2

101 11 3
                                    

Tentang jarak hati ku dan hatimu..
tak peduli sedekat apa sekarang kita berdiri dan jalan beriringan ..
dapat aku rasakan akan selalu ada jarak di sana ..
meskipun terkadang akupun merasakan cinta yang sama di dalamnya..
Aku terlalu takut kehilanganmu hingga aku tak mampu mengungkapkan kejujuran yang ada di hati ini..

Tangan Laila tidak berhenti menulis di buku hariannya sesekali sambil memandang hamparan sawah di depannya melalui jendela kecil kamarnya namun tiba tiba terdengar handphone nya berdering di sampingnya

"Halo"

"Laila" jawab suara di seberang sana

Mendengar nya Laila sontak berdiri,sejujurnya tanpa Laila bertanya pun ia sudah mengetahui siapa pemilik suara hangat di seberang sana, hatinya bergetar matanya tidak berpindah menatap hamparan hijau di depannya. Ia mengumpulkan seluruh kekuatan di hatinya

"Maaf ini siapa?" Tanya Laila memastikan

"Aku tau kamu mengenali aku, aku mohon Laila aku ingin bebicara sesuatu" jawab lelaki itu

"Beri aku kesempatan" tambahnya

Laila merasakan suatu yang tajam meremukkan hatinya. Luka yang selama ini mulai kering seolah kembali tersiram, hatinya bergetar lidahnya kelu tak mampu berucap sepatah kata pun. Sedetik kemudia Laila pun mematikan teleponnya, ia roboh di tempat duduknya hatinya terasa perih jika harus mengingat cerita 2 tahun lalu .

Laila membenamkan wajahnya dalam buku hariannya mencoba tidak terjadi apa-apa meski telah kembali retak pada sisi hatinya. Ia mengambil handphone nya kembali menatap nomor telepon yang telah merusak suasana hatinya tadi. Namun sebuah pesan masuk dari nomor yang sama dengan hati hati Laila membuka pesannya

Aku meminta maaf atas segala yang telah terjadi Laila.. aku tau kamu pasti butuh waktu namun aku benar benar ingin berbicara dengan mu . Aku mohon beri aku kesempatan. Hubungi aku jika kamu sudah siap.

Kali ini Laila tidak bisa berbohong. Satu bulir air mata telah menetes diujung matanya. Ia mengambil penanya dan kembali menulis di buku hariannya kembali mencurahkan isi hatinya

Mengapa harus pedihmu pulang saat bahagia sesak memenuhi hatiku..
Mengapa tangismu hadir saat senyum selalu menghiasi bibirku..
Mengapa luka atas bayangmu kembali saat otak ku bahkan telah melupakannya..
Mengapa suara hangatmu kembali menyesakkan bahkan saat telingaku telah riang atas suaranya..

Tok tok tok..
Suara orang mengetuk pintu rumah membuat Laila beranjak dari tempatnya.

"Lailaaa... Lailaa ini aku! Aku Azim " suara di luar rumahnya

Laila menarik nafasnya dalan dalam merapikan baju dan jilbabnya ia tak boleh terlihat kacau di depan Azim sekilas ia melirik wajahnya di cermin yang ia lewati.

"Lailaa.. Lailaa... "

Laila membuka pintunya dan di sana terlihat Azim dengan wajah ceria nya

"Hai Laila.. lama sekali kamu membuka pintunya suara ku sudah hampir habis memanggil nama mu"

"Iya aku tadi masih di kamar mandi, ada apa pagi pagi kerumahku?" Tanya Laila

"Ayo ikut aku,kamu tidak sibukkan?" Ajak Azim

"Kemana?"

"Nanti kamu juga tau"

"Baiklah biar aku izin ibuk ku dulu" ucap Laila setuju

"Tidak perlu, ibumu tadi pergi kepasar. Aku bertemu di depan aku juga sudah bilang mau mengajak mu"

"Ayo cepat keburu siang" ucap Azim lagi

Mereka pun berlalu dengan sepeda Azim seperti biasanya,kayuh demi kayuhan akhirnya sampailah mereka pada sebuah hamparan sawah

"Yap,sudah sampai" seru Azim pada Laila

"Sawah?" Tanya Laila heran

"Ya sawah, hari ini kita akan mencari belut" kata Azim ceria

"Kamu kerumah aku cuma mau ngajak aku cari belut?"
"Iya Laila ayo cepat" kata

Azim sambil mulai berjalan mendahului

Laila hanya tersenyum melihat tingkah Azim sambil mengikutinya dari belakang.
Terlihat Azim sudah mulai bersiap mereka berdua akhirnya sibuk mencari belut sesekali mereka berdua bertatap kemudian menunuduk dan kembali menyibukkan diri, mereka tertawa dengan bebas seperti tak ada beban hingga Laila pun melupakan kejadian pagi tadi yang membuat sisi hatinya retak. Azim memang selalu membuatnya bahagia dan Laila menyadari itu.

Telah banyak belut yang mereka dapat hingga akhirnyapun mereka pulang ke rumah Laila . Azim memberikan belut belut tadi pada Laila

"Laila sekarang ini tugas mu"

"Aku?apa?" Jawab Laila tak mengerti

"Apalagi? Memasaknya! Aku tau kamu lapar Laila aku akan pulang dan bersih bersih. Masak yang enak dan jangan biarkan tubuh mu yang kecil ini tambah kurus" jawab Azim

"Oke,aku pulang dulu titip salam ku untuk ibumu"
tambah Azim sebelum Laila menjawab

"Assalamualaikum" ucap Azim setelah beberapa langkah

"Waalaikumsalam" jawab Laila sambil tersenyum bahagia

Kamu bagaikan penawar dari setiap racun yang aku telan..
Kamu selalu mampu menjadi obat dari setiap luka yang aku dapat..
Kamu adalah ceria dalan tangis ku ..

Tulis Laila di ujung malan hari itu,hatinya bahagia bahkan ia telah lupa pedih nya tadi.. Azim lah yamg telah menghapus lukanya.



Bagaimana ceritanya?
Jangan lupa vote dan comment ya ... 😊😊

Ujung JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang