, sepertinya aku tak keberatan.

"Baiklah, kita mulai saja-" ucap Arfan yang terpotong oleh Arumy.

Tap.. tap.. tap.. tap...

"Nah itu dia,"

Ini serius? Aku akan menikah dengannya? Woah,.. bahagia sekali hidup ku. Aku baru menginginkannya, tapi sekarang sudah terkabul.

Disana berjalan dari arah toilet, menuju satu-satunya kerumunan yang ada disitu, karna memang tidak ada lagi selain mereka. Restoran ini sudah disewa oleh keluarga Rezel. Gadis cantik yang menggunakan mini dress se atas lutut berwarna biru muda. Dengan motif kain perca di bagian dadanya memperlihatkan dadanya yang terlihat cukup besar karna motifnya.

Benarkah dia gadis yang sama?

Rambut gadis itu sebatas pinggul, dibiarkan terurai dengan dihiasi sedikit kepangan kecil di kanan-kiri bagian dekat telinganya dibawah kebelakang sebagai hiasan. High hills yang dia gunakan pun tak terlalu tinggi tapi bagian runcing haknya membuat kakinya terlihat jenjang. Sebenarnya itu penampilan yang natural, tapi entahlah mengapa dimata Rezel, gadis ini sangat sexy.

"Hallo, maaf saya sedikit terlambat. Pasti semuanya menunggu saya." Kata gadis itu mengunakan bahasa Formal pada yang lain.

"Enggak kok, gak apa, silahkan." Kata Sheila dengan tersenyum ramah.

"Oh ya, nama saya Gardenia anda bisa memanggil saya Denia saja," ujar Denia kemudian.

Tunggu, apa ini? Namanya Gardenia. Bukankah mereka orang yang sama?

"Em, aku dengar Kalian berdua kembar?" Tanyanya lagi.

"Iya begitulah,..." gumam Arumy mengiyakan.

Selama pertemuan itu, Rezel mengamati Denia yang dia yakini adalah Yanda yang saat ini memang duduk di depannya. Dilihat dari wajahnya memang tidak salah lagi, mereka adalah orang yang sama. Meski make up Denia terlihat mencolok tapi Rezel yakin mereka sama. Dan diri pengamatannya mereka adalah orang yang sama. Benda yang digunakan juga selalu sama. Bahkan terlalu fokusnya dia mengamati gadis di depannya ini hingga Rezel tak sadar bahwa Denia sekarang juga sedang menatapnya. Arfan yang tau akan hal itu membuat sebuah inisiatif.

"Ehem.. , bagaimana jika Tirtan dan Denia duduk di tempat yang berbeda? Sudut ruangan ini memiliki pemandangan yang indah, bagus juga untuk saling mengenal, bukan?" Ucap Arfan yang di balas rutukan di hati Rezel.

"Iya itu ide yang bagus, sebelum menikah kalian harus saling mengenal, pasti tidak leluasa bicara jika ada kita." Ucap Jonny yang diiyakan Arumy yang sukses membuat keduanya menoleh.

"Go get out from here my sister." Goda Arumy pada Denia yang saat ini menatapnya dengan tatapan datar.

Dulu Denia yang mengucapkan itu saat perjodohan Arumy dengan Jonny, tapi sekarang, keadaan sedang terbalik. Ucapan tadi cukup keras karna Arfan, Rezel, Jonny dan juga Denja mendengarnya. Rezel mendongak kaget mendengar perkataan dari calon kakak iparnya, sedangkan Jonnu hanya tersenyum geli karna tau mereka saling balas dendam.

"Kalau begitu saya permisi." Ucap Denia kemudia di susul Rezel.

Mereka menuju bangku paling ujung di sudut ruangan. Disana ternyata sudah disiapkan hidangan untuk dua orang. Hening menyelimuti keduanya. Mereka makan dan menikmati pemandangan kota dari sudut restoran dalam diam.

"Jadi kita akan menikah yah Yanda?" Ucap Rezel memecah keheningan yang sebelumnya menjadi tembok kokoh diantara mereka.

"kau memang mengunakan lipstik merah yang benar-benar kontras dengan wajahmu, bahkan kau mengunakan make up meski tipis. Tapi aku sempat melihat telinga mu tadi. Kau selalu mengenakan anting itu. Bahkan di sekolah." Ucap Rezel pada Yanda yang menatapnya heran.

Ya, dari tadi dia mencari sesuatu yang membenarkan bahwa gadis yang ada di hadapannya ini adalah orang yang sama. Dan setelah di amati anting yang di pakai Denia dan Arumy itu couple dan Yanda selalu mengenakan anting itu. Itu adalah alasan yang kuat.

Lagipula aku adalah lelaki yang sering menghabiskan malam ku bersama banyak gadis. berubah penampilan bukan berarti mereka tak sama.

"Ah, begitu. Jadi marilah kita jalani saja saat ini."

Rezel mendekatkan kedua tangannya menghubungkannya membuat jembatan untuk penyangga dagunya. "Baiklah mari kita nikmati saja." Ucap Rezel penuh arti yang tak dapat di arti oleh Yanda.

"Aku tak mengira kalau aku akan dijodohkan dengan teman baruku ini." Ucap Yanda tersenyum menatap Rezel.

"Aku juga tak mengharapkan untuk ini." Kata Rezel datar.

"Maksud mu, kau tak mengharapkan menikah dengan ku?" Tanya Yanda mengerutkan dahinya.

"Bukan, bukan itu maksudku, aku juga tak begitu berharap jika gadis itu kau." Ujar Rezel memperbaiki katanya.

"Jadi kamu berharap agar aku yang dijodohkan dengan kamu." Goda Yanda tersenyum.

"Cukup, apa kita akan terus berdebat sepeti ini?" Rezel mencoba mengalihkan.

"Kapan kamu akan berada satu ruangan dengan ku?" Tanya Yanda kembali membahas topik terakhir kali mereka bertemu.

"Setelah kita menikah."Ujar Rezel percaya diri.

ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang