Azim pov
Di sudut pesantren, aku duduk termenung menatap senja yang mulai mengeluarkan semburatnya, tiba-tiba terbayang wajah Laila menari di angkasa. Begitu membekas senyuman manis di sudut bibirnya, kemudian kerinduan seakan menyeruak di dalam rongga dadaku. Ku ambil pena dan selembar kertas di samping ku lalu ku tulis sebuah surat untuk Laila
Assalamualaikum..
Sebuah pesan sekedar pengobat dari kerinduan, maafkan aku jika harus pergi tanpa sepatah kata.
Meski tersirat, aku tau antara kita ada sebuah rindu yang sama, sebuah duka yang sama ketika kita tak lagi bersama, aku tau itu.
Namun yakinlah Laila di suatu hari yang berbahagia aku akan datang dengan segala mimpi yang akan menjadi nyata.
Waalaikumsalam...
Ku lipat surat tersebut dan ku masukan ke dalam saku baju koko ku, aku jadi teringat pernah mengantarkan Laila ke kantor pos untuk mengirim surat. Entah mengapa bayangan demi bayangan seakan kembali terputar dalam memori otak ku, ku tarik nafas dalam ku yakin segala ini akan segera berakhir aku akan berusaha keras agar kelak mampu menjadi lelaki yang pantas mendampingi Laila.
***
Pagi seusai mengaji shubuh, aku menani temanku Ardi pergi ke pasar untuk membeli keperluan pesantren, pasar cukup jauh dari tempatku munkin sekitar 5 km namun sudah seperti rutinitas aku pergi kesana, sehingga jarak yang cukup jauh sudah mulai terbiasa lagi pula aku juga sering mengantar Laila pergi kuliah.
"Zim ayo kita cari angkot saja, belanjaan kita kali ini cukup banyak tidak mungkin kita membawa semua ini dengan berjalan kaki" kata Ardi
"Baik kang" jawab ku
Meskipun seumuran Ardi lebih dahulu masuk pesantren sehingga kelasnya pun lebih tinggi dariku, jadi akupun memanggilnya kang (mas/kakak) .
Belanjaan kali ini memang cukup banyak, ada 5 karung beras dan satu kantong kresek besar sayuran.
"Aziiim" suara seorang wanita berteriak padaku sambil berlari menghampiriku
"Maaf, siapa ya?" Tanya ku
"Oh, aku Putri teman Laila. Ini benar Azim kan?" Tanya wanita itu
"Iya, kamu kenal aku?"
"Sebenarnya aku pernah melihat foto kamu di dalam buku Laila yang aku pinjam di belakangnya terdapat tulisan kecil tentang kamu" jawab wanita itu.
"Oh begitu, kebetulan bertemu teman Laila di sini ada yang ingin aku sampaikan" jawab ku
"Siapa Zim?" Tanya kang Ardi tiba tiba dari belakang ku
"Oh ini kang, kebetulan bertemu adik sepupu" jawabku yang sebenarnya berbohong karena jika aku jujur tak mungkin kang Ardi mengizinkan aku berbicara dengan Laila
"Oh, ya sudah jangan lama lama aku tunggu di angkot ya?" Ucap kang Ardi yang aku jawab dengan anggukan
"Kenapa kamu berbohong?" Ucap seseorang yang bernama Putri itu
"Panjang jika aku jelaskan, yang pasti jika kamu bertemu dengan Laila tolong berikan surat ini padanya. Aku tidak tau kapan akan pulang namun katakan aku pasti datang". Ucapkan dengan padat
Putri hanya diam menatap ku sambil menerima sepucuk surat yang aku berikan
"Sudah kalau begitu, aku tidak punya banyak waktu Assalamualaikum" ucapku lalu meninggalkan wanita bernama Putri itu dan datang menghampiri kang Ardi
Hai ... 😊 update lagi nih kawan 😆 di tengah segala aktivitas semoga kisah Azim dan Laila mampu menghibur kawan-kawan semua 😇😇

KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Jalan
RomanceKita pernah bertemu saling mengenal dan berjalan seiring dalam satu jalan.. hingga kemudian kita berpisah di sebuah persimpangan jalan.. bahagia yang ku rasakan ketika seiring dengan mu yang membuat jalan ini terasa begitu berat untuk ku lalui send...